Part 3 : Watch Your Tounge

2.9K 158 9
                                    

Aku mencari-cari gaun pengantin yang pas untukku, tetapi sedari tadi aku tidak menemukan yang aku suka. Mama dan Pattie juga belum menemukan yang aku suka. Ini sudah toko ke-3 yang kami kunjungi, dan belum mendapatkan yang pas. Aku menghembuskan nafas. Sepertinya kami harus ke toko lain.

"Van! Try this, it'll look amazing on you!" Pattie dan mama menghampiriku dan memberikanku sebuah gaun besar berwarna putih. Aku mengambilnya dan berjalan ke fitting room. Aku melepas dress ku dan memakai gaun itu.

Oh God, aku sangat suka gaun ini! Dan ini ukuran pas untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh God, aku sangat suka gaun ini! Dan ini ukuran pas untukku. Aku keluar fitting room dan berjalan ke Mama dan Pattie.

"Bagaimana?" Aku bertanya, mengalihkan pembicaraan mereka berdua. Mereka menoleh kearahku dan mereka tersenyum lebar melihatku.

"Oh my God, you look amazing! I can't wait for the wedding!" Pattie melompat-lompat bersama Mama dengan tangan mereka yang saling bertautan.

"Get married already!" Ujar mama ku

"Mama!" Aku tertawa.

"Bagaimana?" Tanya seorang wanita dengan rambut hitam, berusia sekitar 35 tahun. Dia tersenyum ramah. Dia adalah pemilik toko dan designer nya.

"Kami mengambil yang ini." Mama menunjuk ke gaun yang ku kenakan.

****

Kami turun dari mobil, dan masuk ke rumah. Aku melihat mobil Justin sudah ada di garasi, berarti dia sudah pulang dari fitting bajunya. Dia juga tadi fitting baju dengan Papa dan Jeremy.

Oh dan gaunku tadi, kami menaruhnya dengan wanita itu, agar Justin tidak tahu dan mencari tahu bagaimana gaunnya. Dia tidak boleh melihat sampai di altar nanti.

Yaampun, aku akan menikah. Aku tidak menyangka akan secepat ini. Aku masih ingat, aku masih berlari-larian di rumput, lalu duduk dipangkuan Mamaku. Aku memainkan boneka di pangkuannya, dan Mamaku memainkan rambut panjangku. Aku masih ingat ketika ice cream ku menetes di tangan, Mamaku yang menjilatnya. Aku masih ingat Papa membuatkan rumah pohon untukku. Sekarang aku berumur 19 tahun, akan menikah dengan Justin Bieber, Pop Star dunia. Bagaimana bisa? Well, aku bersyukur Justin menciumku waktu prom night.

Aku masuk ke kamarku dan menaruh tasku di meja. Seseorang menutup mataku dengan telapak tangan dari belakang. Aku menyentuh tangannya. Justin. Aku tertawa.

"Justin." Ujarku menebak. Dia melepas telapak tangannya dan mencium pipiku.

"Dimana gaunnya?" Tanyanya

"Aku tahu kau pasti ingin tahu. Aku tidak menyimpannya disini, karena kau pasti akan mencari tahu." Aku mengulurkan lidahku.

"Watch your tongue" dia mengusap bibir bawahku dengan ibu jarinya.

"Just imagine my tongue all over your body," aku berbisik di telinganya. "Lick the top of Jerry," aku menjalankan telapak tanganku ke dada bidangnya, nafasnya memberat, tatapannya menggelap.

"And I'm gonna suck you hard, make you scream my name." Aku menggigitnya telinganya. Dia mendongak kan kepalanya, dan tangannya meremas bokongku. Dia mengerang.

"You want that, babe?" Suaraku serak karena gairah yang tiba-tiba muncul.

"Yeah." Suaranya juga serak. Dia menjilat bibirnya. Dia ingin menciumku, tetapi aku mendorong nya ke kasur. Dia terbaring dikasur, hanya dari lutut ke bawah yang tergantung di sisi ranjang. tetapi kepalanya mengangkat melihatku.

Aku berjalan dan merangkak keatasnya. Aku mencium bibirnya yang lembut. Lalu aku menggigitnya bibirnya. Dia membuka mulutnya dan aku memasukkan lidahku. Tangannya mengusap daerah sensitifku yang bawah dari belakang bokongku. Fuck.

Aku membuka kausnya, sehingga tangannya berhenti beraktifitas. Tetapi dia melanjutkan aktifitas tangannya lagi di bawahku ketika bajunya sudah terlepas. Aku mencium rahangnya dan lehernya. Menggigitnya dan menghisapnya. Dia mendesah. Dia menyelipkan jarinya kedalam celana dalamku dan memasukkan satu jari kedalamku. Aku mengerang tetapi terus mencium lehernya.

Ciumanku turun ke dadanya dan menjilatnya sampai ke abs nya. Dia memasukkan satu jari lagi kedalam diriku. Jadi dua jari. Aku mendongak kan kepalaku ke belakang. Oh my God...

"You like that, baby?" Ujar Justin. Dia menambahkan satu jari lagi, jadi tiga jari.

"Fuck." Aku mengerang. "I'll cum."

"Cum all over my finger, babe." Dan aku klimaks di jarinya. Kepalaku mendongak dan mengucapkan namanya. Dia melepas jarinya dan memasukkan jarinya ke mulutnya. Merasakan rasaku.

"You taste so good babe." Ujarnya. Aku baru sadar kalau aku meninggalkan dia menggantung dengan Jerry yang bangun di bawahku. Aku terkikik.

Aku turun dan berlutut di lantai. Aku membuka resleting celananya dan mengeluarkan Jerry. Aku menggenggam Jerry dan menaik-turunkan tanganku di Jerry. Lalu aku memasukkan Jerry ke mulutku dan menghisapnya keras. Memaju-mundurkan kepalaku.

"Ah!" Justin mengerang, kepalanya mendongak kebelakang. Tangannya mencengkram rambutku dan mendorong kepalaku.

Aku terus menghisapnya lebih keras. Dan dia klimaks di dalam mulutku dan meneriakkan namaku. Aku dengan cepat menelannya. Ew.

Aku berbaring disamping Justin. Dia mencium pelipisku. Dia membenarkan celananya. Aku memeluknya. Cukup lama kami terdiam sampai nafas kami tenang.

"We're gonna married." Ujar Justin.

"Yeah." Bisikku.

"Aku bersyukur aku menciummu waktu prom night."

"Aku juga bersyukur kau yang menciumku waktu prom night."

"We're going to be an amazing parents," Dia mengusap perutku. "And we'll have an amazing family."

*****

Yep, dirty chapter again. I told you this story have more sexual.

Vomment pleaaaaaase.

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang