My Sister

3.7K 329 9
                                    

By : Mia 


Sesudah baca jangan lupa tinggalin jejak :) Kalau ada kritik jangan dipendam ^_^ Thank you <3


-oOo-


-Suga POV-


Aku memasuki rumah yang sudah kukenal seluk beluknya ini dengan santai. Aku bosan di rumah, dan satu-satunya tempat yang nyaman untuk kudatangi adalah rumah ini—rumah Mia. Selain karena hawa rumahnya yang sejuk dan menenangkan, aku juga memiliki kesempatan untuk menyiksa yeoja cerewet itu hingga dia terdiam dan menekuk wajahnya kesal. Aaah... Moment yang sangat menyenangkan untukku.

Tapi kali ini aku harus mengerutkan kening saat melihatnya yang tengah merebahkan diri di sofa sambil memukul-mukul kakinya. Dia sama sekali tak sadar dengan kehadiranku hingga aku berdehem dan mendekatinya.

"Kau kenapa?" Tanyaku sambil duduk di sofa setelah menyingkirkan kakinya dari tempatku duduk.

Dia bangun sambil menarik nafas panjang, duduk di sampingku dan kembali memukul pelan pahanya, "Kakiku sakit lagi." Ucapnya pelan.

Aku meliriknya, lalu mengambil ponsel dan memainkannya, "Kenapa bisa sakit?" Tanyaku acuh tak acuh.

"Ntah."

Aku berdecak, kembali fokus pada ponselku. Tapi kemudian teringat sesuatu, segera saja aku memandangnya yang masih memukul-mukul pelan paha kirinya, "Tadi kau pulang kuliah dengan berhujan-hujan , huh?" Tanyaku penuh selidik.

Dia balas memandangku, "Iya, kenapa?"

Segera tanganku menjitak kepalanya hingga ia meringis, "Bocah! Kenapa kau berhujan-hujan? Sudah tahu kakimu sensitif jika cuaca dingin!" Omelku geram.

Dia mengusap-usap kepalanya sambil cemberut, "Mau bagaimana lagi? Tadi hujannya tidak mau berhenti." Jawabnya.

"Kenapa tidak menelponku untuk menjemput? Jadi aku bisa membawakan jas hujan untukmu. Aish! Kenapa, kenapa setiap bertindak kau selalu tidak memikirkan akibatnya, huh! Kalau sudah sakit begini memangnya kau bisa apa selain menangis?"

"Oppa!"

"Jangan berhujan-hujan lagi! Jangan lupa juga minum susu sebelum tidur! Obatmu juga di minum! Tubuhmu itu sensitif, jadi kau harus menjaganya dengan baik jika tidak ingin terus-terusan sakit!"

"Aku tidak akan berhujan-hujan lagi, aku juga akan meminum susu sebelum tidur, obat juga akan terus ku minum. Oppa tidak perlu khawatir!"

"Aku tidak khawatir denganmu! Aku hanya mengingatkanmu! Kau itu ceroboh!" Kilahku sambil mendorong keningnya.

"Kau cerewet! Eomma ku saja tidak secerewet ini padaku!" Gerutunya sambil kembali memukul-mukul pahanya.

"Aku cerewet karena kau sangat sulit untuk diingatkan! Padahal sudah berulang kali aku mengingatkan agar tidak berhujan-hujan, tapi kau tetap saja melakukannya! Dan lihat akibatnya? Kau ini bandel, bocah!" Cercaku.

Dia menendang kakiku dengan keras, membuatku meringis dan langsung menghadiahinya tatapan tajam yang mematikan—tapi sayang, dia tidak mati. Dia balas memandangku, dan....

"EOMMA!!!!!! SUGA OPPA JAHAT!!!!!" Teriaknya nyaring dengan wajah yang ingin menangis.

"Bocah! Aku jahat dari mananya? Dan, ya'! Berhenti berteriak! Kau bisa membuat orang lain mendemo rumah ini!" Protesku cepat.

Dia diam, "OPPA JAHAT! GULA GULALI PAHIT! JELEK! MULUT PEDAS! CEREWET! KAKEK TUA! SOK POLOS! PENDEK! MAYAT HIDUP! JAHAT! JAHAT! JAHAT! PERGI KAU SANA!" Cercanya kemudian.

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, yeoja ini jika sudah membully memang tidak tanggung-tanggung, semuanya pasti disebut olehnya. Pedas memang, tapi itulah dia. Untung Jungkook tahan berpacaran dengannya.

"Bukannya menolong agar sakit kakiku berkurang, malah mengomel! Dasar kakek cerewet!" Sambungnya lagi dengan wajah yang semakin bertekuk.

Aku memandangnya datar, menghembuskan nafas panjang dan memasukkan ponselku ke dalam saku. "Anak kecil, tidurlah." Perintahku.

Dia menaikkan alis, "Tidur? Aku ti-ya'!"

Aku mengangkatnya asal menuju kamar. Bocah ini jika dibeginikan pasti akan terus membullyku tanpa henti. Tidak kuperdulikan dia yang minta diturunkan, kudorong pintu kamarnya dengan kaki dan langsung menghempaskannya ke tempat tidur.

"Ternyata kau berat juga." Ucapku sambil mengibas-ngibaskan dua tanganku yang terasa kaku.

Dia bangun dan langsung melemparku dengan bantal, rambut setengah punggungnya acak-acakan.

"Aku tidak minta digendong!" Protesnya kesal.

Aku duduk di pinggir tempat tidur, tanganku terulur merapikan rambut lurusnya yang berantakan, dia diam. "Kau harus istirahat, tidurlah." Perintahku.

Dia diam, aku menaikkan sebelah alis, "Tidur sendiri atau mau kutidurkan?" Tawarku.

Dia berdecak, dan segera merebahkan diri. Aku menyelimutinya dengan rapat, jangan sampai dia kedinginan dan menangis karena sakit kaki. Terakhir, tanganku mengacak rambutnya pelan sambil tersenyum.

"Tidurlah, aku akan di sini hingga kau tertidur." Ucapku sambil menepuk-nepuk pelan kakinya yang tertutup selimut.

"Tapi-"

"Tutup matamu, dan tidur!" Perintahku memotong ucapannya.

Dia menatapku kesal, tapi kemudian menuruti perintahku—menutup matanya dan mencoba terlelap. Aku masih menepuk-nepuk kakinya yang tertutup selimut dengan pelan, mataku memandangnya yang terpejam. Kuhela nafas panjang, padahal Cuma adik angkat, tapi kenapa aku bersedia merepotkan diri seperti ini? Bukannya tujuanku datang ke sini adalah untuk bersantai, bukannya menjaganya hingga tertidur seperti ini? Tapi... Ah! Sudahlah, tidur yang nyenyak, Mia.

-END-

[Suga x Mia]Where stories live. Discover now