Nikah Cepet atau.....Putus (part b)

14.8K 1.2K 93
                                    

Olaa....
Met pagi mentemen...
Ini apdet tuk hari ini yah...

Adrian merasakan kekosongan di hatinya saat melihat meja resepsion yang kosong, padahal biasanya, pagi-pagi sekali Laras sudah nongkrong manis di posnya itu. Perlahan dia menjenguk melampaui meja resepsion yang tinggi, dan melihat tas Laras sudah tergeletak imut di lokernya, dan Adrian pun menarik napas berat.

Sejak terpergok Anthony dan Anita dua hari lalu, Laras memang bersikap aneh. Dia menghilang kemarin di waktu makan siang, dan selalu berusaha menghindari Adrian. Dia juga pulang tepat waktu, dan bahkan sudah ikut antri di mesin absen dua menit sebelum jam lima, setelah sebelumnya minta izin pada Anita. Jelas sekali dia takut kalau sampai Adrian mengajaknya pulang bersama, dan itu membuat Adrian gelisah. Dia kesal sekali pada Anthony, karena dia takut Laras akan kabur darinya setelah didesak untuk segera menikah, dan kalau itu terjadi, maka hilanglah sudah semangat hidupnya. Sepertinya, ketakutannya ini mulai terbukti, Laras sudah menghindarinya terus menerus.

Adrian melirik arlojinya. Masih satu jam sebelum jam kerja dimulai, dan memang jam seginilah biasanya dia akan meluangkan waktunya untuk sarapan bersama dengan Laras, jadi dia menunggu di dekat meja Laras, tak peduli dengan pandangan heran para karyawan yang mungkin sebentar lagi datang, toh hubungannya dengan gadis itu sudah diketahui oleh Anthony dan Anita, dan cuma masalah waktu, sebelum semua karyawan mengetahui tentang dia dan Laras.

Menit-demi menit berlalu, dan Adrian sudah berdiri di samping meja resepsionis sampai kakinya pegal. Gadis mungilnya belum juga muncul, dan untuk terakhir kalinya, dia melirik Chopard Luc di pergelangan tangannya, melihat kalau waktu sudah berjalan tiga puluh menit. Dia mendengkus kesal. Kemana Laras?

Tepat saat kesabarannya habis, pintu lift terdengar berdenting, dan dari dalamnya muncullah sosok mungil Laras yang langsung melebarkan matanya melihat Adrian yang berdiri di posnya.

Adrian menatapnya tajam, sementara Laras mendekat dengan takut-takut. Biar bagaimanapun, di luar ruangan Adrian, pria itu adalah boss-nya. Di dalam ruangannya, baru pria itu miliknya.

"Pagi, pak Adrian," Laras menyapa sopan.

"Dari mana?" Adrian langsung bertanya dengan suara galak.

Laras tergagap. "Anu ... Pak. Laras dari gedung sebelah," jawabnya. Pelan dia beringsut ke belakang mejanya, tetapi tidak berani duduk.

Kalau sudah seperti ini, aura kepemimpinan Adrian langsung menguar, dan membuat Laras tahu kalau saat ini, dia bukan sedang  menjadi kekasih pria itu, tapi karyawannya. Membuat Laras merasa jengkel. Statusnya saat ini benar-benar membingungkan!

Adrian mendengkus kesal, lalu mengulurkan tangannya, menarik tangan Laras  dan menyeretnya menuju ke ruangan direktur. Beberapa karyawan yang baru datang, maupun yang memang sejak tadi bertanya-tanya saat melihat Adrian berdiri di meja resepsionis, melihat adegan itu dengan mata terbelalak. Berbagai pertanyaan berseliweran di benak mereka, melihat bagaimana posesifnya boss mereka menarik gadis mungil itu. Namun, Adrian yang sudah dikuasai oleh emosinya, sudah tidak lagi mampu berpikir. Dia hanya ingin berdua saja dengan gadis itu saat ini, dan mengorek keterangan gadis itu tentang keberadaannya selama dua hari ini!

Adrian langsung mengunci pintu setiba di ruangannya, dan mendesak Laras ke daun pintu yang tertutup. Tangan kanannya menumpu di sisi kepala Laras, sementara tangan kirinya melemparkan tasnya entah kemana, dan meraih pinggang gadis itu, untuk merapatkan Laras ke dirinya sendiri. Namun, alangkah terkejutnya dia saat Laras mendorongnya, lalu meloloskan diri melalui bawah lengannya, dan kini berdiri dengan tampang lucu di tengah ruangan.

"Laras ...." Adrian menggeram.

Laras nyengir. Dia mengangkat tangannya, memberikan bentuk v dengan jari telunjuk dan tengahnya.

My Morning Sunshine (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang