Sweet kiss......no more kiss......

17K 1.3K 53
                                    

Met hari minggu!
Ini revisi hari ini ini ya...
Enjoy...

Detik demi detik berlalu, dan bibir hangat dengan napas segar itu masih membelai lembut bibirnya. Laras masih belum menyadari apa yang terjadi, karena dia masih belum bereaksi. Entah karena memang dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan pria tampan yang kini sedang menyelipkan lidahnya di antara bibir Laras, atau karena rasa pusing berputar yang dideritanya, yang membuat Laras menjadi lebih lambat mencerna segala hal. Yang jelas dia hanya bisa menatap mata Adrian yang ada tepat di depan matanya, menatap langsung ke dalam benaknya, sementara bibirnya masih ada dalam kungkungan bibir hangat pria itu.

Beberapa saat waktu berhenti. Laras tidak mampu mengalihkan tatapannya dari mata tajam berwarna hijau kehitaman itu, dan bibirnya seperti pasrah, bagai seorang pedansa yang hanya mengikuti lead dari pria yang entah sedang melakukan apa pada dirinya. Bibirnya bergerak mengikuti gerakan bibir Adrian tanpa tahu harus melakukan apa, namun tangannya terangkat, mencengkeram lengan kemeja Adrian. Saat sesuatu yang sangat asing tiba-tiba menguasai naluri alamiahnya, Laras pun melepaskan lenguhan spontan yang membuat Adrian makin memperdalam ciumannya. Lidah pria itu menerobos hingga masuk ke mulut Laras, dan dengan sangat lincah menari di dalam rongga yang basah itu. Membuat Laras tersedak beberapa kali, namun dengan sangat ahli membuatnya tidak mampu menghentikan gerakannya menari. Ketika akhirnya Laras merasakan matanya berkunang-kunang karena kehabisan napas, barulah pria itu menarik lidah nakalnya, dan melepaskan pertautan bibir mereka.

Beberapa saat hening. Adrian menempelkan dagunya di puncak kepala Laras, menghirup harum rambut gadis itu yang begitu segar dan membuai indera penciumannya. Sementara Laras yang kini wajahnya melesak dalam kehangatan dada bidang Adrian, melongo mencoba mencerna apa yang barusan terjadi. Setelah beberapa detik yang terasa seperti seabad, gadis itu pun mengerti. Adrian menciumnya! Mencuri hak suaminya yang seharusnya dia berikan di depan altar usai mengucapkan sumpah setia, dan diijinkan oleh pendeta!

Seperti kilat, kesadaran Laras kembali, dan gadis itu merenggut dirinya dari pelukan Adrian. Dia mendorong Adrian yang tidak siap mengantisipasi tindakannya, lalu berdiri dengan posisi goyah di depan Adrian. Matanya berkaca-kaca, karena sakit kepala yang makin menyiksa, dan kemarahan yang menggelegak mendadak.

"Kenapa Pak Adrian cium Laras?" Tanyanya setengah berteriak.

Adrian mengerjap kaget. Tidak menduga sama sekali reaksi itu yang akan diberikan gadis mungil kesayangannya.

"Laras ...." dia membeku saat melihat air mata meluncur deras di pipi Laras. Tangannya terulur untuk menggapai gadis itu, tapi terhenti dan menggantung di udara. Dadanya sesak melihat tatapan terluka Laras.

"Itu ... itu pelecehan, tahu!" Laras berkata dengan bibir gemetar, lalu dengan tubuh terhuyung dia berputar dan melangkah secepat yang dia bisa untuk pergi dari situ. Meninggalkan Adrian yang termangu di tempatnya.

************
"Kamu enggak pa-pa pulang sendiri, Ras?" Anita bertanya tidak yakin. "Mbak minta supir kantor antar, ya?"

Laras menggeleng. "Enggak usah, Mbak. Laras bisa, kok," tolaknya.

Anita menatap tajam. "Enggak boleh! Kalau kamu memang mau ijin pulang sekarang, kamu harus pulang dengan supir kantor. Okey?" Ia berkata tegas, lalu mengangkat teleponnya. "Hallo? Pak Diman di mana, ya?" Tanyanya pada orang di seberang.

Laras berdiri gelisah di tempatnya. Dia putus asa mencoba meyakinkan Anita kalau dia harus pulang tanpa bantuan siapa pun karena dia memang tidak ingin berhutang apa pun pada perusahaan, tapi wanita cantik itu tidak mau dibantah. Kecemasannya membuat Laras kesulitan untuk bicara.

"Mbak ...." Laras memanggil, tapi Anita mengangkat jari telunjuknya, memberi tanda kalau dia tidak mau diinterupsi saat mendengarkan penjelasan orang di seberang.

My Morning Sunshine (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang