"Selain itu?"

"Ya... Ya ada mama sama ayah gue. Kenapa, sih? Mau ngebom, ya?" Tebak gue asal, karena aneh aja tiba tiba dia nanya gini.

"Enggak, mau tidur sana. Semalem aja..." Ucapnya, namun nada suaranya terdengar sedikit berbeda, nggak seceria tadi sore. "Boleh ya, kak?"

"Emang kenapa?" Sergah gue, "Minta temenin kak Mali gih."

"Nggak bisa, kak Mali belom pulang, kak Cal juga udah kabur duluan." ujarnya, suaranya makin bergetar, membuat gue tambah bingung. "Ya, kak? Boleh ya, kak? Semalem aja..."

"I-Iya iya, boleh kok. Boleh, boleh" angguk gue, akhirnya mengiyakan permintaannya, nggak tega denger suaranya yang kayaknya makin ketakutan dari waktu ke waktu. Takut juga sih dia kenapa napa, tapi itu kan tanggung jawab Calum sama kak Mali harusnya, bukan gue. Jadi harusnya gue nggak usah ikutan takut juga.

'Harusnya'.

Tapi kayaknya nggak, karena makin gue pikirin, makin khawatir juga dengan keadaan bocah satu itu.

"Kenapa, Ka? Ada maling emangnya?" Tanya gue.

"Nanti aku jelasin..." Lirihnya. "Sekarang intinya aku boleh kesana, kan?"

"Boleh kok." Angguk gue. "Gue jemput, ya?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri, kok. Nanti bukain pintunya, ya?"

"Gue jemput aja deh, Ka." Sergah gue, yang gatau kenapa takut ngelepas dia jam segini sendirian ke rumah gue.

"Jangan, kak..." Ucapnya, "Bahaya kalo ketauan mama sama ayah..."

Mama sama ayah?

Ah, tambah bingung gue.

"Yaudah, gue jemput depan komplek aja ya?" Tanya gue lagi, yang meskipun nggak paham masalahnya, tapi akhirnya berusaha bantuin dia 'kabur' juga.

"Y-Yaudah, terserah... Aku keluar dulu, ya..."

Ia mematikan sambungan, membuat gue langsung bergegas mengambil kunci mobil, niat untuk menjemputnya benar benar terlaksana, karena rupanya ia juga nggak main main mau kesini.

-

"Kak?"

Gue terhenyak saat jendela mobil diketuk oleh seseorang, yang ternyata nggak lain nggak bukan, orang yang udah gue tunggu 15 menit dari tadi.

Gue membuka pintu samping, disusul dengan Kaka yang akhirnya membanting diri ke jok mobil gue. Matanya sembab, kentara banget dia habis nangis.

"Maaf ya kak, jadi ngerepotin..." Paraunya, yang gue angguki.

"Nyante, kali" ujar gue. "Besok sekolah, nggak?"

Ia mengangguk.
"Tapi nggak mau."

"Kenapa?" Tanya gue, sembari menyalakan mesin mobil, bersiap pergi dari tempat ini.

"Tasnya ketinggalan di rumah."

Nih anak kabur bukannya sekalian bawa tas, coba...

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now