I Will Wait

2.7K 143 28
                                    

Edgar memutar-mutar cangkir yang berisi cappuccino yang ada di hadapannya. Sesekali ia melirik ke arah Keyra yang duduk di seberang mejanya. Keyra hanya diam mematung menantinya berbicara.

Seperti ada sebuah firasat buruk yang dirasakan Keyra saat Edgar meneleponnya dan mengajaknya bertemu di kafe milik orang tua Ryu.

Berulang kali terdengar desahan napas panjang Edgar. Sepertinya sangat berat baginya untuk mengutarakan maksud dan tujuannya untuk bertemu dengan Keyra malam itu.

Keyra tetap menantinya dengan sabar. Meski perasaannya terasa begitu tak enak.

"Gimana perasaan lo sekarang, Key?" Akhirnya Edgar bersuara setelah hening yang begitu lama. Ditatapnya wajah Keyra dengan sebuah tatapan yang mengandung banyak arti.

Keyra mendongak dan menatap ke arahnya. Segaris senyum kemudian tersungging di wajahnya. Meski gurat-gurat kesedihan itu masih terukir di sana, namun senyum yang ia berikan terlihat begitu tulus bukanlah sebuah keterpaksaan.

Edgar tersenyum lega membalasnya.

"Gue ga mungkin terus-terusan bersedih, Gar. Sekarang gue udah cukup kuat untuk menerima kepergian Ading." Ucapnya dengan tegar.

"Lo emang cewek yang kuat. Gue yakin lo pasti bisa kembali lagi seperti yang dulu. Keyra yang gue kenal. Keyra yang periang dan penuh semangat."

Keyra hanya tersenyum mendengarnya.

Kemudian hening lagi. Mereka berdua hanya saling bertatap-tatapan. Edgar menatap Keyra dengan tatapan penuh kerinduan. Betapa ia merindukan sosok Keyra yang dulu. Berbicara serius seperti ini, rasanya begitu canggung bagi Edgar.

"Lo pasti ga tau 'kan Key, kalo miniatur peri itu adalah karya mendiang nyokap lo?"

Keyra melongo kaget dan tak percaya saat mendengarnya.

"Gue malah baru tahu. Lo tau dari mana?"

"Dari Anya. Nyokapnya Anya itu sahabatan sama nyokap lo. Nyokap lo ngasih miniatur peri itu ke nyokapnya Anya." Jelas Edgar.

Keyra terdiam mendengarnya. Dulu waktu bertemu Adisa yang ternyata adalah Ibunya Anya, Adisa mengakui bahwa dirinya adalah sahabat Mamanya semasa kuliah dulu. Keyra kemudian mengerti. Ternyata miniatur peri karya Mamanya itu sekarang malah jadi miliknya.

"Trus kenapa bisa ada di tangan lo?" Tanya Keyra kemudian.

Akhirnya Edgar menceritakannya kepada Keyra.

Keyra hanya manggut-manggut hingga akhirnya Edgar selesai bercerita.

"Gue kaget, ternyata lo masih nyimpen miniatur peri pemberian gue itu." Ujar Edgar seraya menatapnya dengan intens yang membuat Keyra sedikit gelagapan dan akhirnya tak berani membalas tatapan matanya.

Keyra segera meraih cangkir yang berisi green tea di hadapannya dan meneguknya hampir setengah bagian isinya habis.

Edgar tertawa kecil melihatnya.

"Ngapain lo ketawa?" Tanya Keyra dengan wajah cemberut.

Edgar malah semakin tertawa dengan lebar yang akhirnya membuat Keyra kesal dan mendelik ke arahnya.

"Jadi lo nungguin bocah itu buat jadiin lo pacarnya ya?" Goda Edgar. Ia kemudian terkekeh.

Kedua pipi Keyra langsung bersemu merah mendengarnya.

"Ya gue cuma suka aja sama miniatur peri itu. Lagian bentuknya unik. Perinya juga cantik. Ya ga mungkin gue buanglah." Kilah Keyra yang sekuat tenaga menutupi perasaannya yang mulai gugup. Jantungnya sekarang berdetak lebih kencang dari biasanya. Oksigen, Keyra butuh lebih banyak pasokan oksigen sekarang untuk bernapas. Keyra seperti mengalami kesulitan untuk bernapas sekarang.

Spring With YouWhere stories live. Discover now