11

2.5K 206 18
                                    

"Mm, Mi? Kayanya kita gak langsung pulang dulu deh." ucap Ve yang reflek membuat Naomi menekan pedal rem secara mendadak.

Buk!

"Aduuh. Naomiii!!" teriak Ve sambil mengusap keningnya yang terkena benturan dengan dashboard.

Naomi yang melihat itu langsung menjulurkan tangannya untuk mengusap kening Ve. "E-eh, maaf. Gak papa kan?" tanya Naomi dengan tangan masih mengusap lembut kening Ve.

Ve yang mendapatkan sentuhan dari Naomi mendadak jantungnya berdetak sangat cepat. Tanpa seizin dari Ve pipinya bersemu merah. Pikirannya melayang kepada mimpi yang ia dapati beberapa hari yang lalu. Mimpi dimana dengan liarnya Ve mengecup bibir Naomi. Ve menggelengkan kepalanya guna menghilangkan pikiran itu.

"Eh? Lo gak papa seriusan?" tanya Naomi sedikit khawatir. "Maaf. Abis lo tadi bilangnya dadakan gitu sih. Gue jadi reflek. Gue kira kelewat."

Ve mendadak menjadi gugup. Naomi yang menyadari dimana posisi tangannya itu langsung menarik kembali tangannya. Naomi memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke arah depan. "Jadi...kita kemana?"

"Uhm..." Ve diam sejenak guna menetralkan debar jantungnya. "K-kamu laper, kan?" tanya Ve pelan.

Naomi mengernyit bingung karena tiba-tiba Ve menjadi gugup serta suaranya menjadi sangat pelan. "Lo kenapa sih? Lo sakit?" tanya Naomi hendak menyentuh kening Ve kembali. Namun dengan cepat Ve menggeleng. Ve tidak mau mendapatkan sentuhan dari Naomi lagi. Sentuhan itu berefek tidak baik pada jantung serta pipinya.

"Ng-nggak. Aku gak papa. A-aku cuma...cuma laper. Ah, iya laper." jawab Ve sedikit gugup.

Kerutan di dahi Naomi sedikit menyamar. Naomi mengangguk. "Ooh, laper. Pantes aja gendut." gumam Naomi guna mencairkan suasana.

Ve mendengus. Kan sudah di bilang. Ve paling sensitif dengan yang namanya berat badan. Ve memukul bahu Naomi cukup keras. "Aku udah berapa kali bilang kalo aku ini gak gendut?"

Naomi mengangkat bahunya acuh lalu kembali melajukan mobilnya menuju mall terdekat. "Emang kenyataan Ve. Lo itu gendut."

"AKU GAK GENDUT NAOMI! KAMU AKU GEBUK YA SEKALI LAGI BILANG AKU GENDUT!" teriak Ve sambil mencubit lengan Naomi.

"A-aw! Iy-iyaa. Ish mangkanya di denger dulu. Gue itu mau bilang, lo itu gendut. Cuma pipinya doang. Ah, main potong aja sih lo." ucap Naomi sambil mengusap bekas cubitan Ve.

"Aku tau di balik kata-kata itu Naomi. Jangan kira aku gak sadar." ucap Ve sambil memberengutkan wajahnya.

Naomi yang melihat itu tertawa kecil. Reflek tangannya ia daratkan di puncak kepala Ve lalu mengusapnya pelan. "Ve, Ve. Lo itu udah gede padahal. Cuma sifat kaya anak kecil. Suka banget gembungin pipi kaya ikan kembung." ucap Naomi sambil tertawa kecil.

Ve yang mendapatkan usapan di kepalanya mendadak pipinya kembali memanas. Ia yakin sekali bahwa sekarang pipinya sudah semerah tomat. Belum lagi jantungnya yang hendak meledak seperti pop corn. Tangannya yang diam berulang kali meremas tas yang berada di pangkuannya guna menetralkan degup jantungnya. Tapi tetap saja tidak bisa.

"Kayanya kalo di bandingin sama sifat kekanak-kanakan lo sama anak TK, kayanya lo deh yang pantes jadi anak TK." gumam Naomi yang tangannya sudah kembali memegang kemudi.

Ve menghela nafasnya lega. "Ve? Lo denger gak sih apa yang gue bilang dari tadi?" tanya Naomi ketus.

"H-hah? Apa? Kamu ngomong apa?" tanya Ve panik.

"Kan, lo dari tadi ngelamunin apaan sih? Sampe tangan ngeremes tas gitu. Lo sakit perut? Atau gimana?" tanya Naomi terdengar ada nada kekhawatiran disana.

When Bad Meet Good [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang