Dandy bergidik jijik.

"Ayo kita mulai." Ucap sang Wanita Tua.

Kini dia yang memegang situasi. Wanita Tua itu menyuruh Daus masuk ke dalam kelas X IPS 1. Dia meminta supaya Daus meletakkan empat buah mangkuk putih di masing-masing pojok ruang kelas. Masing-masing mangkuk diisi dengan air garam.

Sedangkan kertas minyak berwarna kuning yang sudah bertuliskan aksara Jawa yang ditulis oleh Dandy dan kawan kawan kini ditempel di seluruh dinding kelas, ke jendela-jendela sampai tidak ada satupun celah cahaya yang bisa menembus masuk. Setelah semua tertempel, Daus disuruh masuk.

"Sayang, kamu jangan keluar sampai esok pagi ya." Ibu Daus menggenggam kedua tangan anaknya dengan cemas.

Ayah Daus ikut memeluk, "kamu harus berhasil di dalam. Apapun yang terjadi di luar, kamu tidak boleh membukakan pintu kepada siapapun sampai esok hari. Kami menyayangimu, Nak." Serunya tertahan.

Kedua orang tua Daus tak mampu menyembunyikan air matanya.

"Ibu, ayah.. Daus takut.." Daus memeluk ayah dan ibunya dengan tangis.

Wanita Tua itu mendekat dan menyerahkan empat lembar kertas minyak berisi mantra aksara jawa.

"Pegang ini. Jikalau kau mendengar suara aneh segera genggam kertas ini dan berdoa semoga nyawamu diselamatkan. Kami akan mendoakanmu dari luar. Jangan takut, atau hantu itu dapat menembus jimat yang telah kutulis!"

Daus mengangguk dan menatap keempat temannya, "Kalian jangan pergi ya, bantu gue.." pinta Daus memelas.

Imelda, Dandy, Fadel dan Nurman mengangguk.

"Kami selalu ada di luar sini, Us." Dandy mengacungkan jari jempolnya.

"Selamat berjuang Daus.." sambung Nurman.

Imelda hanya diam, namun dia sudah tidak dapat menyembunyikan kesedihannya. Dia berlari memeluk sahabat nya itu.

"Lo emang nyebelin. Tapi gue selalu berdoa semoga lo selamat dan bisa ngerjain gue lagi.." isaknya pelan.

Daus melepaskan pelukan dan melap ingusnya.

"Yaudah. Gue masuk dulu."

Tubuh Daus perlahan menghilang dari balik pintu. Wanita tua itu kemudian menutup pintu dan menggemboknya dari luar. Di depan pintu kembali ditempelinya kertas aksara jawa sambil membaca mantra aneh yang tidak diketahui siapapun artinya. Kemudian, di lantai bawah pintu ditaburkannya beras kuning. Ritual pun dimulai.
*

**

Di dalam ruang kelas, Daus meringkuk ketakutan. Tangannya menggenggam erat kertas aksara Jawa. Peluhnya menetes, apalagi ruangan kelas sangat gelap dan sunyi. Cowok itu meringkuk di bangku barisan paling depan.

Jantungnya berdebar kencang. Waktu terus berlalu dan tanpa sadar jam dinding di tembok kelas telah menunjukkan angka satu. Sudah lewat tengah malam.

Daus menopang wajahnya dengan kedua tangan. Rasa kantuk yang menyerang tidak dapat dilawan lagi. Perlahan matanya mulai terpejam dan terlarut di alam bawah sadar. Baru saja mata terpejam, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Daus tersentak, ia kembali terjaga.

Tok tok tok.

Jelas itu memang suara ketukan yang berasal dari pintu.

Daus berjalan perlahan mendekati pintu kelas tersebut.

"Siapa?" Tanyanya penasaran.

"Daus sayang, ini Ibu, nak. Buka pintunya.. Ibu takut kamu kenapa-kenapa.." suara Ibu dari luar melegakan Daus.

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang