Chapter 6

861 45 3
                                    

Cerita bersambung saat Ujan dan Pelangi sudah lulus SMA dan memasuki dunia perkuliahan...

---

Semester pertama di kampus seperti ini memang terasa sangat mengasyikan. Hampir semua mahasiswa dan mahasiswi baru rajin untuk masuk kelas. Sama halnya seperti aku dan Ujan. Meskipun kami berbeda tempat kuliah, kami masih saling berhubungan.

Sesekali di waktu senggang, kami habiskan di danau kecil, tempat yang lumayan sering kami habiskan bersama di waktu SMA.

Disana, kami banyak bercerita terutama mengenai kuliah kami. Dia bercerita mengenai rumitnya membahas rumus - rumus ekonomi, sementara aku bercerita mengenai asyik dan santainya kuliah di jurusan sastra inggris. Yea, i love sastra.

Dari semua perubahan diantara kami semenjak memasuki dunia perkuliahan, ku rasa tidak ada yang begitu mencolok ataupun menarik perhatian orang banyak.

Ujan masih dengan style-nya yang menurutku, sedikit acakadut. Sementara aku, masih sama dengan sikap judes dan cuek yang tak pernah menghilang juga tentunya dengan perasaan yang masih sama pula, yang aku tulis terakhir kali di buku diary lamaku.

Ah, aku mengingat serpihan kenangan itu lagi. Hm.

"Pelangi?" Seseorang dengan suara lantangnya menghancurkan lamunanku. Aku hanya tersenyum membalas panggilannya.

"Kemana aja?daritadi gue cariin, gue kangen tau!" Ucap laki - laki yang kini berada dihadapanku. Baru sekitar satu minggu yang lalu aku mengenalnya dan aku belum cerita soal ini pada Ujan. Oh mungkin tak akan ku ceritakan.

Dia, adalah adik dari ketua senat dikampusku. Tak kalah populernya dengan si kakak. Dan dia adalah seniorku dikampus ini. Belakangan kami sering berinteraksi jadi terlihat lebih dekat dari biasanya.

Dia sering bilang padaku, bahwa ia menyukaiku. Ia senang akan semua hal yang ada pada diriku.

Namun, sampai saat ini aku tak merasakan sesuatu yang menarik dari dirinya. Tak ada yang memikat seperti Ujan. Ah, Ujan lagi.

Entah kenapa belakangan ini aku selalu teringat olehnya. Ada semacam rindu yang menggebu.

"Pelangiiii..."

"Ehh iya, kenapa boy?" Aku hampir lupa di depanku ada dia. Ya, namanya Boy.

"Melamun terus lo, kebiasaan. Gue ada kelas nih, duluan ya." Ucap Boy.

Aku hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum. Seiringan dengan hilangnya pundak si Boy, ponselku berdering.

"Hai, Jan! Ada apa?"

"Bisa ketemu?"

"Kapan?"

"Besok pagi, lo liburkan? Jam 9 di danau ya?"

"Oh, oke."

"Jangan lupa, penting Pelangi penting..."

"Iya Ujan." Sambungan telepon aku tutup. Cukup menggembirakan rupanya kabar dari Ujan. Ah, aku semakin tak sabar untuk esok pagi. Memang sudah 3 bulan lamanya kami tidak bertegur sapa, dan ku harap rindu yang menggebu ini akan terbayarkan esok.

---

Hola! Aku kembali lagi dengan Ujan dan Pelangi. Whooo! Siapa yang kangen coba?!?!?!
Hihi aku ngarep banget ya banyak yang kangen huhu.
Okay jangan lupa vote dan komen ya! Jangan cuma jd silent reader aja hoho. See u soon! Mwah!

UJAN DAN PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang