Chapter 14

2.8K 308 8
                                    

Tangan kanannya bermain dengan erotis di pusat kewanitaanku, dan tangan kirinya yang sibuk memainkan putingku dengan nakal. Tak hanya kedua tangannya yang sangat sibuk memainkan tubuhku, mulutnya pun tak tinggal diam—terus mencecap dan menjelajahi mulutku dengan panas.

"Kau lihat itu," ucapnya dengan suara rendah. "Milikku dengan begitu mudahnya terbangunkan ketika berhadapan denganmu. Dan bersetubuh denganmu... terasa sangat berbeda. Jauh terasa berbeda, Sara."

Jujur, aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Walaupun mulutku dalam posisi terbuka saat ini, tapi aku tak bisa berkata apa-apa. Tak bisa membalas perkataannya yang vulgar. Mengingat aku sendiri tengah sibuk mendapatkan gelombang aneh dan nikmat yang mendatangiku. Sesuatu yang menggelitik di bagian bawah perutku—yang membuatku rasanya ingin buang air kecil.

"Dasar wanita murahan. Dengan tanganku saja kau sudah datang." Hinanya, yang entah mengapa aku tidak merasa sakit hati mendengarnya. Well, sudah kubilang kan, kalau aku sibuk merasakan kenikmatan yang sedang membanjiri tubuhku saat ini?

"Tapi aku belum selesai bermain dengan tubuhmu." Bisiknya.

Tanpa meminta izin dariku, dia segera memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaanku yang sudah basah. Menghentakkannya dengan keras dan dalam. Dengan irama cepat yang membuatku terengah dalam kenikmatan duniawi.

"Shit!" makinya. "Aku akan datang sebentar lagi—dan kau jangan beraninya datang terlebih dahulu."

Apa dia memintaku untuk menahan gejolak ini? Apa dia gila? Aku sudah tidak tahan!

"I'm going to come." desahku.

"Sara, do not fucking come!" geramnya. "Tunggu sebentar lagi... and come."

Ketika dia berkata 'come', tanpa membuang waktu aku segera datang seperti yang diperintahkannya. Rasa lega mengalir di seluruh tubuhku detik itu juga.

"Sekarang aku paham." Ucapnya setelah beberapa menit kemudian.

Setelah kami berdua mendapatkan kenikmatan bersama, Kevin memutuskan untuk tidur di sampingku dan memainkan helai rambutku. Sedangkan aku berusaha untuk mengatur napasku seraya memejamkan kedua mataku.

Bercinta dengan Kevin benar-benar membuatku lelah. Aku pikir setelah dia mengantarkanku ke apartemen baruku—well bukannya memulangkan kembali ke apartemenku sendiri, Kevin malah memberikanku sebuah apartemen baru yang katanya dekat dengan kantor baruku—dia malah melanjutkan aktivitas bercinta di apartemen baru ini.

"Paham tentang apa?" tanyaku pelan.

"Paham mengapa Ayahku yang gila itu tetap mempertahankan Ibuku—seorang wanita yang lemah sepertimu." Kevin berhenti sejenak dan menatapku dengan dalam. "Ternyata bersetubuh denganmu terasa begitu beda. Bercinta dengan pasangan hidupku—mateku—jauh lebih menyenangkan. Aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa bersetubuh dengan wanita lain atau tidak sekarang."

Aku menatap Kevin dengan raut tak percaya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Walaupun aku merasa bangga ketika dia berkata bahwa bercinta denganku ternyata jauh lebih menyenangkan, tapi aku tetap tak habis pikir jika dia berencana akan bercinta dengan wanita lain setelah ini.

"Apa?" tanyanya dengan polos. "Kau tidak berpikir jika aku tidak pernah tidur dengan wanita lain sebelum bertemu denganmu, kan? Kalau iya, buang jauh-jauh hal itu dari kepalamu. Aku tidak mungkin hanya berdiam diri selama enam ratus lima puluh tahun."

Aku memutar kedua bola mataku. "Aku tidak peduli tentang hal itu. Aku hanya tidak habis pikir jika kau berencana tidur dengan wanita lain setelah beberapa menit yang lalu, kau baru saja selesai denganku."

Marked ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt