a Dream

1.4K 103 8
                                    

Keyra tak sengaja melihat Ading yang tengah duduk sendirian disalah satu bangku taman belakang Sekolah. Ading nampak sedang melamun. Dari raut wajah terlihat begitu sendu. Keyra menghampirinya dengan perlahan.

"Hayoo ngelamun aja." Keyra membuyarkan lamunan Ading.

Seketika raut wajah Ading berubah ceria dan tersenyum menatap Keyra.

"Tumben lo yang nyamperin gue Key."

Keyra terkikik mendengarnya.

"Habis gue liat lo kayak ngelamun sendirian disini. Tar lo malah kesambet." Jawabnya asal.

Ading tersenyum menatapnya kemudian ia bergeser ke kanan sedikit bermaksud memberikan tempat untuk Keyra duduk.

"Lagi mikirin apa sih Ding?"

"Banyak Key. Sangking banyaknya gue nggak tau cara ngasih taunya gimana." Ujarnya seraya tertawa.

"Yee dasar lo." Keyra ikut tertawa.

"Lo nggak masuk kelas Key?"

"Pak Theo hari ini nggak masuk. Dia cuma ninggalin tugas buat kita kerjain di kelas. Dan gue udah selesai ngerjainnya jadi bisa bebas keluyuran deh." Jelasnya. Ading manggut-manggut mendengarnya.

"Lo sendiri kenapa malah disini?" Keyra balik tanya.

Ading melirik Keyra sesaat. Kemudian menatap kosong ke arah kumpulan bunga mawar yang tak jauh dari hadapannya.

"Gue lagi bosen aja." Gumam Ading.

Ading menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku taman dengan malas.

"Huuu... dasar lo." Cela Keyra seraya tersenyum di ikuti oleh Ading yang turut tersenyum.

"Gue seneng ngeliat sikap lo yang kayak gini Key."

Keyra ikut menyadarkan tubuhnya dengan posisi malas. Kemudian ia menoleh ke arah Ading dan tersenyum.

"Maafin sikap gue yang sebelumnya ya Ding."

Ading menoleh padanya sehingga mata mereka saling bertatapan dan mengangguk tanpa melepas senyum dari wajahnya.

Bersama Keyra seperti ini, membuat suasana hatinya terasa membaik. Andai saja ia bisa menghentikan waktu, ia akan menghentikan waktu tepat di saat seperti ini, saat dimana mereka saling bertatapan dengan senyum yang melekat di wajah masing-masing.

Senyuman Keyra indah. Matanya selalu berbinar bahagia dan penuh semangat. Ading ingat bagaimana awal mula ia bertemu Keyra kemudian jatuh cinta kepadanya. Waktu itu keduanya sama-sama datang terlambat ke sekolah. Ading yang niatnya sudah akan membolos, tak mau bersusah payah menjalani hukuman atas keterlambatannya, langsung di cegat oleh Keyra. Keyra memohon-mohon kepada Ading untuk bersama-sama menyapu dan mengepel lantai gedung olahraga yang sedemikian luasnya. Tentu saja Ading menolaknya. Namun Keyra adalah gadis yang gigih dan pantang menyerah.

Melihat bagaimana usaha Keyra dalam membujuknya, akhirnya Ading luluh juga. Ia menerima hukuman keterlambatannya dengan bersama-sama membersihkan gedung olahraga bersama Keyra. Semenjak saat itu, ia menjadi penasaran dengan sosok Keyra dan lambat laun ia mulai menyadari kalau ia ternyata memiliki perasaan khusus kepada Keyra.

"Impian hidup lo apa, Ding?"

Lama Ading terdiam. Keyra menanti jawabannya dengan sabar.

"Gue pengen ngeliat nyokap gue tersenyum lagi. Ngeliat Dia bahagia." Gumamnya lirih.

"Belakangan ini, gue terlalu sering ngeliat nyokap gue nangis. Dan gue yang menjadi alasan utamanya." Desahnya pelan.

Keyra mengernyit bingung.

"Gue hanya menambah-nambah penderitaan nyokap gue." Ading memalingkan wajahnya.

