Who's the Girl?

1.7K 167 2
                                    

By : Mia


Jangan lupa tinggalkan jejak ya :D Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


Dengan langkah pelan tak bersuara, kudekati pria berkulit putih yang tengah sibuk dengan ponselnya tersebut. Kuyakin, ia tak sadar dengan kehadiranku di rumahnya. Salahnya sendiri, terlalu fokus!

"Oppa!"

Bersamaan dengan memanggilnya, tanganku juga melingkar di leher pria berwajah manis ini. Dia sedikit terlonjak, tapi kemudian berdecak sambil mendongak dan menyentil keningku.

"Kau kerasukan apa? Memanggilku dengan nada manja seperti itu, huh?" gumamnya sambil melepas lingkaran tanganku dari lehernya.

Aku tercengir, "Sudah dapat kekasih, hmm?" godaku sambil duduk di sampingnya.

Kembali decakannya terdengar, "Kau kira mencari kekasih sama mudahnya dengan mencari permen manis?"

"Mungkin!" Kuangkat bahu, "Oppa kan manis, jadi—"

"Aku tak ingin gadis yang hanya menyukai wajahku," potongnya tegas.

Bibirku mengatup, tatapannya kembali tertuju ke ponsel yang tengah dimainkan. Iseng, mataku melirik apa yang dilakukannya di benda persegi itu. Chatting? Dengan seorang gadis?

"Ehem!" Aku berdehem, dia segera menoleh. Aku bersiul sambil menghadap ke arah lain, dia berdesis.

Ponselnya berbunyi, tanda sebuah pesan masuk. Tampak terburu ia membuka, dan sebuah senyum tipis muncul di bibirnya. Membuatku yakin, ada sesuatu. Apa ini artinya, dia sudah mendapat penggantiku di hatinya?

"Oppa!" panggilku lagi sambil mencolek pipinya.

"Apa lagi?" tandasnya kesal.

"Siapa?" tanyaku jahil.

Keningnya berkerut, "Apa yang siapa?" Nada suaranya terdengar gusar.

"Itu...." Kutunjuk ponselnya, "chat dengan siapa?" Sambil tercengir aku bertanya.

Ia melirik ponselnya, "Bukan siapa-siapa," kilahnya.

"Bohong!" cibirku, "sini kulihat!" Dengan cepat kucoba mengambil ponselnya.

"Yak! Apa-apaan!" Berusaha keras ia menjauhkan ponselnya dariku.

"Oppa! Lihat!" Masih kucoba untuk mengambil benda persegi di tangan pria berkulit putih itu.

"Tidak ada lihat-lihat! Sana urusi kelinci jelekmu!" gerutunya sambil mendorong keningku, sengaja menjauhkan.

Aku tersenyum-senyum sambil mengusap kening, "Jadi penasaran, gadis mana yang berhasil mengambil hati Oppa-ku ini. Pasti dia gadis yang sangat cantik, hmm?" godaku sambil mengerling nakal.

"Yak! Tidak bisakah mulutmu itu diam?" protesnya sambil menutup wajahku dengan bantalan sofa.

"Aku baru tahu, seorang Min Yoon Gi bisa malu-malu juga." Tak jera, aku kembali menggodanya sambil tertawa.

"Mia—"

"Oppa, ayolah... beritahu aku, dia siapa?" rengekku memohon.

"Sudah kukatakan, dia bukan siapa-siapa!" Untuk kesekian kalinya, ia berdecak.

"Aku tidak percaya!" gelengku kuat.

Matanya melirik sinis, "Ya sudah jika tak percaya." Dan kembali ia bersandar ke sofa dan memandang layar televisi di hadapan kami.

Aku menjulurkan lidah, kuacak rambutnya gemas. Desisan kesalnya muncul, belum lagi tatapan membunuhnya. Tapi benar, aku jadi semakin ingin mengerjainya.

"Oppa-ku sedang jatuh cinta, ya-ya-ya." Kucubit pipi tirusnya hingga membuat pria ini menggeram kesal.

