Bab 26. Terluka Parah

772 16 1
                                    

Kereta kuda sudah berhenti di tempat kejauhan, merekapun sudah pergi amat jauh.

"Walaupun arak yang disimpan dalam rumah kami termasuk arak bagus, sayang sekali baru dua kali aku mencuri telah tertangkap basah", Cia Siau-hong ternyata masih tertawa, seakan-akan sedang menceritakan suatu sejarahnya yang gemilang dan patut dibanggakan, "oleh karena itu untuk selanjutnya terpaksa aku harus mencuri milik orang lain"

"Mencuri milik siapa?"

"Di seberang pantai telaga Liok-sui-oh terdapat sebuah warung arak, pemiliknya juga she Cia, sejak pertama kali aku sudah tahu kalau dia adalah seorang yang sangat baik"

"Maka dari itu kau pergi mencuri miliknya!"

"Mencuri angin jangan mencuri rembulan, mencuri hujan jangan mencuri salju, mencuri orang baik, jangan mencuri orang jahat!"

Mimik wajah Cia Siau-hong ketika mengucapkan kata-kata tersebut bagaikan mimik wajah guru sedang mengajar muridnya. "Itulah nasehat yang dikuatirkan raja pencuri dan nenek moyang pencuri untuk kita semua, jika ingin menjadi seseorang pencuri cilik, maka jangan lupa untuk menghapalkan kata-kata nasehat tersebut di dalam hatinya"

"Sebab sekalipun di tangkap orang baik juga tak akan luar biasa akibatnya, lain kalau ditangkap orang jahat, bisa remuk semua tulang di dalam tubuhmu!"

"Bukan cuma remuk semua tulangmu, akibatnya benar-benar bisa luar biasa sekali!"

"Tapi orang baikpun juga pandai menangkap pencuri?"

"Oleh karena itulah, lagi-lagi aku tertangkap basah", Cia Siau-hong sedang menghela napas, "sekalipun tidak luar biasa akibatnya, namun akupun mendapat sebuah pelajaran!"

"Pelajaran apa?"

"Kalau ingin mencuri arak untuk di minum, lebih baik biarkan orang lain yang pergi mencuri, sedangkan dirimu paling banyak hanya berdiri di luar sambil memperhatikan situasi!"

"Baik, kali ini biar aku yang mencuri, kau berjaga-jaga saja di luar rumah!"

ooo)O(ooo

Thi Kay-seng benar-benar tidak mencuri arak, benda apapun tak pernah dicuri olehnya, tapi perduli apakah yang di suruh curi, ia tak pernah mengalami kesulitan.

Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya mungkin tak bisa dikatakan yang terbaik, tapi jika kau memiliki dua ratus guci arak yang disembunyikan di bawah pembaringan, sekalipun telah dicuri sampai ludas olehnya, belum tentu kau akan menyadari hal ini.

Jarang sekali ada orang yang menyembunyikan guci araknya di kolong pembaringan.

Hanya di gedung-gedung besar, rumah-rumah orang kaya baru di simpan arak wangi, seringkali gedung-gedung megah itu memiliki gudang arak yang khusus.

Untuk mencuri arak yang disimpan dalam gudang arak, sudah barang tentu jauh lebih gampang daripada mencuri guci arak yang di simpan di kolong pembaringan.

Kepandaian Thi Kay-seng untuk mencuri arak meski tak bisa dibandingkan kepandaian Cia Siau-hong, takaran-takaran araknya juga selisih tak sedikit.

Oleh karena itu, yang mabuk terlebih dulu tentu saja dia.

Entah mabuk sungguh-sungguh? Atau mabuk pura-pura? Mabuk seluruhnya? Atau mabuk setengah? Kata-kata yang diucapkan kenyataannya jauh lebih banyak daripada di hari-hari biasa, lagi pula apa yang di bicarakan adalah kata-kata yang di hari-hari biasa tak pernah dikatakan olehnya.

Tiba-tiba Thi Kay-seng bertanya:

"Saudara yang bernama Siau Te, apakah benar-benar bernama Siau Te......?"

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang