Part 28

77.8K 4.3K 53
                                    

Farel memasuki kamarnya sambil tangannya memegang handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.

Ia berdiri mematung dengan mulut yang ternganga saat melihat Greya yang juga berusaha mengeringkan rambutnya yang panjang.

Farel mengerang dalam hati, kembali merutuki dirinya sendiri karena memilih kemeja yang salah untuk Greya.

Bagaimana tidak? Ia memakaikan kemeja berwarna putih pada gadis itu. Tentu saja rambut panjang Greya yang basah membuat kemeja itu juga basah, yang memperlihatkan bagian tertentu di tubuhnya. Karena Greya tidak mengenakan apapun kecuali kemeja dan bokser milik Farel.

Farel berdeham pelan, ia mendekati Greya dan duduk di depan gadis itu.

"Grey, balikkan tubuhmu!" pinta Farel. Ia berniat mengeringkan rambut Greya.

"Kenapa harus berbalik?" tanya Greya dengan polosnya.

Farel menggigit bibir bawahnya dengan pelan, ia memegang bahu Greya dan meremasnya pelan.

"Karena aku tidak tahan!" pekik Farel dengan napas yang mulai tidak beraturan.

Greya nampak kebingungan, keningnya berkerut, tapi ia menurut pada Farel.

"Farel, pakai pengering rambut saja," ucap Greya dengan pelan.

"Tidak ada!" sela Farel dengan cepat. Padahal sebenarnya ada.
Greya mengangguk-anggukan kepalanya.

Farel mulai mengeringkan rambut Greya, jakunnya naik turun melihat leher Greya yang mulus.

Ia mengerang pelan, dan tanpa sadar, bibirnya sudah melekat di leher itu.

"Farel, kau sedang apa?" tanya Greya sambil memajukan tubuhnya.

"Ah, maaf, Grey...." ucap Farel salah tingkah. Ia benar-benar kelepasan.

Entah kenapa, hari ini tubuhnya bekerja sendiri dan jauh dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan gadis yang ada di depannya ini.

Greya kembali membalikkan tubuhnya, dan ia memeluk tubuh Farel dengan erat, membuat lelaki itu mengerang frustrasi.

"Farel, aku kedinginan...." desah Greya dengan sensual. Farel membalas pelukan itu dengan erat juga. Ia memejamkan matanya saat dadanya bersentuhan langsung dengan Greya.

"Grey, kau tau kalau aku ini pria dewasa," itu pernyataan bukan pertanyaan. Greya menganggukkan kepalanya.

"Lalu, kenapa?" tanya Greya sembari mengendus di dada telanjang Farel.

"Grey, kumohon...." ucap Farel dengan parau. Greya mengernyit kebingungan.

"Apanya? Kau mau apa? Apa ingin sesuatu" tanya Greya dengan lembut.

"Iya, Grey ... aku menginginkan sesuatu. Dan sesuatu itu adalah kau!" kata Farel, ia mengecup puncak kepala Greya berkali-kali.

"Aku? Aku kenapa? Kenapa aku?" Farel mengerang frustrasi dalam hati.

"Grey, hentikan atau kau akan menyesal!" geram Farel saat Greya menciumi dadanya. Greya menundukkan kepalanya. Pelukannya perlahan mengendur dan itu membuat Farel panik.

"Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku ingin pulang!" ucap Greya dengan datar. Wajahnya juga kembali tanpa ekspresi.

"Grey, di sini saja. Tidak boleh pulang. Kalau kau meminta pulang, aku akan mengikatmu di ranjangku," ancam Farel dengan suara bergetar.

"Terserah kau saja, Tuan pemaksa!" geram Greya, tangannya berusaha menepis tangan Farel dari pinggangnya.

"Lepas, Farel! Aku ingin pulang!" pekik Greya, ia memukul-mukul dada Farel.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang