Welcome Sayang!!

849 31 0
                                    

Rara dan ragil berhenti di sebuah rumah kosong. Mereka mengatur nafas mereka yang sudah sangat tidak teratur lagi.

"Kak... aku ... capek... banget..." rara berbicara sambil tersengal-sengal.

"Kita... berhenti di sini... dulu.."jawab ragil.

Mereka perlahan memasuki rumah kosong yang megah. Rumah itu sangat bagus. Di dalamnya banyak perabotan mahal. Ruangan nya sangat luas. Rara dan ragil saling melirik, mereka takut ada orang dan kemudian mereka akan dianggap sebagai pencuri.

"Kak, bagaimana kalau ada orang?" Tanya rara

"Sssst! Kau jangan berisik! Nanti kita ketahuan."

"Kak. Ayolahhh. Kita panggil saja orang di rumah ini keras-keras. Jika tidak ada yang menjawab, baru kita lanjut lagi masuk kedalam" rara merengek-rengek.

"Kau ini! Kalau kita teriak, ada kemungkinan si devil itu menemukan kita di sini. Lagipula, dilihat dari debu yang menempel, rumah ini sudah tidak berpenghuni lagi" jawab ragil serius.

"Namanya angel kak" rara membenarkan

"Ya! Itu dulu! Sekarang namanya sudah berubah menjadi devil" jawab ragil asal.

Rara hanya memutar bola mata. Kakaknya ini memang selalu bisa mengalahkannya dalam berdebat.

Mereka masuk ke dalam ruangan pertama. Diruangan itu ada beberapa kursi dan meja tamu. Sepertinya ini ruang tamu. Mereka kembali masuk ke ruangan selanjutnya, ternyata disana ada meja dan kursi lagi.

"Kak.. mengapa harus ada meja dan kursi lagi?" tanya rara kesal.

"Ini ruang makan bodoh! Wajar dong kalau ada meja dan kursi lagi" jawab ragil. Rara yang mendengar hanya bisa cengar-cengir sendiri.

Disaat mereka sedang mengelilingi ruangan, mereka melihat sebuah pintu kecil yang sedikit terbuka. Ragil penasaran dan mengintip ke dalam pintu itu, ternyata itu adalah lorong bawah tanah. Tinggi lorong itu sekitar 1 meter, lebarnya hanya cukup untuk satu orang. Jika kita masuk ke dalamnya, maka kita akan langsung meluncur ke bawah. Sepertinya ruangan bawah tanah nya berada di bawah sana.

"Ra, kalau kita masuk ke sini, kita tidak akan di temukan oleh devil itu. Kita tidur disini menjelang pagi. Aku rasa tempat ini aman!" Ajak ragil pada rara. Rara hanya menganggukkan kepalanya, ia menguap berkali-kali. Matanya terpejam, tangan nya memeluk erat tangan ragil, antara takut dan mengantuk.

"KREKKK"

DEG!

Rara mendengar suara berisik dari arah ruang tamu. Ia kaget dan langsung berlari memasuki pintu kecil itu seraya menarik tangan ragil.

"RARA! APA YANG KAU LAKUKAN? PINTU ITU.." teriakan ragil terlambat. Rara ternyata langsung menariknya masuk ke dalam pintu itu.

Setelah masuk ke dalam pintu itu,  mereka langsung meluncur kebawah tanpa aba-aba. Posisi rara yang duluan sungguh tidak menguntungkan, apalagi posisinya terbalik, yaitu kepala dahulu baru kaki dalam keadaan telentang. Sedangkan ragil meluncur di atasnya, posisi ragil tidak terbalik, namun ia dalam keadaan telungkup.

Setelah meluncur selama satu menit, mereka sampai di lantai bawah tanah. Darah menetes-netes dari kepala bagian belakang rara. Saat mendarat tadi, kepalanya berhenti tepat di atas sebuah batu bulat seukuran dengan kepalan tangan. Sedangkan ragil? Ia mendarat mulus di atas adiknya yang kesakitan.

"Rara! Kamu gak papa? Aduh... kepala kamu jadi berdarah gini.. gimana nih?" Tanya ragil panik. Ia berjalan mondar mandir mencari sesuatu untuk menghentikan prndarahan di kepala rara. Rara yang sempat menangis langsung terdiam, lalu kemudian tertawa. Ragil yang heran langsung bertanya.

"Eh adik ku yang bego! Kepala kamu lagi sakit gitu, kamu malah ketawa-ketiwi kaya kuntilanak. Kenapa sih?"

"Aku senang aja kak, baru pertama kali aku liat kakak panik. Berarti kakak sayang aku dongg" jawab rara manja. Ia langsung memeluk kakaknya dan memberi cipika-cipiki.

Ragil hanya tersenyum dan menarik adiknya berlalu dari tempat seram itu. Tempat itu benar-benar menyeramkan, penerangannya tidak ada sama sekali. Ragil merogoh saku celananya, berharap ada sesuatu yang dapat membantunya. Ternyata ada korek api untuk rokoknya. Ia menghidupkan korek api itu dan mulai berjalan. Mereka memperhatikan sekeliling terowongan.

Lantai terowongan itu masih tanah, dan temboknya beraksen kuno. Tingginya hanya sekitar dua meter, dan lebarnya hanya satu meter. Ada banyak lorong di sana. Jika dilihat dengan seksama, lorong-lorong tersebut hanyalah kamar-kamar kosong dengan pintu besi. Semacam penjara.

Rara semakin erat memeluk ragil, mereka terus berjalan kedepan,  mencari tempat untuk tidur mereka. Ragil tertarik pada sebuah pintu paling ujung yang mengeluarkan sedikit cahaya. Pelan tapi pasti, ragil menuntun rara ke sana.

Setelah sampai di depan pintu, ragil mencoba membukanya dan YES! Berhasil!

"Kak, apa kau yakin? Firasatku mengatakan ada yang tidak beres dengan pintu itu"

"Tidak ada apa-apa di sana ra, kau tenang saja" ragil menepuk-nepuk pundak rara menenangkan.

Setelah mereka masuk, mereka melihat sebuah ruangan kosong, sama seperti yang mereka lihat di luar. Namun bedanya di ruangan ini ada banyak lilin di sekeliling nya.

Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan. Pintu yang mereka lalui tertutup sendiri. Ragil dan rara panik dan berusaha kembali membuka pintu itu, namun usaha mereka sia-sia.

"Siapa kau?!! Tunjukkan dirimu!" Teriak ragil. Rara mundur dan berlindung di belakang punggung kakaknya. Mata mereka berkeliling mencari sesuatu yang mencurigakan.

"Kak. Lihat di pojokan sana! Sepertinya ada ruangan lain disana!" Mata ragil langsung menelisuri tempat yang ditunjuk rara. Dan benar! Disana seperti ada pintu. Namun karna terlalu banyak debu, pintu itu tersamarkan.

"Kamu tunggu di sini! Kakak akan lihat ada apa di sana"

Rara mengangguk takut-takut. Ragil melangkah perlahan menuju pintu tadi. Setelah 10 langkah, ia merasakan ada gerakan di belakang. Ketika ia berbalik....

"Welcome sayang... kita bertemu lagi!" Ternyata angel sudah memeluk rara dan menempelkan pisau di mata kanan rara.

Snow White PsikopatWhere stories live. Discover now