2. Ketika kau menyapa

3.2K 393 116
                                    

Kedua jemari tangan Reshi tampak sibuk mengetik beberapa huruf untuk mencari informasi tentang pekerjaan Aresh selama berada di Paris. Tatapan tajamnya sangat fokus memerhatikan serangkaian kata di layar laptopnya. Ia tak menyangka jika Aresh memiliki pekerjaan yang sangat berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan tingginya.

Seminggu sudah Tim Alpha berada di Paris. Keenam prajurit siluman itu menjalankan tugasnya dengan baik. Rikas, Orion dan Reshi memiliki identitas baru sebagai seorang mahasiswa dari Indonesia yang sedang mencari pekerjaan sampingan. Sedangkan Alif, Alex dan Komang hanya menjadi turis Indonesia yang sedang menikmati liburannya. Terkadang mereka berenam menyebar untuk mencari tahu kebiasaan sehari-hari Aresh selama di Paris.

Reshi terdiam, memerhatikan seorang wanita dan seorang lelaki yang sedang menari tarian salsa dalam sebuah video. Ia sangat fokus memerhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh pasangan itu. Mengingat pertemuan pertama dengan Aresh tiga hari yang lalu, membuat dirinya dan Tim Alpha kebingungan.

Aresh menjadi seorang penari di salah satu bar kecil di sudut kota Paris setiap malam. Pagi hari, ia bekerja sebagai pelayan restoran dan sore harinya bekerja sebagai pelatih tari. Bayangan Aresh yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya dan berpindah pelukan ke beberapa lelaki yang menantangnya di lantai dansa, membuat Reshi tak bisa tertidur nyenyak. Reshi seakan tak rela jika tubuh Aresh tersentuh oleh pria-pria penikmat tarian yang disajikan Aresh setiap malamnya. Rasanya ia ingin sekali membawa Aresh pulang ke Indonesia sesegera mungkin. Kepalanya mendongak. Menatap tajam Alex yang sedang mengarahkan smartphone kepadanya.

“Ada pokemon di samping kau, Ice!” seru Alex yang rupanya sedang bermain Pokemon Go.

Kekehan Orion pun terdengar. Ia tak tahan melihat reaksi Alex yang terkejut kala Reshi menatapnya tajam bak sebuah target tembak, “Kakak, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Kapan kita orang pergi ke Menara Eiffel? Siapa tahu kita bisa menemukan banyak pokemon di sana,” ajak Orion.

“Heh, Bocah! Bukankah Kau sudah melihat Menara Eiffel kemarin sebelum kita berangkat ke Perancis? Aku jamin, kau akan menyesal jika sampai di sana, Amboina!” ujar Alex.

“Itu cuma gambar, Kakak. Beta ingin melihat Menara Eiffel yang asli. Beta tak akan menyesal jika Kakak membawa Beta ke sana. Ayolah, Kakak! Beta bete ini! Kakak tahu, Beta perlu inspirasi untuk bisa mengalahkan si Kakak Cantik itu,” rengek Orion memohon dengan logat Ambon-nya.

Di antara keenam prajurit siluman itu, hanya Orion yang pandai menari. Sedangkan satu-satunya orang yang bisa mengikuti gerakan Orion adalah Rikas. Sisanya, tak ada yang bisa menggerakkan tubuhnya dengan lentur.

“Bahasamu, Amboina! Inspirasi macam apa yang kau cari? Cara berpacaran ala Perancis? Atau cara berciuman ala Perancis? Kau akan sesak napas jika berada di lingkungan Menara Eiffel. Update status jomblomu dulu! Baru kita ke sana!” seloroh Alex dengan logat Medan yang sangat kental.

Rikas dan Komang terkekeh melihat Orion yang menekuk wajahnya karena selorohan Alex, sembari membagikan makanan untuk rekan-rekannya.

“Cobalah!” titah Rikas yang memberikan semangkuk sup kepada Orion.

Perlahan, Reshi mencicipi sup buatan Rikas. Dirasakannya sup yang masih terasa asing di lidahnya. Rasa bawang putih dari kaldu sapi yang bercampur dengan parutan keju dan suiran daging ayam di atasnya, membuat rasa sup itu sulit untuk dideskripsikan.

“Kakak, makanan apa ini? Aneh sekali! Bubur dicampur roti,” ungkap Orion heran.

“Amboina, kampungan kali kau! Janganlah memalukan kakak-kakak kerenmu ini! Kau kira itu bubur manado dicampur roti begitu?!” ujar Alex kesal.

“Itu makanan khas Perancis, Orion. Soupe à l'oignon. Cobalah! Ice saja sudah memakannya,” kata Rikas.

“Ice pasti sedang lapar,” seloroh Komang yang tak ditanggapi oleh Reshi.

Orion memandang Reshi yang sedang memakan makanan aneh itu, “Kakak Ice, rasanya enak tidak?” tanyanya.

Reshi menelan makanannya, lantas menatap Orion dengan tajam. Membuat Orion menelan salivanya dengan susah payah.

“Kau ini, senang kali mengganggu Ice. Kalau kau tak mencobanya, kau tak akan tahu bagaimana rasa makanan iu, Amboina!” seru Alex.

“Makanlah! Bayangkan saja, kamu sedang memakan bubur manado bercampur roti,” tutur Reshi lugas dan disambut anggukan kepala dari Orion.

“Thanks, Rikas,” lanjut Reshi berterima kasih.

Orion terkagum-kagum mendengar suara tegas dan lugas dari Reshi. Ia mulai paham, bagaimana sosok Reshi yang sebenarnya.

“Sama-sama, Letnan,” balas Rikas diiringi senyumannya.

Semua menoleh ke arah pintu, kala mendengar suara pintu yang terbuka. Kelima prajurit siluman itu memandang Alif dan seorang perempuan cantik yang berjalan di belakangnya. Seulas senyum terukir di wajah Alex, Orion, Komang dan Rikas. Sedangkan Reshi menatap perempuan itu dengan tatapan tajam meneliti.

“Perkenalkan, ini Karina. Dia yang akan mengajarkan kalian menari dan berdansa seperti Aresh,” ujar Alif percaya diri.

“Bonjour Kakak,” sapa Orion dengan bahasa Perancis berdialek Ambon.

Tawa pun terdengar menggema di seluruh ruangan karena ulah Orion. Hanya Reshi yang masih saja menyimpan suaranya. Ia tak akan bersuara jika memang tak ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan.

“Bonjour,” balas Karina menyapa.

“Can you speak English, Beauty?” tanya Komang.

“Tentu,” balas Karina yang membuat Alif, Alex, Rikas dan Orion tertawa terbahak-bahak.

“Kamu orang Indonesia?” tanya Rikas.

Karina mengangguk, “Indonesia, Solo, Jawa Tengah.”

“Bisa kita mulai sekarang, Karina? We don't have much time,” pinta Alif yang dibalas anggukan kepala dari Karina.

Karina meletakkan tas dan jaketnya di atas sofa. Dilepaskannya kemeja putih yang membalut tubuhnya. Membuat semua lelaki di ruangan itu terdiam mematung. Menatap keindahan tubuh Karina yang hanya berbalut tank top putih dan hot pants berwarna coklat khaki. Hanya Reshi yang masih bersikap wajar di antara yang lain.

Keenam prajurit itu mengikuti gerakan pemanasan berupa tarian modern dari Karina. Semua tampak berjalan lancar. Tim Alpha mampu mengikuti gerakan Karina dengan baik, tak terkecuali Reshi. Ia bekerja keras agar bisa menaklukkan Aresh di pertemuan selanjutnya. Ia tak ingin jika Aresh berhadapan dengan lelaki lain. Walaupun dengan rekannya, Orion atau Rikas.

Selanjutnya, Karina segera memberikan gerakan dasar dari tarian salsa dan tango. Keenam prajurit siluman itu mulai terlihat kesulitan mengikuti gerakan Karina. Hingga akhirnya, Karina menghentikan latihannya. Ia menatap keenam lelaki yang berada di hadapannya saat ini. Rasanya, Karina sedang berada di sarang penyamun terbaik di dunia. Satu ruangan bersama enam orang lelaki tampan, bertubuh kekar nan baik hati.

“Menarilah dengan hati, bukan dengan kepala. Kalian semua masih berpikir bukan, bagaimana langkah selanjutnya?" tanya Karina yang dibalas anggukan kepala dari Alif, Alex, Orion, Rikas dan Komang.

Reshi terdiam, mencerna ucapan Karina dengan baik. Semua akan terlihat mudah jika melakukan apa pun dari hati.

“Oke! I wanna try something,” ucap Karina sembari melepas ikat pinggang kain dari celananya.

Karina berjalan santai ke arah Reshi. Sesuai perintah Alif sebelumnya, ia harus bisa membuat Reshi mahir berdansa. Karina menatap Reshi dengan lekat. Kemudian berjalan memutari tubuh tegap Reshi. Tubuh Karina yang tinggi semampai, membuat dirinya tak merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Reshi.

“Ini adalah latihan kepercayaan,” ucap Karina sembari mengikatkan penutup kain di kedua mata Reshi.

Karina mengambil tangan kanan Reshi, lantas menggandengnya dengan perlahan. Kelima rekan Reshi pun mundur dari posisinya. Memerhatikan Karina dan Reshi dengan saksama. Karina mendekatkan tubuhnya kepada Reshi. Reshi yang merasakan sentuhan Karina hanya terdiam. Sepertinya, hanya Aresh yang bisa membuat saraf dan organ pentingnya bekerja abnormal.

Karina memegang tangan kanan Reshi dengan tangan kirinya, dan menempatkan tangan kanannya pada bahu kiri Reshi. Ia pun meminta Reshi untuk menempatkan tangan kirinya pada pinggangnya. Reshi menurut. Ucapan Karina saat ini bagaikan ucapan atasannya yang sedang memberikan tugas.

“Kata orang, Tango itu hanya berhubungan tentang seks saja. Tapi, masih banyak lagi yang bisa dibagi dari sebuah gerakan Tango. Menyalurkan rasa gairah tentang ketepatan, kontrol, dan disiplin,” jelas Karina, “ikuti gerakanku! Sampai kamu bisa merasakan semua itu.”

Karina menatap Reshi, kala tak mendapat respon apa pun dari lawan bicaranya. Ia meletakkan telapak tangan kirinya di telapak tangan kanan Reshi, begitu pula dengan tangan satunya. Ditatapnya Reshi kembali, kemudian mendorong telapak tangan Reshi ke belakang dengan perlahan. Kedua kakinya melangkah dua kali dengan anggun kala memberi dorongan pelan nan lembut itu. Reshi pun mempraktikkannya, seperti yang Karina lakukan sebelumnya.

Karina melepaskan tangan kirinya, lantas menggandeng tangan kanan Reshi dengan gerakan memutar di tempat. Selanjutnya Karina melepaskan tangan kanannya, membiarkan Reshi melangkah sendiri. Diraihnya kedua tangan Reshi. Kemudian meletakkan tangan kanan Reshi di telapak tangan kirinya, dan memosisikan tangan kiri Reshi di pinggangnya. Tangan kanan Karina di letakkan di bahu kiri Reshi. Ditariknya tubuh Reshi agar menempel di tubuhnya.

“Tango itu berbagi bahasa tubuh bersama,” ucap Karina sembari membawa tubuh Reshi bergeser ke samping kanan dan ke samping kiri.

Karina mengajak Reshi berdansa dengan pelan. Kaki kirinya mengangkat kaki kanan Reshi ke atas, menyilangkan kaki itu ke kaki sebelah kiri Reshi, kemudian meletakkannya tepat di sebelah kaki kirinya. Selanjutnya, mengajak Reshi berjalan setengah memutar. Ia mengajari semua gerakan dasar tango dengan sabar kepada Reshi. Senyum simpul terukir di wajah ayu Karina, melihat Reshi yang mulai rileks dan cepat tangap dalam menyerap ilmu yang diberikannya.

Tepuk tangan yang keras bergemuruh, kala Karina menyelesaikan latihannya dengan Reshi. Tubuh tinggi Karina yang hampir sejajar dengan tubuh Reshi, membuatnya tak kesulitan untuk membuka penutup mata Reshi.

“It's enough, Boys!” seru Karina senang dan disambut senyuman manis dari Alif, Alex, Rikas, Orion dan Komang.

“Thank you,” ucap Reshi dingin.

Karina mengangguk, “You're welcome,” balas Karina diiringi senyum manisnya.

¤¤¤

Alif, Alex dan Komang berjalan menyebar kala memasuki bar kecil, tempat di mana Aresh bekerja. Wajah Alif tentu sangat tak asing bagi Aresh. Untuk itulah ia memilih duduk di ujung bar sembari menikmati segelas cocktail, serta menghisap rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.

“Bonsoir, qu'est-ce que vous prenez?” sapa bartender mengucapkan selamat malam dan menanyakan ingin memesan apa, ketika Reshi, Orion, dan Rikas duduk di hadapannya.

“Bonsoir, je prends du tequila.” Reshi meminta segelas tequila.

“Me too, tequila, please!” sahut Rikas yang tak bisa berbahasa Perancis.

“White wine,” tambah Orion yang tak tahu harus berkata apa.

Bartender itu tersenyum, kemudian membuatkan pesanan ketiga prajurit siluman yang sedang menyamar itu. Ketiganya segera meminum minumannya. Reshi hanya menempelkan bibirnya di gelas kecil itu. Kemudian berpura-pura meminumnya sembari menatap keadaan sekitar. Suara musik latin yang menggema membuat Reshi memutar kursinya untuk melihat siapa yang akan naik ke lantai dansa.

Kedua mata Reshi terkunci kala melihat Aresh dan kedua teman wanitanya berjalan anggun ke tengah lantai dansa. Aresh terlihat sangat cantik dan sexy dengan balutan gaun hitam selutut, tanpa lengan dengan rumbai di bagian bawahnya serta high heels tinggi yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Dengan rambut yang sengaja digerai bebas.

“Let's go!” seru Rikas menepuk pundak Reshi.

Ketiganya berjalan menuju lantai dansa. Aresh dan teman-teman mulai meliuk-liukkan tubuhnya sembari menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik latin yang bersemangat. Orion segera naik ke lantai dansa. Ia bergerak lincah mengikuti irama musik latin dengan gerakan capoeira-nya. Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brasil. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Sesekali Orion mempraktekkan apa yang Karina ajarkan tiga hari lalu tentang street dance.

“Huuu ...!!!” sorak beberapa penonton yang meminta Orion turun, namun Orion tampak tak acuh dengan teriakan itu.

Sorak sorai pun bersahut-sahutan kala Aresh dan kedua temannya berjalan maju ke depan setelah Orion berhenti dari tariannya. Acara seperti ini semacam battle dance untuk para pengunjung bar saat tengah malam tiba. Ketiganya berjalan serempak, seraya menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri dengan kedua tangan yang menyentuh bagian dada lantas turun ke bawah hingga menyentuh pinggul. Kemudian, menarik tangannya kembali ke atas dengan gerakan yang hampir sama dengan sebelumnya. Memutar di tempat, menggoyangkan pinggul, membungkukkan badan sembari menggelengkan kepala memainkan rambut mengikuti irama musik dengan gerakan sexy dan sensual.

Gerakan sensual itu membuat rona wajah Reshi memerah menahan amarah. Reshi segera melompat naik ke atas lantai dansa. Berjalan mendekati Aresh, dan menarik tangannya hingga jatuh kepelukannya. Keduanya saling beradu pandang dalam diam. Napas Aresh yang terengah-engah berhembus di depan wajah Reshi.

“Nice to meet you, My Aresh,” bisik Reshi di telinga Aresh sebelum dirinya mempraktikkan gerakan tarian yang Karina ajarkan.

