Part 1 : Pregnant

6.5K 219 8
                                    

Aku berlari ke toilet dan muntah. Aku terus seperti ini sejak pagi tadi. Sekarang sudah sore. Tadi aku dan Justin sedang menonton film di kamarnya, lalu aku muntah. Justin menghampiriku dan menyingkirkan rambut dari wajahku dan mengusap punggungku.

"Hey, are you okay? What's going on?"

"I don't know." Aku muntah lagi.

"Kau harus periksa ke dokter."

"Nah, i'm-" dan aku muntah lagi.

"Kau harus."

***

Aku menunggu dokternya yang sedang mengecek urinku. Ya, aku menjalani test pack. Dan aku harap, aku tidak hamil. Aku takut Justin marah. Bagaimana kalau nanti hasilnya positive? Bagaimana kalau Justin tidak suka jika positive?

"Congrats, she's pregnant!" Ujar dokter. Hanya 3 kata yang keluar dari mulutnya berhasil membuat jantungku hampir berhenti. Pregnant?!

"H-hamil?"

"Ya, sekarang kandunganmu memasuki usia 5 minggu."

"Oh my... Congrats baby!" Justin memelukku dan mencium rambutku. Aku mengerutkan kening. Justin tidak marah?

"Ini vitaminnya, kau hanya perlu minum sehari sekali, ini hanya untuk pelengkap. Tidak boleh makan yang sembarangan, dan tidak boleh terlalu lelah, dan tidak boleh mengangkat yang berat-berat. Dan morning sickness memang kebanyakan dialami oleh wanita hamil di usia satu sampai 3 bulan, setelah itu morning sicknessnya akan hilang." Ujar dokternya dan menyerahkan plastik yang berisi vitamin dan test pack yang tadi kepada Justin. Justin mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar dolar kepada dokternya.

"Thanks, doc." Ujar Justin, dokternya mengangguk dan tersenyum. Justin menggenggam tanganku dan kami berjalan keluar ruangan.

"Wait, you don't mad?" Tanyaku berhenti berjalan.

"Kenapa aku marah? Aku sangat senang! Kita akan menjadi orang tua, kita akan mempunyai anak, kita akan memiliki keluarga! Kenapa aku harus marah dengan itu?" Tanyanya menggenggam tanganku, dan mencium bibirku.

Aku memeluknya erat. I love him so much.

"I love you."

"I love you more." Lalu dia mencium pipiku. "C'mon, we have to go home."

"Okay."

Sesampainya di depan mobil, Justin membukakan ku pintu. Aku masuk dan Justin menutup pintunya. Dia mengitari mobil dan duduk di kursi pengemudi, lalu dia menjalankan mobilnya. Aku hanya menatap keluar jendela. Aku sudah punya anak. Wow, cepat sekali. Wait, berarti aku harus bilang kepada orang tuaku bahwa aku hamil? Well, kurasa itu tidak menjadi terlalu berat. Aku dan Justin sudah tunangan, dan mereka senang terlihat sekali saat Justin melamarku waktu itu. Ya, waktu Justin melamarku ditempat gelap itu. Mereka semua ada disitu. Papa, mama, Pattie, Jeremy, dan Brad. Aku tidak tahu bagaimana Brad kesana, mungkin dia juga dijemput oleh suruhan Justin dan yang menjemputku melambatkan laju mobilnya agar Brad sampai lebih dahulu.

"Aku harus memberitahu orang tuaku soal ini." Ujarku

"Ya, aku akan menyuruh kedua orang tuaku datang kerumah mu malam ini, jadi kita bisa memberitahu mereka bersamaan."

"Dinner?"

"Ide bagus."

"Aku akan memasak."

"Kau tidak boleh terlalu lelah."

"Ini hanya memasak, lagi pula aku akan dibantu oleh Mrs. Ferald."

Justin terlihat berpikir, lalu memutar matanya. "Okay." Dengan pasrah dia menyetujui. Aku terkikik dan mencium pipinya.

STRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang