Terkunci

6.8K 248 36
                                    

Gembok berkarat itu pun akhirnya terbuka. Bu Klara mendorong pintu XI IPS 1 dengan pasti. Dan di belakang Bu Klara, siswa siswi grasak-grusuk berdesak-desakkan ingin melihat kelas tersebut.

Satu hal yang mereka ingin tahu.

Ada apa sebenarnya di dalam sana?

Mengapa kelas itu dikunci rapat?

Mengapa kelas X langsung loncat ke X IPS 2 bukannya menggunakan nama IPS 1 terlebih dahulu?

Dan ketika pintu terbuka lebar, hanya satu kata terlintas di benak Dandy, yaitu:

Biasa.

Benar-benar biasa.
Karena ketika dibuka kelas itu biasa saja, hanya seperti kelas yang lain dan tidak ada yang aneh.

Meja murid dan guru, kursi, papan tulis, lampu, proyektor, lemari atau yang lain-lain semuanya terlihat normal. Hanya saja seluruh permukaan tertutup oleh debu tebal akibat kelas yang dibiarkan kosong selama lima tahun.

Lantai keramik putih masih terlihat mulus seperti baru dipasang, dinding-dindingnya juga masih cerah dan menggunakan cat terbaik di sisi-sisinya.

Sama sekali tidak ada bekas-bekas hantu yang menghuni, seperti genderuwo, pocong, kuntilanak ataupun suster ngesot yang biasanya sering digosipkan oleh murid-murid.

Daus beringsut dan dengan lemas menaruh tasnya di atas meja paling kiri dekat jendela.

"Yaah.. Gue kecewa banget tau. Gue pikir dalamnya ada apaan... gitu. Ada tulang belulang kek. Ternyata sama aja. Gak serem.. bukan gue banget.."

"Dasar lu otak psikopat! Ku pikir ini tempat uji nyali yang kek di Misteri Tukul itu." Reza menimpali.

"Iya tuh! Sok gak serem. Tapi waktu ketemu hantu malah ngibrit paling cepet." Cowok bernama Wisnu mendelik sewot ke arah Daus. "Ngomong-ngomong.. ni kelas adem banget ya! Kayak ada AC-nya!" Wisnu mengobservasi seantero ruangan. Siapa tahu memang ada AC.

"Gile lu Nu! Itu bukan AC tau, tapi napasnya Rama tuh!" celetuk Risky.

Wisnu pun menoleh dan mendapati Rama berdiri di belakangnya.

Sangat dekat...

sangat romantis...

"Hiiiiyyy!! Ngapain lo di belakang gue! Sepoi-sepoi pake napas lu lagi!!!" Wisnu histeris kegelian. Sedangkan Rama hanya nyengir bego sambil ditertawakan seisi kelas.

"Daus, meja sama kursi lo nggak dibersihin dulu? Berdebu tau, langsung main duduk aja.." Ucap Nida tenang.

Dengan wajah polos cowok berbadan subur itu menatap Nida dengan pandangan kayak 'Gue Lagi PMS Lu Jangan Becanda'.

Ia segera terlonjak dari atas kursi. Dan benar, celananya sudah penuh dengan debu.

"Kenapa gak bilang dari tadi seeeehhh!!!" Dengan sensi cowok gemuk itu menepuk-nepuk celananya yang berdebu. Dari tadi dia marah-marah terus.

Isna menatap tajam kelas itu. Kemudian dia teringat akan masa lalu, masa-masa dimana ia juga menginjakkan kakinya ke dalam kelas yang sama, lima tahun yang lalu. Suasananya saat itu bahkan lebih heboh dari sekarang. Seisi kelas dahulu menyambut Isna dengan sangat ramah dan bersahabat. Mereka menerima Isna sebagai anggota baru di kelompok mereka.

"Jangan melamun, ntar kesambet." Suara ngebass Fadel telah membuyarkan kenangan masa lalu Isna.

"Oh, enggak. Cuma tiba-tiba kangen aja tadi.." jawabnya sangat pelan. Isna tipe cewek yang pemalu.

"Kangen masa-masa SMP?" Fadel menatap Isna.

"Ah? I, iya.." Isna menjawab gugup.

"Gue juga kangen masa-masa SMP. Waktu ngerjain guru, gak ngerjain PR, bolos pelajaran, ketawa bareng. Dan sekarang, kita sudah pakai putih abu-abu." Fadel terkekeh. "Hebat ya.. ternyata jadi siswa SMA bisa bikin kita tambah dewasa.."

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang