What a mess....... (part 1)

15.4K 1.4K 37
                                    

Halloo...
Apdet revisi tuk hari ini...
Enjoy

"Kalo lo punya duit banyak, lo mau beli apa, Ras?"

Pertanyaan Vina membuat Laras mengerutkan kening. "Beli apa, ya? Kalo Mbak Vina?" Ia balik bertanya.

Vina menerawang. "Kalo seumpamanya, gua punya suami kaya, terus dia ngasih gua uang belanja yang banyak, gua bakal beli barang branded yang banyaaaaaak ... banget!" Katanya, sambil merentangkan tangannya hingga tanpa sengaja membentur tubuh Laras yang tidak siap, dan langsung terjatuh karenanya.

"Aduh, Mbak! Biasa aja kali!" Laras berseru sambil tertawa geli. Bokongnya terasa lumayan sakit, tapi rasa sakit itu tertutupi oleh rasa gelinya melihat gaya 'alay' Vina.

Vina menutup mulutnya dengan kedua tangan, meniru gaya terkejut ala sinetron. "Ow em ji, Laras ... sorrrrriiiiii ...." serunya sambil mengulurkan tangan untuk membantu Laras bangkit.

"Ada apa ini?"

Sebuah suara dingin membuat kedua wanita itu terkejut, dan serentak menoleh. Wajah Vina memucat melihat siapa yang berdiri di depan meja resepsionis, sementara wajah Laras bersemu merah karena malu. Bergegas gadis muda itu bangkit sendiri, dan menyapa Adrian yang berdiri dengan ekspresi tak terbaca.

"Pagi, Pak Adrian ...." riang dia menyapa seperti biasa.

Adrian menatapnya intens. Lalu tanpa membalas sapaan Laras, mengalihkan tatapannya pada Vina yang mengkeret di tempatnya.

"Apa-apaan kalian pagi-pagi begini, hm? Apa yang dipikirkan tamu kalau melihat kejadian barusan?" Tegurnya dengan suara sedingin es di kutub utara.

Vina menelan ludah. "Maaf, Pak. Barusan ...."

"Apa?" Adrian memotong. Nada suaranya betul-betul lebih ketus dari biasanya. "Kenapa kamu mendorong rekan kamu? Kamu tidak suka padanya, hm?"

Vina tergagap. "Oh ... bukan, Pak. Itu ...." dengan panik dia menoleh pada Laras, yang juga ikutan panik.

"Mm ... Pak Adrian ... itu barusan ...." kalimat Laras terpotong oleh tatapan tajam Adrian.

"Kamu! Ikut ke ruangan saya!" pria itu berkata sambil menunjuk pada Laras.

Vina makin bertambah panik. "Yah ... Ras ...."

Dengan tertunduk Laras mengikuti langkah anggun Adrian, dia sempat melemparkan tatapan menghibur yang sama sekali tidak meyakinkan pada Vina, membuat rasa bersalah di benak Vina makin bertambah. Saat pintu lorong menuju ruang pimpinan menutup, dan Adrian serta Laras tidak terlihat lagi, tergesa Vina mengangkat gagang telepon dan memutar sebuah nomor.

"Halo? Mbak Nita dimana? Di jalan? Masih lama? Aduuhhh ... gimana nih? Ada yang gawat, Mbak ...." berondongnya saat telepon tersambung.

***********************************

"Kemarilah," Adrian berkata setelah meletakkan tasnya di meja. Dia mengulurkan tangannya, meminta Laras mendekat. Dengan ragu, gadis mungil itu melakukan yang dia suruh, dan berdiri lebih dekat di hadapannya.

Adrian mengamati Laras beberapa saat, lalu menghela napas. "Apa ada yang sakit?" Tanyanya.

Laras melongo. "Apa? Mmm ... apanya, Pak?" Ia balik bertanya.

Adrian menatapnya intens. "Jawab saja terus terang, Laras. Apa ada yang sakit gara-gara temanmu itu memukulmu sampai jatuh?" Ulangnya.

Laras mengerjap. Lalu tersenyum. Dia mengangguk dengan rambut keriwilnya yang bergoyang-goyang.

"Iya. Pantat Laras sakit ... he ... he ... he ... Tapi enggak pa-pa kok, Pak. Cuma jatuh segitu aja sih Laras udah biasa," katanya sambil cengar-cengir malu.

My Morning Sunshine (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang