#5: Curhat

17.4K 410 2
                                    

Pagi itu aku bangun lebih awal.
Aku sengaja melakukannya karena aku ingin bertemu Chiko.
Dengan mengendap-endap, aku mandi dan mempersiapkan diriku.
Lalu, aku mengambil barang-barangku dan langsung berangkat ke kampus.

Sesampainya di kampus...
Aku langsung masuk ke kelas dan mendapati Chiko di sana, sendirian.
Aku menarik napas dan membuangnya, berusaha menenangkan diri.

Aku pun masuk ke dalam kelas dan berjalan ke arah Chiko.
"H-hai.." sapaku.
Chiko menoleh ke arahku.
"Eh, hai." Balasnya.

Aku menunggu respons lain darinya, namun dia hanya diam dan kembali menatap buku yang sedang ia baca.
"Um, kamu ingat aku?" Tanyaku.
Chiko lagi-lagi menoleh ke arahku.
Dia mengernyit dan memperhatikan wajahku dengan saksama.
"Ng-nggak." Katanya.

Aku sedikit terkejut, tapi aku memaksakan diri untuk menyunggingkan sebuah senyuman kecil.
"Aku yang kemarin ketemu di rumah sakit. Aku Nadine." Kataku.

Chiko mengernyit.
"Rumah sakit? Um, maaf. Sepertinya kamu salah orang." Katanya sambil menutup bukunya dan berdiri, "Maaf, aku nggak kenal kamu. Permisi."

Chiko berjalan meninggalkan kelas.
Aku terdiam dalam kelas.
Ternyata mereka dua orang yang berbeda.

>>>

Siang itu saat bekerja..
Aku mengelap blender yang baru kupakai untuk membuat minuman.
Dari tadi, sebisa mungkin aku menghindari kontak dengan Chiko.
Meskipun posisinya adalah kasir, sebisa mungkin aku meminta teman-temanku untuk mengantarkan minuman buatanku kepadanya.

Kini, cafe agak sepi, hanya ada satu orang laki-laki paruh baya yang sedang membaca koran.
Aku meletakkan blender yang sudah kering dan melirik Chiko.
Dia masih duduk di sana, membaca bukunya.

Tiba-tiba, masuklah wanita muda.
Ia langsung menghampiriku.
"Minta chocolate chip frappe-nya satu ya." Katanya.
Aku mengangguk.
Aku langsung membuatkan pesanannya.

Tiba-tiba bel berbunyi, padahal aku baru saja akan memberikan pesanan itu pada Rasyid untuk dioper ke Chiko.
Aku, Senandung, Rasyid, Arsya, dan Trisha langsung pergi ke ruangan Reza.

Sesampainya di ruangan Reza aku baru ingat kalau aku lupa memberi tahu Chiko itu pesanan wanita tadi.
Ah! Bodoh sekali aku ini!
Selama briefing, aku tak begitu menyerap perkataan Reza.
Pikiranku melayang ke nasib chocolate chip frappe itu.

Tiba-tiba, aku mendapat ide.
"Sorry, aku kebelet nih.. boleh permisi?" Tanyaku.
Reza mengangguk.
Aku menghela napas lega dan keluar dari ruangan.

Baru saja aku menutup pintu, aku sudah melihat laki-laki paruh baya tadi memarahi Chiko.
Aku langsung berjalan ke arah mereka.
"Maaf, ini ada apa ya?" Tanyaku.

Laki-laki itu menoleh dan menatapku dengan tatapan marah.
"Ini lho, Mbak. Masa temennya ini nambahin pesenan yang bukan punya saya!" Kata laki-laki itu.
"Bukan gitu, Pak. Tadi, saya lihat ada frappe itu di sana, saya kira punya Bapak, ya sudah saya tambahin." Kata Chiko.

"Harusnya kamu tanya dulu dong! Gimana sih?!" Laki-laki itu makin mengamuk.

"Nggak, itu memang salah saya. Chik, sorry, aku lupa ngasih tahu kamu kalo frappe itu pesanan wanita tadi. Maaf juga ya Pak.." kataku sambil menunduk.
"Gimana sih Mbak! Yang bener dong kalo kerja!"

"I-iya, Pak. Apa yang bisa s-saya lakukan untuk menggantikan kesalahan saya?" Tanyaku.
"Nggak usah. Saya nggak bakal ke sini lagi!" Laki-laki itu keluar dari cafe.
Wanita yang tadi memesan minuman sudah tidak ada di dalam cafe.

"Nad.. harusnya nggak gitu tadi. Harusnya kamu nggak belain aku." Kata Chiko.
"Nggak, emang aku yang salah Chik.. aku nggak ngasih tahu kamu.
Aku.."
Aku tak bisa melanjutkan perkataanku karena tangan Chiko telah berpindah ke pundakku.

Apa Itu Cinta? [COMPLETED✔]Where stories live. Discover now