Chapter 19

2.5K 261 3
                                    

"Selamat datang kembali, Sara." Callum menyambutku ketika aku baru saja duduk di kursiku. Entah mengapa aku merasa dia sedang menyindirku saat ini.

Namun, karena dia adalah atasanku, aku hanya tersenyum sebagai respon.

Setelah Callum masuk ke dalam ruangannya, aku mendekatkan kursiku ke meja Jemma dan berkata, "Jadi, apa saja yang aku lewatkan ketika aku tidak masuk kemarin?"

Jemma, yang sedari tadi fokus menghadap monitor, tiba-tiba saja merubah ekspresinya dan menatapku dengan penuh antusias. "Kau seharusnya masuk kemarin! Ada kehebohan yang baru pertama kali terjadi di perusahaan ini!"

Aku mengangkat kedua alisku dengan pandangan bertanya. Tanpa perlu kuminta, Jemma kembali melanjutkan ceritanya.

"Untuk pertama kalinya, bos kita terlihat sangat marah." Jemma memulai. "Aku tidak tahu apa dan siapa yang membuatnya semarah itu—tapi dia terlihat sangat marah dan ingin membunuh semua orang yang menghalanginya detik itu juga!"

Oke, pembukaan cerita yang menarik. Menatapnya dengan penuh antusias, aku meminta untuk melanjutkan ceritanya dalam diam.

Menangkap kode dariku, Jemma kembali bercerita. "Seperti yang aku katakan, aku tidak tahu asal mulanya. Yang aku tahu, dia keluar dari ruangannya dan terlihat marah ketika dia masuk ke ruangan Callum. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, namun tidak lama setelahnya, dia keluar dan membanting pintu ruangan Callum sebelum menghampiriku. Dia menatap mejamu yang kosong dan bertanya kepadaku apa kau menghubungiku atau tidak.

"Aku berkata kalau kau tidak menghubungiku sama sekali. Lalu dia menggenggam mejamu dan meremukkan sedikit di bagian ujungnya. Setelah itu dia pergi dan," Jemma mengintip ke arah mejaku sekilas. "Sepertinya perusahaan sudah mengganti mejamu dengan yang baru."

"Apakah kau menjalin hubungan yang spesial dengan bos kita?" Tanyanya penasaran.

Tanpa berpikir dua kali, aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak sudi mengakuinya sebagai kekasihku—atau apapun itu—untuk saat ini. "Aku tidak secantik itu untuk mendapatkan, ataupun menarik perhatiannya, Jemma."

Jemma menganggukkan kepalanya. "Benar juga. Maafkan aku, tapi benar adanya jika wanita yang sering datang ke kantor untuk bertemu dengan Mr. Trevino jauh lebih cantik daripada kau, Sara. Dan mereka semua memakai pakaian seksi yang kurang bahan. Tidak sepertimu yang terlihat begitu... sopan. Jujur, aku tidak yakin apakah Mr. Trevino akan tergoda dengan wanita berpakaian sangat sopan sepertimu. Mengingat dia tidak pernah membawa wanita yang berpakaian tertutup ke dalam ruangannya sebelumnya."

Apa Kevin sudah gila? Maksudku, aku tahu jika dia gila, tapi aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti itu di kantor. Apa dia tidak bisa bersikap lebih profesional?

"Apakah kau tahu, seberapa sering Mr. Trevino membawa wanitanya kemari?"

Jemma mengedikkan bahunya. "Aku tidak pernah menghitung. Tapi dari rumor yang aku dengar, seminggu sekali pasti ada wanita yang masuk ke ruangan beliau."

Seminggu sekali?! Ya Tuhan! Apa Kevin sama sekali tidak malu bersikap seperti itu? Apa urat malunya benar-benar sudah putus?

"Apakah ada hari spesifik buat dia membawa wanitanya ke kantor?"

"Aku tidak tahu." Gelengnya. "Aku tidak pernah memperhatikannya."

Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban. Entah mengapa, jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa sedikit... sedih? Kecewa? Marah? Entahlah...

"Hm, tapi setelah aku ingat-ingat, Mr. Trevino sudah jarang membawa wanitanya ke kantor." Lanjut Jemma tiba-tiba. "Ya, aku tidak pernah mendengar rumor itu lagi akhir-akhir ini."

Marked ✔Where stories live. Discover now