12

2.5K 203 49
                                    

Ve POV

Merasa nyaman pada seseorang itu tidak salah kan? Yah...walaupun orang itu sangat menyebalkan. Tentu kalian akan terkuras emosinya kalau sedang bersama orang yang memiliki sifat menyebalkan. Sama sepertiku, aku merasa emosiku selalu terkuras kalau Naomi berada disisiku. Aneh bukan, awalanya aku merasa sedikit benci padanya. Tetapi...lama kelamaan aku merasa bahwa berada di sisinya itu benar.

Hari-hari kujalani dengannya. Tidak juga sih. Hanya sorenya saja aku bertemu dengannya dan di tambah sabtu-minggu aku ke rumahnya. Untuk apa? Tentu untuk mementorinya. Awalnya aku tidak setuju dengan keputusan Bu Melody dan orang tua Naomi. Tetapi, semakin kesini aku sudah mulai terbiasa untuk mengajarinya seusai pelajaran dan di akhir pekan.

Mengajarinya adalah salah satu tantangan terbesar yang ada di hidupku. Aku harus meningkatkan tingkat kesabaran tentunya. Belum lagi aku harus menguras tenaga untuk memarahinya, menjewernya bahkan melemparnya dengan barang yang sedang kugenggam.

Tetapi, dari semua perlakuan yang aku lakukan padanya adalah demi kebaikannya. Aku lelah melihat Naomi setiap harinya dapat hukuman dan bahkan membuat ulah. Kalau bukan bertengkar, ya tawuran.

Tidak. Semua itu sudah usai. Aku sudah berhasil setidaknya sedikit merubah kebiasaan Naomi. Sekarang, Naomi sudah tidak sering tawuran lagi. Masih. Cuma hanya saat dia hilang dari pengawasanku saja. Nilainya juga sudah membaik. Seperti sekarang, ia datang ke kelasku hanya untuk menunjukan hasil ulangan Matematikanya padaku.

Aku tersenyum lebar saat melihat raut bahagia di wajahnya. "Lumayan lah ya, dari 0 sampai ke 40." gumamku pelan.

Naomi memberengut. "Lumayan gimana? Ini udah di luar biasa Ve. Naik 40. Lo mah bukannya seneng atau apa itu lo berhasil mentorin gue. Gitu sih lo."

Aku tertawa kecil. Kini aku sedikit mengetahui sifat aslinya. Yaitu, manja. Ya, Naomi sedikit manja kalau sedang di dekatku. Tapi lebih sering malu-malu kucing sih kalau mau minta sesuatu.

"Iya Naomi iya. Selamat ya. Semoga kedepannya lebih baik ya? Mangkanya belajar yang bener. Biar nilainya bisa naik jadi 90. Nanti kamu aku traktir." ucapku sambil tersenyum.

"Serius nih?" tanya Naomi semangat.

Aku mengangguk. "Iya serius. Kalau kamu dapet 90. Ulangan apa aja. Kamu aku traktir makan sepuas kamu."

"Yeay!" pekik Naomi. "Pasti. Gue pasti dapet 90 Ve. Doain gue ya hehe. Gue balik ke kelas. Dadaah!" ucap Naomi sambil melambai padaku lalu ia langsung berlari menuju kelasnya.

Aku menggelengkan kepalaku. Setidaknya aku bisa merubah seseorang yang dulunya bersifat dingin menjadi lebih hangat kan?

*****

Benar. Apa yang di bilang Naomi beberapa hari yang lalu itu adalah benar. Naomi mendapatkan nilai yang sudah kujanjikan. 90.

Tentu aku senang bukan main. Ternyata Naomi benar-benar berusaha hanya untuk mendapatkan traktiran dariku. Huh, harusnya dari awal saja aku melakukan cara seperti itu, ya?

Kini aku dan Naomi berada di pinggir jalan untuk makan. Ya, Naomi yang minta. Dia bilang ada mie ayam yang rasanya sangat enak dan murah disini. Jadi, aku ikut saja. Lagipula, aku numpang sama dia hehe.

"Nih, walaupun di pinggir jalan begini, rasanya jangan salah Ve." ucap Naomi sambil menarik tanganku untuk duduk di salah satu kursi.

"2 ya, Mas! Biasa." teriak Naomi pada penjual yang di jawab dengan dua ancungan ibu jari.

"Oh, kamu udah biasa kesini, Mi?" tanyaku.

Naomi mengangguk. "Iya. Gue kalo beli mie ayam disini. Walaupun di bungkus, tetep disini hehe." jawab Naomi bersemangat. "By the way, gimana lomba desain lo?"

When Bad Meet Good [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang