Bagian 3

1.3K 48 4
                                    

"Heh! Jangan lupa bereskan kamar ini. Aku tidak mau Rosa melihat semua ini" bajingan itu berkata sambil memakai celana dalamnya. Sedangkan aku? Aku seperti sampah. Dia memakaiku lalu mencampakkan ku.

Sekarang seluruh badanku sakit. Ia sangat kasar. Ia memukulku setiap saat. Lihatlah kamar ini, semuanya berantakan, pakaianku berserakan dimana-mana. Kasur sudah tidak berbentuk lagi. Seluruh badanku sakit. Keperawanan ku sudah di rampas oleh ayah kandungku sendiri.

Aku berlalu ke kamar mandi. Berjalan dengan terseok-seok. Mengingat kembali masa kecilku.

Dulu ayah amat menyayangiku. Ia menjagaku dan merawatku dengan penuh kasih sayang. Kamu keluarga yang sangat harmonis. Tapi semenjak ibu hilang, ayah mulai melupakanku. Ia diam saja saat Rosa, ibu tiriku menyiksaku. Bahkan sekarang ia yang menghancurkan masa depanku.

Tuhannn. Ayah macam apa dia? Dia tidak lebih dari seekor anjing  yang tidak punya malu sedikitpun.

Aku sudah sangat lelah di bully oleh teman-temanku, di siksa ibuku,  dijadikan pembantu oleh ayah kandungku sendiri dan menjadi tempat pelampiasan nafsu bejatnya.

SUDAH CUKUP!! aku sudah tidak sanggup lagi!! Jika ada yang menawarkan apel beracun padaku, maka dengan senang hati aku akan memakannya.

Tapi tunggu!!! Apa yg sedang merangkak itu?? Ia semakin mendekat. Tapi ada yang aneh.. pakaiannya tidak seperti orang normal. Wajahnya dipenuhi jerawat yang besar-besar. Dan dia memakai topi aneh. Topi kerucut berwarna hitam. Rasanya aku pernah melihatnya..

Aha! Aku tau! Aku pernah melihatnya di dalam buku dongeng milik ibu. Tapi bagaimana mungkin dia keluar dari buku? Itu mustahil kan??

"Hahahaha. Kau sungguh hebat nak! Kau tidak takut saat melihatku. Padahal nyonya-nyonya ku sebelumnya selalu berteriak ketakutan. Hebat!"
Nenek ompong itu berhenti dari kegiatan merangkaknya dan bertepuk tangan. Apa-apaan itu. Aku tidak menyukai wajah jeleknya.

"Nyonya-nyonya sebelumnya? Maksudmu?"

"Yah. Aku sudah sering datang ke dunia untuk menghilangkan dendam orang-orang yang lemah. Aku pernah datang pada buyutmu, nenekmu, juga ibumu. Tapi hanya ibumu yang tidak terpikat pada apa yang aku bawa"

"Memangnya apa yang kau bawa?"

"Apel beracun. Apa kau tertarik nona?"

Aku terkejut mendengar perkataannya. Apakah ini maksud dari ibuku dulu. Aku kira ibu hanya bercanda.

"Ja jadi... apa manfaat apel itu?" Aku jadi sedikit takut pada nemek peot itu. Dia tertawa memperlihatkan giginya yang tidak ada sama sekali. Bagaimana caranya dia makan? Apa dia hanya makan bubur setiap hari? Lalu mengapa mukanya benjol-benjol semua? Apa ia habis di amuk masa?

"BERHENTI MEMIKIRKAN YANG TIDAK-TIDAK TENTANGKU!" Nenek gila itu menunjuk-nunjuk muka ku.

"Oke baiklah nenek tua. Apa manfaat apel itu?"

"Panggil aku 'nona nurul', baru aku mau menjelaskannya. Aku tidak tahan lagi. Aku langsung tertawa terpingkal-pingkal. Ia menyuruhku diam, namun aku tak bisa berhenti tertawa. Pertama, bagaimana bisa nenek yang hampir mati itu kupanggil nona? Kedua, namanya nurul?? Sungguh tidak sesuai dengan kriteria penyihir. Mengapa tidak jannah saja sekalian? Hahaha

"Aku sudah memperingatkanmu. Tapi kau masih tidak mendengarkan ku. Aku akan bertindak" ia mengarahkan tongkatnya ke arahku. Tawaku tadi hilang seketika, berganti menjadi tangisan yang sangat menyayat hati. Rasanya aku bisa mati jika begini. Perasaanku menjadi kosong dan ingin mati.

"Baiklah hikshiks. Maafkan aku hiks. Aku tidak hiks akan hiks seperti itu huhuhu" aku menangis tambah kencang. Ia tersenyum penuh kemenangan. Tongkat coklatnya kembali mengarah padaku. Dan perasaan sedih tadi menghilang dalam sekejap.

"Jadi Nona Nurul, apa kegunaan apel beracun yang ada di tangan mu itu?"

Snow White PsikopatWhere stories live. Discover now