[XIII] Nothing Like Us

5K 583 71
                                    

[XIII] NOTHING LIKE US


There’s nothing like us
There’s nothing like you and me
Together through the strom.

Angin malam kini mampu menyapu wajahnya saat kaca mobil terbuka sedikit demi sedikit, entah suasana tak mengenakkan macam apa yang kini membuat mereka saling mendiamkan diri seperti ini.

Jungkook tetap Jungkook yang terlalu perhitungan, dan  Kinan yang sangat keras kepala. Mereka adalah pasangan paling tidak masuk akal jika kalian melihat bagaimana tabi’at mereka masing-masing.

Tapi, siapa sangka  jika cinta mereka yang begitu besar bahkan mampu menghancurkan dinding kokoh bernama perbedaan.

Bertemu, berpisah, dan kini bertemu lagi saat keduanya memiliki peran yang saling bertabrakan, itu saja ternyata tak mampu membendung apa yang sudah delapan tahun terkubur. Meski, ya, meski kini mereka harus kembali melewati lautan untuk bisa  naik ke permukaan.

Cinta selalu punya jalannya sendiri, bahkan Albert Einstein mengatakan bahwa ‘Gravitasi  tidak berpengaruh pada mereka yang jatuh cinta’ apa, seperti ini kah?

“Ini masih terlalu awal untuk merasa lega, kita adalah buronan. Bukan hal mengejutkan jika akhirnya kita tertangkap.” Pria itu masih fokus dengan kemudinya, bicara dengan nada dingin seperti biasanya, tanpa mau menatap objek hidup di sampingnya. Dan gadis itu juga merasa  tidak perlu untuk dilirik olehnya, gadis itu masih diam—menikmati angin malam yang dingin namun bisa menenangkannya. Kinan yang antusias seperti ini bukan berarti dia tidak memikirkan apapun atau hanya menggantungkan hidupnya pada Jungkook. Hanya, sebentar saja, dia ingin merasakan kehidupan yang normal.

Hanya sejenak, sampai gadis itu memilih untuk kembali menatap pada pria di sampingnya. “Aku tahu. Karena kita bukanlah penulis takdir. Tapi, setidaknya Tuhan mengijinkan kita untuk bersama meski sebentar. Lagi pula,  ini tidak terlalu buruk. Sesekali aku juga ingin menjadi buronan, jika terus menerus aku yang harus mengejar, tidak mustahil aku akan merasa lelah. Jungkook, terima kasih karena kau sudah mau berjalan—berbalik menghampiriku.” Gadis itu tersenyum sambil menatap ke depan.

Mimpinya kini menjadi nyata, meskipun masa berlakunya entah sampai kapan. Tapi, gadis itu tidak begitu memikirkannya. Sebentar pun tak masalah dari pada tidak merasakannya sama sekali.

Kau memberi sepuluh, bukan berarti kau akan mendapat sepuluh juga. Tidak, Kinan bukan orang yang pamrih. Dia bersi keras bertahan hanya untuk memperjuangkan apa yang menurutnya berharga. Tidak lebih dari itu.

Kinan bahkan kuat menghancurkan dinding es seperti Jungkook, rasanya itu adalah pencapaiannya yang paling keren. Melihat pria itu duduk di sampingnya saja sudah seperti  mendapatkan bintang jatuh. Apa mungkin membanyangkannya? Tentu tidak! Justru karena mustahilanya itu, Kinan menyebutnya perumpamaan terbaik untuk dirinya yang menang.

“Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan, bersama dengan gadis gila sepertimu, rasanya tidak begitu merugikan.” Ucapnya, tangan itu masih bertaut dan keduanya saling melempar senyum.

Apa dirinya segila itu? Tanya Kinan dalam hati.

“Bagaimana bisa itu merugikan, aku gila pada saat-saat tertentu saja.” Elaknya, gadis itu menggembungkan pipinya karena kesal. bisa-bisanya pria itu mengklaim dirinya sebagai gadis gila. Gadis itu menghela nafasnya untuk kembali menormalkan emosinya, tidak baik bertengkar karena masalah sepele seperti ini. Diejek oleh Jungkook bukan hal baru, jadi, biarkan saja dia merdeka setelah mengejeknya.

“Jungkook, aku ingin tidur. Dan aku harap kau tidak membuangku di tengah jalan, aku masih ingin melihat wajahmu saat aku bangun nanti. Oke?” dan dia memejamkan matanya. Jungkook hanya mengangguk dan menatapnya sejenak, matanya sudah menutup dengan sempurna, tapi genggaman tangannya kian mengerat melingkupi tangan pria itu. Bukan hanya Jungkook yang kalut, gadis itu di balik sikap tenangnya juga menyimpan rasa takut yang sama dengannya.

THE RED BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang