Daus seketika merengut, dirinya lah yang sekarang ditaksir sama sang hantu.

Pintu kamar terbuka, di sana nampak berdiri ibu dan ayah Daus.

"Kalian semua ayo ikut tante sama om ke sekolah!" Ucap Ibu Daus tak sabaran.

Imelda dan lainnya bingung namun tetap menuruti perintah mereka.
Mereka semua masuk ke dalam mobil, termasuk wanita tua yang telah membantu menyadarkan Daus.

Ayah Daus menyetir dengan sangat laju. Ibu Daus sampai harus menegur berkali-kali supaya tidak ngebut. Begitu sampai di sekolah, mereka semua turun dari mobil.

Dan lagi lagi tanpa dijelaskan maksud tujuan ke sini orang tua Daus dan wanita tua itu berlari gusar masuk ke dalam sekolah.
Otomatis yang lain ikut panik dan berlari masuk.
Sekolah lengang karena hari mulai senja.

Begitu sampai di depan pintu kelas X IPS 1, si wanita tua meminta mereka semua untuk berhenti.

"Ada apa?" Tanya Ayah Daus gugup.

Si wanita tua terlihat begitu emosional, matanya berkaca-kaca dan muncul urat-urat berwarna ungu di balik permukaan kulitnya yang keriput.

"Energi di dalam ruangan ini sangat kuat. Mereka bukan hanya berjumlah satu atau dua makhluk saja. Melainkan banyak! Berpuluh-puluh dengan dendam yang sama. Mereka adalah kumpulan makhluk yang dendam akan membunuh!" Suara serak diiringi tangis menghiasi raut tuanya.

"Jadi apa yang harus kami lakukan?" Ibu Daus menatap wanita tua itu dengan cemas.

"Hanya anak kalian yang boleh masuk ke dalam." Ujarnya.

Daus yang tak tahu apa-apa semakin bingung.

"Ayah, Ibu, ini ada apa? Kenapa Daus harus masuk? Nggak ah, nanti malah didatengin sama hantu yang kemaren.." Daus menggeleng takut.

"Bagaimana kalau anak kami dibawa pergi sama hantu itu? Saya nggak mau Daus masuk sendirian!" Ibu Daus menelungkupkan kedua tangannya di dada, mengatasi segala debaran jantung yang meresahkan hatinya.

Sang wanita tua itu menggeleng, "Dia harus sendirian masuk ke dalam sana. Dan kalian semua tidak perlu khawatir, saya akan tetap mengadakan ritual pengusiran hantu itu di sini! Apakah semua persyaratannya telah terpenuhi?" Tanya sang wanita tua melirik ke orang tua Daus.

Ayah Daus melepas tas ransel di punggungnya. Entah kapan dia membawanya yang jelas, ayah Daus mengeluarkan semua benda yang ada di dalam tas itu.
Antara lain seperti mangkuk putih empat buah, air garam satu botol besar, kertas minyak berwarna kuning, beras kuning, dan darah ayam kampung yang sudah dimasukkan ke dalam toples bening.

Imelda melihat semua benda benda itu dengan takut, "itu semua untuk apa, om, tante?"

Ibu Daus mendekati Imelda, "Tolong bantu kami. Bantu Daus. Kalian berempat harus menyelamatkan nyawa anak Tante dan Om." Matanya berkaca-kaca, memelas dengan penuh kecemasan.

"Apa yang bisa kami lakukan tante?"Tanya Imelda lagi, kali ini dengan iba.

"Kalian hanya perlu menulis mantra dalam aksara jawa. Contohnya sudah ada di sana, kalian hanya mengikuti saja. Tulis sebanyak-banyaknya. Kalian bisa?" Ibu Daus mengambil salah satu benda dari dalam tas, yaitu kertas minyak berwarna kuning dan kuas.
Ibu Daus memberi satu gulungan kertas masing-masing yang berjumlah ratusan lembar kepada Imelda, Fadel, Dandy dan Nurman.

Fadel menatap kuas di tangannya, "tintanya mana tante?"

Ibu Daus menggeleng, "tidak ada tinta. Kalian harus menulisnya dengan darah ayam ini." Ucapnya sambil menyodorkan setoples darah ayam segar.

Ada Hantu Di SekolahTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon