Bab 32. Pedang Yan Cap-sa

Start from the beginning
                                    

"Yan Cap-sa!"

"Darimana kau bisa tahu kalau orang yang bakal datang kali ini adalah dia?"

"Aku tentu saja tahu, karena kau adalah Cia Siau-hong, sedang dia adalah Yan Cap-sa, cepat atau lambat, kalian berdua bakal bersua juga satu sama lainnya, cepat atau lambat tentu ada seorang di antaranya yang bakal mati di ujung pedang lawan"

Ia menghela napas panjang kemudian melanjutkan:

"Itulah takdir untuk kalian, siapapun tak dapat merubah garis-garis takdir tersebut, bahkan akupun tak sanggup untuk merubahnya!"

"Kau?"

"Sebenarnya aku ingin sekali membunuh kau di tanganku, tak nyana masih ada juga orang yang menolongmu!"

Setelah tertawa getir, Buyung Ciu-ti melanjutkan:

"Andaikata semenjak awal aku sudah tahu kalau di dunia terdapat manusia seperti dia, dari dulu aku telah membunuhnya"

"Kau tahu siapakah orang itu?", tanya Cia Siau-hong.

Buyung Ciu-ti menghela napas panjang.

"Aaaai.....! Meskipun sekarang aku sudah tahu, sayang sudah terlalu terlambat"

"Sekarang kau sudah tahu siapakah dia?"

"Ya, dia bernama Yan Cap-sa, dia mempunyai tiga belas pisau, pisau untuk menyelamatkan jiwa orang!"

"Belum pernah aku mendengar tentang nama orang ini!"

"Tentu saja kau tak pernah mendengar tentang dirinya, sebab Yan Cap-sa hendak membunuhnya, sebab selama Yan Cap-sa masih hidup, maka dia tak berani menampakkan diri"

Tiba-tiba Cia Siau-hong menghembuskan napas panjang, seakan-akan telah meletakkan suatu beban yang sangat berat dari atas bahunya.

"Sekarang hatiku merasa amat lega!", katanya.

"Apa yang kau legakan?"

"Aku selalu menaruh curiga kalau dia adalah Yan Cap-sa, dia menolong jiwaku karena dia ingin mengajak aku untuk berduel dan membuktikan kepandaian siapa lebih tinggi!"

"Tapi dia justru telah menyelamatkan pula jiwamu, maka bagaimanapun juga kau tak akan membiarkan ia mati di ujung pedang, bukan?"

"Benar!"

"Seandainya apa yang menjadi bahan kekuatiranmu adalah persoalan ini, mulai sekarang kau bisa benar-benar berlega hati!"

Buyung Ciu-ti membelai dada Cia Siau-hong yang bidang, kemudian melanjutkan:

"Aku tahu Yan Cap-sa sudah pasti bukan tandinganmu, kau pasti dapat membinasakan dirinya!"

Cia Siau-hong menatapnya lekat-lekat, tak tahan dia bertanya lagi:

"Apakah kedatanganmu kemari hanya ingin membuat hatiku menjadi lega.....?"

"Aku datang kemari karena kau masih mencintaimu", jawab Buyung Ciu-ti dengan suara yang lembut dan halus.

Luapan rasa cinta yang menyala-nyala terselip nyala di balik ucapannya itu, ia berkata lebih jauh:

"Walaupun kadangkala aku masih membencimu, membencimu setengah mati sehingga menginginkan kematianmu, tapi jika orang lain ingin mengusikmu, aku tetap akan marah, karena aku menghendaki kau mati di tanganku......"

Apa yang dia katakan memang merupakan ucapan yang sejujurnya.

Kehidupannya selama ini mungkin dilewatkan dalam kehidupan yang penuh penderitaan, siksaan batin dan pertentangan.

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungWhere stories live. Discover now