Pulang

1.4K 49 0
                                    

Di sepertiga malam itu, Ayesha yang berselimutkan kain tebal bolak balik arah tidurnya karena mendengar suara yang tidak biasa ia dengar malam-malam. Ia mendengar suara merdu tapi disaat bersamaan juga mengharukan.

Sampai akhirnya ia terbangun dan mendapati temannya berbalut mukena sedang duduk di atas sajadah sambil melagukan wahyu Allah.

Ia menikmati suara merdu yang menggetarkan hatinya itu dan bahkan tidak menyadari kalau air matanya mulai menetes.

Pertama kali sepanjang hidup, air matanya kembali mencerminkan hatinya yang mulai luluh.

Selama ini, ia memang tidak pernah mencoba menikmati lantunan surat cinta dari Allah, bahkan jika tidak sengaja mendengarnya pun Ayesha hanya berlalu tak menghiraukan.

Firman Allah yang dalam sekejap saja sebenarnya bisa mendamaikan hati dan menenangkan pikiran, ia tepis jauh-jauh tak mau didengar, karena baginya untuk apa? Ia lebih menyukai musik kok yang menurutnya bisa menenangkan hatinya, tapi sekarang?

Apa karena tragedi kemarin ia jadi sedikit sadar? Bahwa tidak ada lagi kata-kata yang tersusun indah selain Qur'an? Karena kata-kata itu bukanlah manusia yang membuat, melainkan Allah, Yang Maha Indah lagi Maha Sempurna.

Apalagi kalau firman Allah dilantunkan dengan hati yang penuh cinta padaNya. Bukan tak mungkin, hati Ayesha yang mulanya keras seperti batu, lama kelamaan bisa lunak dengan izin Allah.

Ditambah dengan banyak skenario yang terjadi di kehidupannya. Ke mana lagi Ayesha bisa mengadu?
Bahwa nyatanya memang seperti itu, manusia mulai ingin lebih dekat kepada penciptaNya, bahkan meminta ketika dalam keadaan butuh, sedih dan kekurangan, tapi disaat kondisi berlebihan dan hati senang, kemana ia? Akankah masih mencoba meminta pada Sang Pemberi Rahmat?

Ayesha masih memperhatikan Alyssa yang sudah menghentikan tilawahnya. Ia tidak menyadari kalau bahkan Alyssa sudah selesai.

"Sha, maaf, aku mengganggumu ya?"

Ayesha mengerjap lalu menggeleng pelan sambil mengulum senyum membuat Alyssa ikut tersenyum.

Sungguh suatu anugerah bagi gadis berbalut mukena itu, karena sejak SMP ia melihat Ayesha, baru kali ini ia melihat Ayesha tersenyum. Tersenyum tulus padanya pula. Dan itu semakin menambah kecantikan Ayesha sampai mengalahkan indahnya bunga dikala mekar.

"Kamu mau sholat?" Alyssa yang telah menyimpan Qur'an pun menghampirinya.

Sholat? Ayesha membulatkan mata sempurna kian berpikir.

Baru kali ini ia mendengar kata sholat lagi. Kapan ia terakhir sholat? Seingatnya, ia terakhir sholat saat ujian praktik agama kelas 9 SMP.

Tapi kemudian ia mengangguk menjawab pertanyaan Alyssa, ia merasa tidak enak dengan Alyssa kalau tidak shalat, karena ia merasa Alyssa sudah banyak menolongnya sejak kemarin.

Dasar manusia, shalat pun harus merasa tidak enak kepada manusia, bukan karena kewajibannya kepada Sang Pencipta.

Dengan gerakan lembut, ia menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Alyssa berulang kali berucap syukur dan terus berdzikir merasakan indahnya hari ini. Hari di mana temannya mau menjemput hidayahNya.

Semoga, Ayesha menjadi ahli syurgaMu ya rabbana.

Doanya lagi sambil tersenyum.

♡♡♡

Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum menampakkan wajahnya, Rio -ayah Alyssa sudah bersiap untuk pergi ke Kalimantan untuk menemui rekan bisnisnya. Rahma yang biasanya menemaninya kini tidak bisa ikut karena harus mengurus Sarah -si bungsu yang sedang sakit.

SEGITIGA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang