Part 14 : Always

1.8K 135 29
                                    

3 months later

Justin terlihat sangat bahagia ketika melihat gambaran bayi pada layar. Senyum lebar menghiasi wajahnya, hingga muncul lesung pipi kecil di pipi kanannya. Tangannya menggenggam tanganku kencang.

"Lihat, ini wajahnya," dokter menjelaskan sambil menunjuk bagian-bagian yang dia jelaskan di layar. "Tangannya, kakinya, dan jenis kelaminnya terlihat"

Aku melihat ke layar dan tersenyum. Hidungnya seperti Justin. Yes, aku selalu mengharapkan hidungnya seperti Justin karena hidung Justin bagus. Our baby.

"It's a girl, congratulation." Ujar dokternya. Lalu dia me-print photo nya. Lalu dia berdiri dan berjalan ke mejanya, menulis sesuatu.

Justin menoleh kearahku dan senyumannya semakin mengembang. Dia membungkuk dan mencium bibirku.

"Congrats, mommy." Dia mengedipkan sebelah matanya.

"Thank you, daddy." Aku mengedipkan sebelah mataku juga.

Aku menurunkan bajuku, menutupi perut besarku kembali. 8 months already, how fast! Justin membantuku duduk dan turun dari kasur. Kami menghampiri dokter yang berada di mejanya.

"The baby is normal, everything is fine. Ini beberapa vitamin untuk melengkapi kebutuhan bayinya. Jangan terlalu lelah, jangan mengangkat yang berat, konsumsi makanan yang bergizi dan saya sarankan untuk sering jalan pagi." Dia memberikan plastik berisi buku hamil ku, hasil USG yang tadi dan vitamin kepada Justin.

"Thanks doc." Lalu aku dan Justin berjalan keluar dari ruangan.

Orang-orang yang ada disekitar memperhatikan kami. Oh of course it's Justin Bieber, everybody! Ugh, ingin rasanya aku memutar mata tetapi aku menahannya.

Sesampainya di parkiran, aku melihat ada beberapa paparazzi di kejauhan mengumpat agar tidak ketahuan oleh kami bahwa mereka mengambil photo kami. Idiot. Okay, calm Vanilla. They're good, they're good, just keep thinking that they're good, then your baby's good.

Justin membukakanku pintu mobil. Aku berterimakasih kepadanya. Justin memutari mobil dan duduk di kursi pengemudi, sedangkan aku di samping nya.

Dia menghidupkan mesin mobil dan mulai menjalankan mobil menuju rumah. Sebenarnya aku punya rencana untuk Justin. Dia akhir-akhir ini terlihat sangat senang, aku ingin membuat nya lebih senang lagi. Aku suka melihat senyumnya.

"Kenapa senyum-senyum seperti itu?" Justin membawa kesadaranku.

"Tidak apa-apa." Aku menyengir.

"You're so weird." Dia mengerutkan wajahnya tersenyum.

"I know." Aku mencium pipinya.

****

"Justin?"

"Hmm?"

"Maukah kau membelikanku... Boneka gajah?" Aku mencari alasan agar Justin pergi keluar, dan aku bisa menyiapkan semua rencanaku. Sekarang kami ada di halaman rumah, baru saja Justin memarkirkan mobil. Aku sengaja bilangnya saat sudah sampai rumah.

"Apa?" Dia mengerutkan alisnya bingung.

"I think I want that right now." Aku berujar pelan.

"Okay." Dia mencium pipiku. Aku tersenyum.

"I'll wait inside, okay?"

"Okay, jangan melakukan hal yang membuatmu bahaya, jangan berdiri terlalu lama, jangan mengangkat-" aku tertawa akan betapa protective nya dia.

"Okay babe." Aku mencium bibirnya gemas. Ugh. He's so cute when he's worried about me.

Aku membuka mobil dan turun. "Be back safe, babe."

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang