4. Ini cinta

3.1K 414 286
                                    

Aresh menggenggam tangan Alif dengan erat, ketika kedua kakinya mulai melangkah masuk ke salah satu gedung khusus di kantor BIN. Ia berada di tengah-tengah barisan kecil Tim Alpha. Mereka berenam yang membuat dirinya merasa sedikit tenang dan nyaman saat ini. Diapit oleh Abang sepupu jauhnya, Alif, dan si bungsu dari Tim Alpha, Orion. Di depannya ada Reshi dan Alex yang menutupi tubuhnya yang tampak mungil di antara keenam pasukan siluman itu. Di belakang ada Rikas dan Komang yang telah siap menjadi tameng untuk Aresh jika hal-hal buruk terjadi.

Keenam pasukan siluman itu memang mematuhi semua perintah yang diberikan oleh atasannya. Namun, ada beberapa hal yang akan mereka langgar, jika sesuatu telah melewati batas dari prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Tim Alpha. Orion melirik Aresh yang sedang menampilkan wajah gugup bercampur cemas.

“Kakak cantik,” panggil Orion yang membuat Aresh menoleh kepadanya, “Kakak tenang saja, lakukan apa yang ingin Kakak lakukan di dalam sana! Kami semua akan selalu mendukung keputusan, Kakak. Kita orang adalah keluarga Kakak sekarang,” tutur Orion yang dibalas senyuman manis dari Aresh.

“Terima kasih, Orion,” ucap Aresh.

“Bah! Cuma Orion saja yang kau ucapkan terima kasih, Aresh?! Sakit hati Abang ini,” seloroh Alex.

Orion, Alif, Komang, Rikas dan juga Aresh terkekeh mendengar selorohan Alex yang selalu saja ajaib dan mampu membuat semua orang tertawa. Dalam diamnya, Reshi menahan senyum. Alex, kakak tertua di Tim Alpha, memanglah orang yang sangat periang di antara yang lain. Keberadaannya mampu membuat tingkat stres di Tim Alpha sedikit berkurang.

“Terima kasih Bang Alex, dan terima kasih semua,” ucap Aresh tulus.

“Nggak ada ucapan spesial gitu, Dek? Buat siapa, begitu?” ledek Alif.

Aresh mengernyitkan dahinya samar, sembari menoleh ke arah samping kanannya. Menatap bingung kepada abang sepupu jauhnya, Alif. Kemudian tersenyum, kala otaknya mengintruksikan sesuatu untuk segera diucapkan.

“Kalian semua adalah sosok spesial yang telah berhasil masuk ke hatiku. Terima kasih karena telah menguatkanku dan menjagaku. Aku tahu, kalian selalu mengikutiku di Paris selama beberapa hari kemarin. Keberadaan kalian membuatku merasa berada di tengah-tengah keluargaku sendiri, aman dan tenang,” ungkap Aresh.

“Thank you so much more, Alpha Team. I'll miss you,” tambah Aresh.

Alex tersenyum, lantas menyikut lengan Reshi yang sedari tadi hanya terdiam. Namun Alex tahu, otak cerdas Reshi pasti sudah merekam semua ucapan orang di sekitarnya dengan jelas. Reshi menoleh menatap Alex dengan tatapan tajam khasnya.

“Kau dengar tadi, Ice? Meleleh hati Abang ini. Ada yang akan merindukan kita, Ice!” ujar Alex bersemangat.

Reshi mengembuskan napasnya, lantas mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan. Berpura-pura, seakan-akan ucapan Aresh tak berpengaruh apa pun kepadanya. Meski pada kenyataannya, beberapa bagian organ tubuhnya kembali berkhianat. Jantungnya kembali berdetak tak menentu, kala Aresh mengungkapkan bahwa Tim Alpha adalah sosok spesial baginya. Ungkapan terakhir Aresh pun mampu membuat jantungnya merosot jatuh ke bawah dengan bebas. Dalam hati Reshi bersumpah, bahwa ia akan membuat Aresh hanya merindukan dirinya suatu saat nanti. Bukan merindukan seluruh pasukan Tim Alpha.

“Alamak! Beta melayang ini, dirindukan oleh seorang wanita cantik seperti Kakak,’ ucap Orion dengan logat khasnya.

Senyum dan kekehan dari Alex, Alif, Rikas dan Komang mengiringi senyum manis Aresh sebagai respon ungkapan lucu dari Orion.

“Alpha, stand by!” seru Alif lirih melalui handsfree di telinga kanannya, saat mereka hampir tiba di pintu masuk salah satu ruangan rahasia di BIN.

Seluruh pasukan Tim Alpha pun bersiap. Tak ada yang bersuara kali ini. Semua tampak bersiaga. Mereka berenam bukanlah orang bodoh yang hanya akan mengikuti perintah atasan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Perintah atasan memanglah sebuah sabda yang tak terbantahkan. Tapi apa pun itu, jika perintah sudah melawan nurani, maka mereka akan melawan tirani hingga titik darah penghabisan.

“Ayo, Aresh!” ajak Maliq, seorang agen yang sangat dikenal oleh Aresh dan Alif.

Maliq, Aresh dan Alif memiliki darah yang sama dari para sesepuh mereka. Aresh terdiam menatap Maliq, lantas menatap Alif bergantian. Kemudian beralih menatap Rikas, Komang, Alex dan Reshi bergantian. Perlahan, Aresh melepaskan genggaman tangannya dari Alif. Melangkah maju menghampiri Maliq.

“Jaga dia, Liq!” titah Alif tegas.

Maliq mengangguk, “Siap, Bang!” sahut Maliq sebelum merangkul bahu Aresh memasuki sebuah ruangan khusus dan rahasia itu.

Aresh menoleh ke belakang, memandang keenam pasukan siluman yang selalu menjaganya bak seorang putri. Tatapannya terkunci ketika melihat sorot mata tajam Reshi yang mengarah tepat kepadanya.

AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang