BAB II haruskah aku?

4K 207 23
                                    

Pertemuan kedua akan Lebih buruk Jika ini terus berlanjut. Semuanya akan baik-baik saja Jika salah satu dari Mereka mulai menyadarinya.


°

°
__________••●●◈●●••__________


Malam harinya Joo won merasa gelisah melihat beberapa tabib keluar masuk dari kediaman ayahnya. Ia ingin melihat kondisi ayahnya sendiri, Tapi ibunya melarang Joo won untuk kesana. Ini sudah terlalu larut, ia harus pergi tidur. Kalau tidak ayahnya akan semakin marah.

Tidur? Bagaimana Joo won bisa akan tidur, jika ia sedang gelisah seperti ini.

Ia berjalan melangkahkan kakinya menuju ke taman yang ada di belakang kediamannya. Sepertinya langit sedang mendung, tiada bintang yang terlihat bertaburan dilangit.

"Ini tidak adil. Kenapa Aku tidak boleh melihat kondisi kesehatan ayahku. Apakah Aku tidak berhak untuk itu? Mereka semua memang menyebalkan.." gerutu Joo won dengan kesal sambil melempari batu kearah kolam.

"Bagaimana Aku akan memaafkan diriku jika saat ayah sakit saja Aku tidak ada disana?" Sambungnya lagi.

Dia mengembuskan nafasanya dengan kecewa sambil melihat keatas langit. Kemudian, ia memejamkan matanya. Mencoba menyegarkan pikirannya dengan merasakan sejuknya angin Malam.

selang beberapa waktu, Joo won mendengar alunan musik dari samping kediamannya. Musik itu adalah musik yang dulu ia dengar sewaktu ia masih kecil. Setiap tahun musik itu selalu terdengar dari samping kediamannya. Entah Kenapa, hanya Setiap tahun tepatnya pada hari ini musik itu kembali terdengar.

Karena penasaran,  Joo won pun berjalan ke samping kediamannya.

Dulu saat ia kecil, ia tidak bisa memanjat tembok tinggi kediamannya. Tapi, ia sekarang sudah besar. Dan Ia sudah mahir melakukan Hal itu.

Dengan sekali lompatan, Joo won berhasil mencapai puncak tembok. Ia Kemudian memanjati tembok dan berhasil keluar dari kediamannya.

Tanpa ada seorang pun yg tahu, ia berjalan mengendap-endap mendekati seseorang yang memainkan alunan musik itu.

Ia terkejut saat melihat seorang perempuan tengah memainkan sebuah Biola. Perempuan itu menutupi setengah mukanya dengan menggunakan cadar. Hanya terlihat manik mata hitamnya yang indah.

Joo won mendengarkan Dia bernyanyi sambil memainkan alat musik itu. Dari balik pohon tempat ia bersembunyi, sekilas ia menatap mata indah itu dengan intens.

Hanya melihat tatapan matanya saja, jantung Joo won langsung berdegup dengan kencang.
"Siapa Perempuan itu? Apakah Dia salah satu dari seorang dayang atau seorang pelayan? Matanya cantik sekali" gumam Joo won dalam hati sembari memuji Perempuan itu.

Suara yang lembut terdengar indah dari mulut Perempuan itu. Ia bernyanyi sesekali meneteskan air matanya. Alunan musiknya yang sedih, membuat Joo won juga ikut merasa sedih. Seakan tahu penderitaan Perempuan itu yang sudah lama ia pendam.
Joo won bahkan sampai memejamkan matanya, terhanyut oleh alunan merdu dari Perempuan itu.

Saat sedang asyik-asyiknya ia menikmati lagu yang dinyanyikan Perempuan itu, ia mendengar Kasimnya memanggili dia dari dalam kediamannya.
"Jeoha..Jeoha.." panggil Kasimnya dari kejauhan.

Langsung saja, Joo won tersentak kaget. Dan membuat pohon tempat persembunyiannya ikut bergetar.

Mendengar ada suara dari samping kirinya, Perempuan itu menoleh ke samping dan menghentikan nyanyiannya.
"Siapa itu?" Ucapnya terlihat panik.

"Gawat, Aku ketahuan. Aisshh..ini karena Kasim Han" gumam Joo won pelan sambil secepatnya ia keluar dari tempat persembunyian.

Perempuan itu yang melihat ada seseorang yang berlari dari balik pohon menjadi ketakutan. Ia lalu, melempari seseorang itu dengan batu-batu kecil yang ada disampingnya. Kemudian, ia pun kabur dari sana.

The Fate From HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang