5. Sendiri?

5.3K 468 34
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Aula sekolah dasar bertaraf internasional itu sengaja di siapkan Kurenai untuk acara kecil ini.

Hari ini Hyuuga Hinata. Guru seni musik sekaligus wali kelas tingkat pertama, akan berpamitan pada semua murid yang pernah dididik olehnya.

"Hai..., Ohayou murid-murid tercinta sensei..." Sapa Hinata lembut dengan menggunakan microphone.

Tak ada jawaban dari para siswa itu. Hanya sesegukan khas anak kecil yang terdengar.

Setelah menunggu guru kesayangan mereka sembuh dan dapat datang lagi kesekolah, mereka hanya merasakan tiga bulan diajar oleh Hinata, akibat libur tengah smester.

Dan sekarang saat smester baru dimulai yang menjadi semangat mereka untuk kembali bersekolah justru akan berpamitan pergi.

"Hei...  bukankah Sensei selalu berpesan kalian harus semangat setiap harinya..?" Hinata mencoba bicara dengan nada ceria, untuk menutupi harunya.

"Sensei, mohon jangan sedih..., setiap pertemuan pasti akan berujung dengan perpisahan. Maaf jika Sensei dulu yang harus pergi sebelun kalian lulus.." Air mata tak dapat ditahan lagi oleh Hinata. Pipi mulusnya kini sudah dialiri air bening nan hangat.

"Sensei mohon jangan menangis...," Hinata berlutut melepaskan tongkatnya. Ia rentangkan kedua tangannya, dan seketika itu juga bocah-bocah kecil yang pernah dia ajar oleh Hinata berhamburan kepelukannya.


"Hue... Hinata sensei, kenapa harus pergi, sensei tidak menyayangi kami lagi..."

"Aku janji sensei, tidak akan nakal lagi, asal bisa melihat sensei setiap hari."

"Sensei.., aku janji tidak akan pernah membawa mainan lagi kesekolah, tapi sensei janji jangan pergi..."

Hati Hinata tertohok ketika mendengar ratapan-ratapan bocah-bocah dari satu persatu mulut kecil lucu itu yang memintanya untuk tetap mengajar.

"Kalian berbaris," Hinata buru-buru menghapus air matanya, memasang wajah seceria mungkin, ia tak ingin tampak rapuh di hadapan murid-muridnya. "Sensei akan mencium dan memeluk kalian satu persatu." Sambungnya dengan senyuman yang masih terukir sempurna di bibir mungilnya.

Hinata sadar dari empat puluh lebih murid yang pernah diajarnya tak akan bisa mendapatkan pelukannya secara adil jika dengan cara seperti ini.

Bocah-bocah berusia enam sampai delapan tahun itu berbaris rapi menanti sang guru kesayangan memeluk satu persatu muridnya. Dengan penuh cinta kasih Hinata memeluk dan menciup kening serta sepasang pipi tembam anak-anak itu.


"Terimakasih sensei, sudah mengajari kami membaca, menulis dan bermain musik." Hayate, bocah lelaki ini adalah yang paling terakhir mendapat pelukan Hinata. Murid yang paling dekat dengan Hinata ini adalah murid yang paling sulit diatur, otaknya sedikit bebal dalam menerima pelajaran. Belum lagi tingkahnya yang sangat nakal membuatnnya hampir saja di keluarkan dari sekolah elit ini.

Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang