Ujian

1.3K 60 0
                                    

Pesta sudah berlalu 15 menit yang lalu, tapi Ryan dan Ayesha masih berada di dalam hotel bersama teman-teman Ryan.

"Ikut aku yuk." Tanpa menunggu jawaban Ayesha, Ryan segera menggandeng tangan Ayesha dengan erat.

Yang dipegang hanya bisa pasrah, perasaan dia tidak karuan sekarang ini. Dia masih terngiang segala ucapan Ibu Hesti dan adiknya.

Bahkan Ayesha tidak sadar bahwa Ryan mengajaknya ke sebuah kamar hotel. Kamar yang Ryan minta pada temannya untuk dirinya dan Ayesha.

Untuk menikmati segala nafsunya yang tidak tertahankan sedari tadi. Malam ini pasti akan menjadi malam terindah bagi mereka berdua terkhususnya bagi Ryan.

Pandangan Ayesha kosong, ia masih belum sadar bahwa Ryan telah mengunci pintu kamar hotelnya. Sampai sebuah tepukan pelan dari Ryan di punggungnya membuatnya sadar.

"Kita ngapain ke sini? Yang lain mana?" Tanya Ayesha berusaha tidak panik.

Dia berusaha menanam kepercayaan pada Ryan, sosok yang amat dicintainya. Ia yakin Ryan tidak akan berbuat macam-macam.

Sebandel apapun Ayesha, ia bukanlah perempuan murahan. Walau memang, pakaiannya tidak mencerminkan dirinya gadis baik. Ia hanya menyukai penampilan seksi, entah mengapa.

Tapi, ia masih berusaha menjaga hubungannya dengan baik tanpa ada sentuhan fisik kecuali pegangan tangan. Itu masih lumrah baginya.

"Yang lain ada kok sayang." Ryan menggoda, ia mulai merayu Ayesha.

Ayesha menepis tangan Ryan dengan kencang yang mulai meraba Ayesha.

"Apa-apaan sih Yan, ayo keluar."

"Tunggu dong Kiera sayang." Ryan hilang kendali. Dirinya dipenuhi gelora yang kian membesar karena bisikan setan.

Ia mulai menyentuh Ayesha tak karuan, padahal Ayesha berusaha mati-matian untuk menolaknya dengan mendorong-dorong tubuh Ryan. Tapi sayang, Ayesha tidak sekuat Ryan.

Ayesha takut, entah mengapa ia begitu takut. Ia tidak tahu harus minta tolong siapa. Sama sekali tidak tahu. Bahkan seseorang yang sangat ia percayai kini malah mengkhianatinya.

Kamar hotel yang mungkin bagi sebagian orang begitu nyaman, seakan membuat Ayesha seperti masuk ke dalam sarang hiena. Terkurung seorang diri di tengah hiena yang kelaparan. Ya, dia seolah tahu kalau dirinya tak akan selamat.

Ryan masih berusaha mendapatkan Ayesha, tapi gadis itu selalu menghalang dan mendorong tubuh Ryan. Tetap, Ayesha pun tidak akan menyerah.

Tapi, Ayesha tetaplah perempuan yang tidak memiliki kekuatan sebesar Ryan. Ayesha tersungkur ke lantai membuat Ryan segera mengunci kedua tangan Ayesha. Tapi, Ryan yang sedang membuka bajunya itu kehabisan waktu karena ditendang amat kencang oleh Ayesha.

Laki-laki itu mengaduh dan seolah kehilangan kendali melihat Ayesha yang berlari menuju pintu.

Ryan berusaha mengejar, tapi lagi-lagi satu pukulan keras dari vas bunga sudah menghilangkan kesadarannya yang sekaligus mengembalikan kesadaran hawa nafsunya.

Ayesha segera berlari dengan rambut dan make up yang berantakan. Ia tidak peduli bagaimana penampilannya sekarang, ia tidak peduli banyak orang yang sampai menutup mulut melihat dirinya sekarang.

Ia tidak habis pikir, lelaki yang ia cintai bahkan amat ia cintai, dibutakan oleh nafsu yang bahkan hampir merusaknya.

Mengapa bisa Ryan mengabaikan wajah Ayesha yang begitu ketakutan? Mengapa bisa Ryan tertawa penuh nafsu disaat Ayesha menangis tersedu-sedu?

SEGITIGA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang