Bab 11. Pembunuh Hitam

En başından başla
                                    

Pada hakekatnya hanya seorang yang berdiam dalam rumah itu......hanya Biau-cu seorang yang duduk termangu-mangu di ruang tamu, duduk di hadapan sebuah meja perjamuan yang penuh dengan sayur dan arak dengan sepasang mata mendelong.

ooo)O(ooo

Perabot dalam ruangan tamu amat sederhana, di atas meja pemujaan berdirilah dua buah patung yang pada hakekatnya tiada perbedaan lagi di tempat manapun juga......yakni patung dari Kwan-im Pousat serta Kwan Kong.

Meja sembahyang itu berada di tepi dinding persis depan meja tersebut sebuah meja yang sudah kuno, kotor dan lapuk, tapi sekarang justru tersedia aneka macam hidangan yang lezat dan nikmat, jelas bukan arak dan sayur yang bisa dicicipi oleh manusia semacam mereka ini.

Seguci arak Tiok Yap-cing yang berusia dua puluh tahun, ditambah kepiting besar, udang bago serta Ang-sio-hi-sit.

Biau-cu seperti duduk tertegun di depan arak dan hidangan yang lezat-lezat itu. Sepasang matanya kosong melompong, wajahnya kaku sama sekali tiada emosi.

Seketika itu juga A-kit merasakan hatinya berat dan seolah-olah terjatuh dari atas tebing yang tingginya mencapai beberapa ratus kaki.

Dari pandangan matanya yang kosong dan hampa itu, ia telah merasakan suatu firasat serta alamat yang tak enak, seakan-akan dia tahu bahwa bencana telah berada di depan mata.

Biau-cu mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arahnya, tiba-tiba ia berkata:

"Duduk!"

Di hadapannya tersedia sebuah bangku kosong, A-kit pun duduk di tempat yang telah tersedia itu.

Tiba-tiba Biau-cu mengangkat cawannya dan berkata lagi:

"Minum!"

Di depan meja tersedia cawan, dalam cawan telah berisi penuh arak wangi.......

Tapi A-kit tidak meneguk arak tersebut.

Biau-cu segera menarik muka, katanya:

"Sayur dan nasi ini khusus disediakan untukmu, arak itupun khusus disiapkan bagimu!"

"Maka dari itu aku harus meneguknya?", sambung A-kit.

"Ya, harus!"

A-kit ragu-ragu sejenak, akhirnya ia meneguk isi cawan itu hingga habis ludas.

"Ehmm.......inilah arak Tiok Yap-cing", katanya.

"Ya, Tiok Yap-cing adalah arak bagus!"

"Walaupun arak bagus, sayang bukan orang baik!"

Raut wajah Biau-cu berkerut kencang telinganya yang besar seperti kipas mulai kelihatan agak gemetar.

"Kau pernah menjumpai manusia yang bernama Tiok Yap-cing itu.....?", kembali A-kit bertanya.

Biau-cu mengigit bibir menahan diri, tiba-tiba ia mengambil seekor kepiting besar dan di lemparkan ke hadapannya.

"Makan!", ia berseru keras.

Itulah kepiting gemuk yang baru saja dikeluarkan dari kukusan, dagingnya yang putih dan penuh itu mengepulkan asap putih.

Ini membuktikan bahwa sayur dan arak itu belum lama dihidangkan di atas meja.

Mungkin Tiok Yap-cing telah memperhitungkan bahwa A-kit pasti akan tiba di situ, maka sengaja ia siapkan sayur dan arak untuk menantikan kehadirannya?.

Lama kelamaan A-kit tak dapat mengendalikan diri lagi, tiba-tiba ia bertanya:

"Sekarang di manakah orangnya?"

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin