Bab 13. Nama dari Toa Siocia

Start from the beginning
                                    

Raut wajahnya itu segera mengejang keras karena rasa kaget dan tercengang yang kelewat batas, tapi yang jelas terpancar adalah rasa gusarnya yang berkobar-kobar.

Toa-tauke ikut pula melompat bangun dari tempat duduknya.

Siapapun tidak menyangka akan terjadinya perubahan ini, siapapun tidak tahu kenapa Mao Toa sianseng dapat berbuat demikian.

Mungkin hanya dia sendiri dan A-kit saja yang tahu.

Paras muka A-kit sama sekali tidak menampilkan emosi, rupanya perubahan tersebut sudah jauh berada dalam dugaannya.

Tapi sinar matanya justru memancarkan cahaya penderitaan, bahkan penderitaan lebih mendalam daripada yang diderita Mao Toa Sianseng........

Cahaya pedang berkelebat lewat, tahu-tahu pedang itu sudah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.

Tiba-tiba Mao Toa Sianseng menghela napas panjang.

"Aaaaiiii.....bukankah sudah ada lima tahun kita tak pernah berjumpa muka.......?"

Perkataan itu ditujukan pada A-kit, tampaknya bukan saja mereka saling mengenal, bahkan merupakan pula sahabat karib selama banyak tahun.

Kembali Mao Toa-sianseng berkata:

"Selama banyak tahun ini apakah penghidupanmu bisa kau lewatkan secara baik-baik? Apakah pernah menderita sakit yang parah?"

Sahabat yang sudah banyak tahun tak pernah berjumpa, tiba-tiba saja bertemu kembali antara satu dengan lainnya, tentu saja kata-kata pertama yang diucapkan adalah saling menanyakan keadaan, pertanyaan ini merupakan suatu pertanyaan yang amat sederhana dan umum sekali.

Tapi sewaktu mengucapkan kata-kata itu, tampaklah mimik wajahnya seakan-akan sedang menahan suatu penderitaan yang sangat hebat.

Sepasang lengan A-kit mengepal kencang, bukan saja ia tidak berbicara, berpalingpun tidak.

"Kalau toh aku telah berhasil mengenalimu, kenapa kau masih belum mau berpaling juga, agar aku dapat menyaksikan wajahmu?", kembali Mao Toa sianseng berkata.

"Tiba-tiba A-kit pun menghela napas panjang.

"Aaaaiiii......kalau toh kau telah mengenali diriku, buat apa lagi memperhatikan wajahku?"

"Kalau begitu, paling tidak kaupun harus melihat aku telah berubah menjadi seperti apa sekarang ini!"
Meskipun perkataan itu diucapkan dengan nada yang ringan, justru suaranya amat parau dan seperti orang yang sedang menjerit.

Akhirnya A-kit telah memalingkan wajahnya, tapi begitu kepalanya berpaling, air mukanya segera berubah hebat.

Yang sedang berdiri dihadapannya tak lebih hanya seorang kakek berambut putih, sesungguhnya tiada sesuatu yang aneh atau istimewa, atau menyeramkan hati orang.

Tapi rasa kejut yang memancar keluar dari mimik wajahnya sekarang jauh lebih hebat daripada rasa kagetnya ketika bertemu dengan makhluk aneh yang menyeramkan.

Mao Toa sianseng kembali tertawa, suara tertawanya kedengaran jauh lebih aneh lagi.

"Coba lihatlah, bukankah aku sudah banyak berubah?", katanya.

A-kit ingin menjawab, tapi tak sepotong suarapun yang keluar dari tenggorokannya.

"Andaikata kita saling berjumpa di tengah jalan secara tidak sengaja, aku rasa belum tentu kau dapat mengenali diriku", kata Mao Toa sianseng.

Tiba-tiba ia berpaling dan bertanya kepada Toa-tauke:

"Bukankah kau sedang keheranan, karena ia bisa begitu terperanjat ketika bertemu denganku barusan?"

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungWhere stories live. Discover now