Sementara tangannya yang lain dengan lembut mengangkat daguku.
Mataku kini menatap matanya.
Aku menatap langsung bola matanya yang berwarna cokelat muda, yang terlihat menenangkan.
Wajah Chiko seakan ingin menenangkan diriku.

"Dengar, kamu nggak salah. Aku yang salah. Aku minta maaf karena kamu harus dimarahi kayak tadi. Harusnya aku yang dimarahi. Aku janji nggak bakal terjadi kejadian kayak gini lagi.
Kita kan tim, kita harus kerjasama dengan baik, oke?"

Chiko melepaskan tangannya dari daguku dengan lembut, kemudian ia pergi.
Aku menatap punggung Chiko.
Apa yang baru saja terjadi?

>>>

Kejadian tadi siang memang agak membingungkan.
Namun, aku sedang berusaha menyingkirkannya dari otakku.
Untuk menghilangkan memori kejadian tadi siang, aku memutuskan untuk menepati janjiku kepada Chiko.

Chiko yang kemarin kutemui.

Sekarang, aku sedang menaiki tangga ke lantai 3.
Sesampainya di lantai 3, aku langsung mencari kamar C-21.
Ternyata kamarnya adalah kamar dekat tangga.

Sebelum masuk, aku mengintip lewat jendela yang ada di pintu.
Dari jendela itu, aku bisa melihat ruang kamar yang ditata sedemikian rupa, sehingga menyerupai kamar tidur.
Aku melihat Chiko sedang membaca novel di atas kasur.

Tiba-tiba, Chiko menoleh ke arahku dan menyuruhku masuk.
Aku membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Chiko.
"Hei, kukira kamu nggak jadi dateng." Kata Chiko sambil menaruh novelnya di meja sebelahnya.

"Maaf datengnya sore-sore, aku harus kerja dulu.." sahutku.
"Iya, nggak apa-apa. Kamu duduk di situ aja.." kata Chiko sambil menunjuk kursi yang ada di sebelah ranjangnya.

Aku duduk di kursi tersebut.
"Oke, sebelum mulai aku mau nanya. Kamu beneran pernah lihat aku di kelas?" Tanya Chiko.
"Hehe.. nggak.. ternyata Chiko yang itu bukan kamu.." jawabku.

Chiko tertawa kecil.
"Makanya aku bingung, kok kamu pernah lihat aku di kelas.. kan aku kuliah 2 tahun lalu. Lain kali dicerna dulu kalimatnya.." kata Chiko.
Aku mengangguk.

"Nad, kemarin kan aku udah ceritain sedikit tentang hidupku. Coba sekarang kamu yang ceritain tentang hidupmu." Kata Chiko.
Aku menelan ludah.

Menori masa lalu yang sudah bertahun-tahun kupendam melintas di otakku.
Aku tak pernah menceritakan riwayat hidupku kepada siapapun.
Dan sekarang..

"Uhm, kalau nggak mau sih nggak apa-apa aku nggak maksa.." kata Chiko.
Aku terdiam sejenak.
Kalau aku terus menyimpan memori ini, pasti memori ini akan membebani hidupku.
Lebih baik kuceritakan saja kisahku ini.

"Aku.. aku belum pernah ceritain hidupku ke siapapun, jadi kamulah orang pertama yang tahu cerita hidupku." Kataku.
Chiko mengangguk.
"Aku siap dengerin kamu."

Aku menarik napas untuk berbicara.
"Jadi.."

======

FLASHBACK

18 tahun lalu...
Orang-orang berlari dengan panik.
Semuanya membanjiri jalan.
Termasuk sebuah keluarga kecil.

"Ayo! Lebih cepat lagi!" Kata sang Ayah.
"Ayo, Nak! Cepat!" Sang Ibu menggandeng anaknya yang masih berumur 6 tahun.
"Ibu! Tunggu!" Anak itu berusaha mengimbangi langkah orangtuanya.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan diiringi suara tembakan.
Karena takut, lautan manusia itu berpencar menjadi dua.

Orangtua sang Anak terdorong ke arah kiri, sementara sang Anak terdorong ke kanan.
Genggaman Mama dan Anak itu merenggang.
"Nak! Lepaskan, Nak! Kalau nggak bahaya!" Kata Mama.

Apa Itu Cinta? [COMPLETED✔]Where stories live. Discover now