"Kau minta diapa, huh? Sini kau!" Tak terduga, ia langsung mencengkram tanganku yang sejak tadi mencubiti pipinya.

"A! A! A! Sakit! Oppa, sakit!" ringisku sambil berusaha melepaskan tangan darinya.

"Tidak sebelum kau minta ampun," tukasnya tajam, "dan jangan menggodaku lagi!" sambungnya kemudian.

"I-iya iya! Ampun, aku tak akan menggoda Oppa lagi," mohonku dengan wajah memelas.

"Janji?" tegasnya.

"Tidak." Aku menggeleng.

"Yak!"

"Aku tidak mau berjanji pada siapapun," jawabku polos.

Dia berdecak, melepaskan tanganku. Segera kukibaskan tangan yang tadi dicengkramnya. Sesekali kutiup bekas cengkramannya—percaya atau tidak, ini terasa panas.

"Jahat! Kau ingin membakarku atau baga—yak!"

Aku mendesis sambil memandangnya tajam. Ia hanya memandangku datar, decakanku muncul. Dia tak sadar atau bagaimana?

"Kepalaku jangan didorong terus-terusan!" protesku kesal.

"Kau sendiri? Berapa kali kukatakan, panggil aku 'Oppa'!" sergahnya cepat dan sinis, membuatku terdiam.

"Maaf." Akhirnya, hanya itu yang bisa kukatakan dengan suara pelan.

Dia mengembuskan napas, "Sudahlah," gumamnya sambil meluruskan kaki ke meja dan menyandarkan punggung. Kepalanya terdongak, sedangkan matanya mulai terpejam.

Aku bergumam, "Oppa," panggilku hati-hati.

"Hmm?"

"Ayolah, beritahu aku. Oppa chatting dengan siapa? Pasti dengan gadis, bukan? Siapa namanya?" tanyaku tanpa terputus.

"Kenapa kau sangat sibuk mengurusku, huh? Lebih baik kau mengurus kelinci jelekmu yang juga sibuk chatting dengan gadis lain," sahutnya dengan mata terpejam.

Jungkook chatting dengan gadis lain?

"Biar saja, paling hanya dengan temannya." Kucoba berpikir jernih.

Sebelah matanya membuka, "Benar hanya teman? Kau yakin? Jungkook itu playboy internasion—uhuk!"

Suga terbatuk saat tinjuku mengenai perutnya. Aku kesal! Dia menyebalkan!

"Cepatlah, beritahu aku gadis itu siapa! Jangan bawa-bawa Jungkook!" gerutuku tak sabar.

Dia diam sejenak, "Nanti kau akan mengetahuinya," jawabnya kemudian.

"Tapi—"

Tangannya mengacak puncak rambutku, "Aku janji, jika waktunya sudah tepat, dia akan kukenalkan padamu. Jadi, tunggulah dengan tenang hingga saatnya tiba." Senyum lembutnya terikut serta saat berbicara.

Aku terdiam, "Benar?" tegasku.

Dia mengangguk. Kuembuskan napas lega, "Baiklah! Tapi satu pesanku, jangan sampai salah memilih. Jangan juga terlalu mudah jatuh cinta. Ingat, Oppa itu sulit move on!" pesanku sambil menekan kata yang terakhir.

Dia meringis, "Iya-iya, aku mengerti, bocah cerewet!"

Senyumku muncul, "Cepatlah cari waktu yang tepat dan kenalkan dia padaku, oke?"

Tawanya terdengar, "Kuusahakan."

Yes! Semoga waktu yang dijanjikannya cepat datang, dan aku... tak perlu menebak lebih lama.

Siapapun dia, kumohon, jangan sekali-kali bermain-main dengannya. Karena jika kalian hanya bermain-main, aku janji, aku yang pertama kali akan melabrak dan marah pada kalian.

-FIN-

**Yang terakhir jangan ditanggapi serius :D

[Suga x Mia]Where stories live. Discover now