Bab 14. Sam Sauya

796 19 1
                                    

Apakah ada orang yang benar-benar memahaminya? Baginya hal itu bukan suatu masalah.

Karena ada sementara orang yang semenjak dilahirkan memang tidak membutuhkan pengertian dari orang lain, seperti juga malaikat atau dewa atau sebangsanya.
Justru karena tiada seorang manusiapun yang memahami malaikat, maka ia baru mendapat penghormatan serta sembahan dari umat manusia di dunia ini.

Dalam pandangan dan perasaan di dunia, Cia Siau-hong hakekatnya sudah mendekati malaikat.Tapi bagaimana dengan A-kit?

A-kit tidak lebih hanya seorang gelandangan dari dunia persilatan, ia tak lebih hanyalah A-kit yang tak berguna.
Bagaimana mungkin Cia Siau-hong bisa berubah menjadi manusia seperti A-kit? Tapi sekarang justru ia berkata demikian:
"Akulah Cia Siau-hong!"
Benarkah itu?
ooo)O(ooo
Hweesio tua itu tertawa. Ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahhhh..... haaaahhhhh...... haaahhhh.... engkaukah Cia Siau-hong, Sam sauya dari keluarga Cia?"

"Ya, akulah orangnya!", jawab A-kit.

Ia tidak tertawa.

Persoalan ini sebenarnya adalah rahasianya, juga merupakan penderitaannya, sebenarnya ia lebih suka mati daripada mengutarakannya kembali, tapi sekarang ia telah mengucapkannya.

Sebab ia tak dapat membiarkan Siau Te mati, hal ini jelas tak akan boleh sampai terjadi.

Akhirnya hweesio tua itu menghentikan gelak tertawanya, dengan dingin ia berkata:

"Tapi sayang, setiap umat persilatan telah mengetahui bahwa ia telah mati!"

"Dia belum mati!"

Sinar matanya penuh pancaran rasa sedih dan penderitaan, katanya lebih lanjut:

"Mungkin perasaannya telah mati, tapi orangnya sampai sekarang belum mati!"

"Justru oleh karena perasaannya telah mati, maka ia telah berubah menjadi A-kit?", tanya hweesio tua itu sambil menatapnya lekat-lekat.

Pelan-pelan A-kit mengangguk, sahutnya dengan sedih:

"Sayang sekali perasaan A-kit belum mati, oleh karena itu mau tak mau Cia Siau-hong harus hidup lebih lama!"

"Aku percaya kepadanya!", tiba-tiba Ciu Ji sianseng berkata.

"Kenapa kau percaya?", tanya si hweesio tua.
"Karena kecuali Cia Siau-hong, tak ada orang kedua yang dapat membuat Mao It-leng bertekuk lutut!"

"Akupun percaya!", Lui Kok-tiok melanjutkan.

"Kenapa?", kembali si hweesio tua bertanya.

"Karena kecuali Cia Siau-hong, aku betul-betul tak dapat menemukan orang kedua yang bisa merampas pedangku dalam satu gebrakan saja?"

"Dan kau?"

Yang ditanya si hweesio tua itu adalah Hok-kui-sin-sian-jiu (Tangan dewa rejeki dan kemuliaan).

Sin-sian-jiu tidak bersuara, tapi tangannya yang seperti tangan nyonya kaya itu pelan-pelan diturunkan ke bawah, kuku-kukunya yang lebih tajam daripada pedangpun ikut menjadi lemas.

Hal itu sudah merupakan jawabannya yang terbaik.

Menunggu ia sudah mundur lama sekali dari situ, hweesio tua baru menghela napas panjang, katanya:

"Benar-benar suatu ilmu pedang yang tiada ke duanya di dunia ini, benar-benar dia adalah Cia Siau-hong yang tiada bandingannya di kolong langit.......!"

Tiok Yap-cing kena dirobohkan tadi dan selalu tergeletak dengan tubuh kaku di tanah itu mendadak berkata:

"Ilmu pedangnya memang sungguh bagus dan indah, tapi belum tentu sudah tiada ke duanya lagi di dunia ini!"

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungWhere stories live. Discover now