Sekilas Keyra melihat kedua kelopak mata Ading yang berair. Ading mencoba menyembunyikannya dari Keyra.

Ading terdengar menarik napas berat, mencoba mengendalikan dirinya, mengontrol emosinya. Ia tak ingin terlihat rapuh dihadapan Keyra.

Setelah bisa menguasai dirinya, Ading kemudian bertanya kepada Keyra, "Lo sendiri, apa impian hidup lo?"

"Simpel aja, Ding. Bahagia." Jawabnya.

Ading tersenyum mendengarnya.

"Lo udah nentuin belum, mau lanjutin kuliah dimana?"

Ading terlihat sedang berpikir sebentar.

"Pengennya sih di Harvard." Katanya dengan nada bercanda.

"Ketinggian ya Key?" Tanyanya kemudian tertawa lebar.

"Nggak kok, gue malah ngedukung lo." Dukung Keyra.

"Tapi nggak bakalan deh Key. Mustahil buat gue." Ujarnya pesimis.

"Nggak ada yang mustahil kalo lo mau berusaha dan berjuang."

"Ayoo lo pasti bisa." Lanjut Keyra seraya mengepalkan tangannya memberi semangat.

Ading tersenyum gemas melihatnya. Dengan pelan ia mencubit hidung Keyra dan kemudian keduanya nampak tertawa-tawa bersama.

Caramu membuatku bahagia sesederhana ini. Hadirmu saat ini memiliki sejuta makna bagiku. Syukurku tak terhingga, untuk setiap detik dari momen indah ini yang kulewati bersamamu. Tetaplah seperti ini..

***

Kina tergesa-gesa berlari menuju kelas Keyra sambil tak henti-hentinya mencoba menghubungi Keyra lewat ponselnya.

Ya ampun Key, lo kemana sih? Gerutu Kina dalam hati.

Saat tiba di ruang kelas Keyra, Kina tak mendapati Keyra.

"Ada yang liat Keyra nggak?" Tanya Kina kepada semua yang ada di dalam kelas.

"Tadi gue liat Dia di toilet." Ucap salah seorang cewek yang ada di dalam kelas itu.

"Thanks ya." Ucap Kina. Setelah itu Kina buru-buru meninggalkan ruang kelas dan menuju toilet.

"Ya ampun Key. Buruan kita ke rumah sakit sekarang!" Ajak Kina dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

Keyra yang baru saja keluar dari dalam toilet tersentak kaget.

"Hah? Ngapain?" Tanya Keyra kaget sekaligus bingung.

"Edgar kecelakaan Key. Buruan, Ryu udah nunggu kita di parkiran. Kita kesananya bareng Ryu."

Keyra langsung lemas mendengarnya. Rasanya seperti mau pingsan.

Cepat-cepat Kina menarik lengan Keyra sehingga memaksa Keyra berjalan mengikutinya. Kina semakin mempercepat langkahnya dengan sedikit berlari.

"Ryu ayo jalan!" Pinta Kina begitu ia dan Keyra sudah duduk di dalam mobil.

Tanpa menunggu lama, Ryu segera memacu mobilnya meninggalkan pelataran parkir.

Keyra meremas-remas kedua tangannya dengan gelisah. Begitu banyak doa yang ia rapalkan dalam hatinya untuk Edgar.

Semoga Edgar baik-baik saja.

Semoga Edgar baik-baik saja

Semoga Edgar baik-baik saja.

Keyra merapalkan kata-kata itu berkali-kali di dalam hatinya seraya menggigit pelan bibir bawahnya yang gemetar. Sekuat tenaga ia menguatkan dirinya untuk tak menangis, namun tak ayal, airmata jatuh tanpa permisi.

Bagaimana bila ternyata kondisi Edgar parah?

Ohh tidak, Keyra tak ingin memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi.

Keyra menghela napas berat. Kenapa rasanya begitu lama mereka tiba di rumah sakit?

Keyra begitu khawatir dan tak sabar untuk mengetahui keadaan Edgar yang sebenarnya. Airmatanya semakin membanjiri wajahnya.

Please Gar, gue nggak mau lo kenapa-kenapa.

-Tbc-

Spring With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang