Romeo terkekeh lalu mendekati Lena untuk kembali mengenakan pakaiannya "Oke..Oke.."

Mereka berdua duduk di soffa itu dengan santai, beberapa kali tangan Romeo mengusap paha Lena namun ditepis oleh Lena karena Lena ingin segera mendengar penjelasan Romeo perihal undangan palsu itu.

"Jadi apa penjelasanmu soal undangan palsu itu?" ucap Lena tak sabar karena sedari tadi Romeo hanya asik memegangi kulit tubuh Lena.

"Ok.. aku akui itu memang undangan palsu yang aku buat dan aku titipkan pada Tina sahabatmu.."

"Apaa??! Jadi Tina..?"

Romeo mengangguk. "Ya aku yang mengaturnya untuk berakting dan berpura pura kalau dia mendapatkan undangan itu. Awalnya aku ingin menyebarkan undangan palsu itu ke seluruh karyawan perusahaan ini. Tapi aku malas mendengar gossip yang akan berkembang nantinya. Jadi aku putuskan untuk bekerja sama dengan satu pegawaiku saja. Yaitu Tina, sahabatmu. Karena aku yakin dia orang yang bisa dipercaya.. Lagi pula..." Romeo menggantung kalimatnya sambil mengusap kulit dada Lena yang terlihat karena kancing kemeja Lena yang tak tertutup sempurna "Hanya dia yang tahu hubungan kita bukan?" lanjutnya lagi, Lena terkejut mendengar pengetahuan Romeo itu

"Bagaimana kau bisa tahu?? Aku tidak pernah mengatakannya padamu"

Romeo terkekeh kembali melihat wajah terkejut Lena yang tampak polos dan menggemaskan, membuatnya tak tahan untuk mencium bibir merah alami itu berkali kali "Apa yang tidak aku ketahui tentangmu Lena..? Bahkan kesepakatanmu dengan ayahku aku mengetahuinya.." ucap Romeo puas melihat wajah memerah Lena.

Tunggu... Kesepakatan... Apa maksud Romeo kesepakatanku dengan Mr. Ali?

"Kesepakatan? Kesepakatan apa??" ucap Lena pura pura bodoh dan tak mengerti maksud Romeo.

"Masih ingin berpura pura, hmm?" goda Romeo membuat Lena semakin malu dan memerah.

"Kalian membuat kesepakatan itu disini kan??" Romeo menjatuhkan bom itu tepat di muka Lena, membuat Lena tak berkutik seperti seorang maling yang sudah ketahuan.

"Aku mendengar semua percakapanmu dan ayahku.."

Lena semakin pucat pasi, dia merasa teramat bersalah karena Romeo mengetahui semua itu dan membeberkannya di hadapannya saat ini.

Tapi mana mungkin bisa Romeo mengetahui semuanya? Pertemuan yang dilakukan Mr. Ali dengannya adalah pertemuan dan kesepakatan rahasia, yang bahkan Romeo sudah dipastikan tidak akan mengetahuinya. Mr. Ali juga pasti sudah memastikan seluruh kamera CCTV dan penyadap suara diruangan ini dimatikan bukan?

Tapi bagaimana Romeo bisa tahu??

Romeo manatap Lena yang tampak begitu kaku, "Kenapa kau pucat sekali sayang? Tidak usah merasa tidak enak.. Justru karena aku telah mendengar percakapan itulah aku bersyukur telah menghamilimu.."

"Bersyukur menghamiliku?? Bagaimana kau tahu aku akan hamil? Apa saat bercinta waktu itu sudah kau rencanakan juga?" tanya Lena geram.

"Mungkin..."

"Apa maksudmu??" tanya Lena bingung dengan jawaban Romeo.

"Entah kenapa saat itu, saat kita bercinta aku sudah yakin bahwa kau akan hamil anakku. Bahkan aku memikirkan untuk menikahimu segera. Dan ternyata feelingku benar, ayahku mengajakmu melakukan kesepakatan konyol ini. Maka dari itu aku bersyukur karena aku sempat menidurimu dan menaruh benih di dalam rahimmu.."

Kalimat Romeo terdengan begitu vulgar dan dia mengatakannya tanpa malu malu, berbeda dengan Lena yang setengah mati menahan malu mendengar kalimat terang terangan tanpa filter itu.

Where Is My RomeoWhere stories live. Discover now