"Disini aja. Gue gak mau kesana."
Elang sejenak berpikir dan menggangukan kepala nya."Oke,"
Cellin menarik tangan nya dari genggaman Elang. Dan berjalan menuu kursi panjang yang tak jauh terletak di sekitar mereka.

"Gue gak bisa gini terus. Dan lo juga gak bisa giniin gue terus, Lang." Ucap Cellin tegas ketika keduanya terduduk bersampingan.

Elang terdiam. Ia sudah tau maksud dari pembicaraan ini.

"Lo suka sama Acha. Tapi, kenapa harus gue yang jadi permainan lo? Mungkin kemaren gue udah bilang ke lo, gue tau maksud lo deketin gue. Dan gue setuju untuk membantu lo untuk...apalah itu!

Kita gak bisa gini terus, Lang. Cara lo tuh salah! Lo bersikap kayak gitu malah bikin perasaan gue jadi campur aduk! Gue gak bisa berhenti menyukai lo kalau sikap lo menunjukan seakan-akan lo menyukai gue. Padahal mah? Enggak." Ucap Cellin emosi.

"Maafin gue. Gue gak tau harus gimana."

"Lo terlalu polos untuk memperjuangkan seseorang, tapi sangat cerdik untuk mempermainkan seseorang. Lo tuh jago nya." Cellin tertawa kecil karna perkataan yang sangat jujur mengenai cowok disamping nya.

Elang turut tertawa, menertawakan perkataan Cellin yang sangat tepat mendeskripsikan dirinya. Masa bodoh dengan orang yang berlalu lalang di depan mereka.

"Gue gak mau jadi dinding diantara kalian. Lo ngerti 'kan maksud gue?"

Elang mengganguk.

"Perjuangin dia, Lang."

****

"Aku jadi lebih lega untuk ninggalin kamu disini."

"Kenapa?"

"Aku udah punya jawaban yang pasti, dari satu pertanyaan yang selama ini kamu jawab dengan keraguan. Tapi, malam ini kamu udah serius dengan jawaban kamu. Dan aku gak akan lagi mempertanyakan hal itu lagi nanti."

Acha tersenyum lebar dan membawa dirinya kedalam pelukan Dimas. Yang Ia rasakan saat ini adalah perasaan lega. Rasa lega karna satu masalah terselesaikan dengan baik. Tidak ada yang harus tersakiti.

"Kamu jaga diri disana. Jangan lupa kasih kabar ke aku tentang keadaan Tante ya! Semoga tante Dira cepat sembuh." Ujar Acha dalam pelukan.

Dimas menggangguk dan mengacak pelan puncak kepala Acha. "Kamu juga baik-baik disini. Jangan cengeng!"

Acha melepas pelukan nya, dan mundur beberapa langkah. "Aku gak cengeng!" Elak nya.

"Hahaha, masa?" Goda Dimas mengacak rambut Acha. Hingga membuat perempuan itu bersungut kesal.

Belum sempat Acha mengeluarkan ocehan nya. Tiba-tiba terdengar suara deheman dari belakang Dimas.

Dimas memutar tubuhnya. Dan Acha dapat lihat siapa yang baru saja datang ke rumah nya.

Keadaan menjadi canggung. Sampai akhirnya Dimas memulai pembicaraan. "Oi! Lang, apa kabar?" Sapanya mengulurkan tangan nya.

Elang menerima uluran tangan Dimas dan menjabat nya. "Baik." Jawab cowok itu singkat, lalu kedua nya melepas jabatan tangan masing-masing.

STAYEDWhere stories live. Discover now