Digenggamnya tangan kanan Aresh, sebelum membuat tubuh Aresh memutar dengan gerakan tangan kirinya. Aresh tersenyum simpul. Ia menikmati dansanya bersama Reshi. Sesekali mencuri pandang menatap wajah tampan Reshi dengan pahatan khas Arabian yang indah. Aresh tahu jika Reshi bukanlah seorang penari. Namun ia mempercayakan gerakan natural-nya mengikuti gerakan Reshi. Gesture rileks Reshi yang apa adanya, membuat Aresh dapat mengontrol gerakan tariannya.

Suara musik pun berganti kala Aresh melepaskan dirinya dari genggaman tangan Reshi. Ketukan-katukan drum ala musik latin kembali menggema. Ia tersenyum manis kepada Reshi. Kemudian mengulurkan tangan kanannya kepada Reshi, seraya memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang mengayun. Meminta Reshi meraih uluran tangannya.

“Wanna dance with me, Reshi?” ajak Aresh menggoda.

Keduanya saling menggenggam tangan dengan erat dan kuat. Kedua mata mereka saling menatap dengan lekat. Reshi menarik tangan Aresh. Aresh bergerak memutar hingga mereka saling merapatkan tubuh satu sama lain. Tangan kiri Reshi memegang kuat kaki kanan Aresh yang terangkat ke atas di samping pahanya. Hidung mereka saling bersentuhan. Membuat kelima rekan Reshi menahan napasnya, karena terkejut dengan gerakan Reshi yang diluar dugaan mereka. Begitu pula dengan Reshi, jantungnya seperti genderang perang yang dipukul berkali-kali. Seulas senyum tampak terukir di bibir Reshi, kala Aresh melempar senyum kepadanya.

“Bah! Ice untung besar ini,” gumam Alex yang dapat didengar oleh Alif dan Komang dari handsfree kecil yang tersembunyi di balik kerah baju mereka.

“Biarkan Reshi menikmati liburannya, Dalmatian!” seru Alif.

“Ice meleleh dengan sempurna, Tiger!” sahut Komang.

“Perfect!” seru Alif lugas.

Aresh menarik tangan kiri Reshi agar memegang pinggulnya. Kedua matanya tak lepas memandang guratan khas Arab yang sangat sempurna di hadapannya. Kemudian ia mengajak Reshi bergerak memutar. Dikaitkannya kaki kanannya di kaki kiri Reshi, lantas menengadahkan kepalanya ke atas sebelum mendorong tubuhnya ke belakang. Tangan kanan Reshi menahan pinggang Aresh dengan kuat, kala Aresh melakukan gerakan ke bawah hingga kepalanya menyentuh lantai. Aresh kembali berdiri tegak hingga wajahnya berada tepat di depan wajah Reshi. Sorak sorai pun saling bersahutan melihat gerakan Reshi dan Aresh yang tampak hampir sempurna. Membuat Reshi terpaku menatap wajah cantik Aresh tepat di hadapannya tanpa jarak.

Orion dan Rikas memimpin tarian kala musiknya berubah menjadi musik latin yang bercampur musik disco. Semua orang yang berada di lantai dansa tampak mengikuti gerakan Orion dan Rikas. Gerakan yang pernah diajarkan Karina kemarin pagi. Reshi mengulum senyumnya saat mengikuti gerakan kedua rekannya itu. Walau sedikit kerepotan namun langkah kakinya selalu tepat mengikuti irama musik. Membuat Aresh tersenyum bahagia melihatnya.

“Aresh sudah mulai menerima kehadiran kita, dan semoga kita tidak akan kesulitan membawanya pulang ke Indonesia,” tutur Alif penuh harap.

“But she knew who we are,” timpal Komang.

“Kita akan mengajaknya untuk bekerja sama,” sahut Alif sebelum berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan bar.

Alif tersenyum memandang Reshi dan adik sepupu jauhnya, Aresh, tersenyum bahagia.

“Terima kasih atas konspirasi indah-Mu ya Allah. Thank you!” seru Alif dalam hati.


ARESH®





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang