14

1.9K 212 28
                                    

Menemani minggu pagi kalian! Enjoy.

Naomi mengganti bunga mawar yang lama dengan yang baru. Naomi sengaja membelikan vas bunga dan meletakannya di atas nakas. Hari ketiga. Hari ketiga setelah Ve di vonis koma oleh sang Dokter. Dan tiga hari berturut-turut tanpa absen sehari pun Naomi datang untuk menjenguk Ve tanpa rasa bosan sekalipun.

Naomi duduk di kursi yang telah di sediakan lalu menopang dagunya di atas kasur. Ia genggam tangan dingin Ve lalu tersenyum. "Hari ketiga. Dan lo masih nutup mata lo juga? Lo gak mau bangun gitu? Lo ngelewatin Try Out tiga hari berturut-turut lho. Gak lulus baru tau rasa lo."

Naomi mengelus rambut hitam pekat Ve lembut. "Ve, lo tau gak? Gue khawatir banget tau sama lo. Gue takut. Takut lo pergi. Sama kaya yang ada di mimpi gue beberapa hari yang lalu. Gue belom siap Ve.

Gue masih mau denger lo ngomel-ngomel. Masih mau denger lo marahin gue. Mukul gue. Lempar gue pake buku atau sepatu sekalipun juga nggak apa-apa. Gue masih mau belajar sama lo. Di ajarin sama lo. Gue kangen sama lo Ve."

"Gue gak konsen ngerjain soal Try Out. Dosa lo bikin gue kepikiran terus sama lo." Naomi tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Lo juga dosa, bikin gue sedih setiap hari."

Naomi menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan. "Seperti apa yang aku bilang beberapa hari yang lalu. Aku bilang buat tetap tinggal disini. Sama aku. Dan aku akan terus mengucapkan kalimat itu sampai kamu membuka kedua mata kamu. Stay with me. Please. Stay with me. Open your eyes. I will make you happy and smile. Everyday. Everytime. And forever."

*****

Seminggu telah berlalu dan keadaan Ve masih dalam keadaan koma. Dokter bilang, pebdarahan di otaknya cukup parah serta tempurung kepalanya sedikit retak, jadi tidak salah jika Ve masih setia menutup matanya dengan napas pelan dan teratur.

Naomi menghela napasnya. Tidak bosan menunggu Ve berjam-jam disini. Sampai larut malam pun Naomi belum niat beranjak dari tempat duduknya. Masih memandangi wajah Ve yang terlihat nyaman dan damai. Pipi mochinya terlihat sedikit lebih kurus. Bibir yang biasanya berwarna merah muda terlihat sedikit lebih pucat.

"Gue yakin lo bisa denger gue. Bangun Ve. Bangun. Gue mohon." lirih Naomi pelan. "Gue yakin lo disana bosen gue suruh bangun terus. Tapi gue gak peduli. Gue bakal terus nyuruh lo buat bangun."

Naomi mengusap wajahnya kasar lalu menyentuh lengan Ve. "Ve? Lo tau gak? Gue ada cerita nih. Cerita tentang dua orang sahabat. Satu di antara mereka jatuh cinta pada sahabat terbaiknya. Saat dia tau bahwa sahabatnya jatuh cinta padanya, dia merasa baik-baik aja. Bahkan kesenengan. Tapi...dia takut. Takut karena udah pernah disakiti. Hal itu membuat dia buta. Buta akan cinta. Bahkan saat sang sahabat sudah menunjukan bahwa dia benar-benar jatuh cinta padanya dan memperlakukannya dengan baik orang itu masih ketakutan akan apa yang namanya cinta.

Tapi...lo harus tau satu hal. Apa kamu tau bahwa aku sudah jatuh cinta padamu? Atau...atau kamu tidak menyadari itu? Senyum di wajahmu membuatku tidak tau aku harus pergi kemana. Aku disini. Aku disini untuk membuatmu bahagia. Aku disini untuk membuatmu tersenyum. Aku sudah menunggu sejak lama untuk mengatakan semua ini."

Naomi menghentikan ucapannya dengan helaan nafas panjang. Ia tersenyum lalu berdiri. Ia dekatkan bibirnya untuk mengecup kening Ve. "Aku sayang sama kamu Ve. Sayang banget. Jangan tinggalin aku. Tolong buka mata kamu. Aku gak bisa buat janji, tapi aku bakal tunjukin bahwa aku bisa buat kamu bahagia. Pegang ucapan aku."

*****

Ve POV

Aku berada...berada di tempat serba putih. Entah aku dimana. Aku sendirian. Benar-benar sendirian. Aku mencoba melangkahkan kakiku untuk mencari tau dimana keberadaanku. Aku tolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ada aku.

When Bad Meet Good [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang