Part 22

93.5K 5.2K 94
                                    

Langit begitu cerah dan sinar matahari begitu terik dan tidak mendukung suasana saat ini.
Seorang wanita cantik bak peri berdiri di balik pohon besar di samping jalan menatap sedih ke seberang sana.

Matanya memanas dan wanita itu kembali menangis untuk kesekian kalinya.

Seharusnya ia yang di sana. Duduk berpelukan dengan orang yang paling ia cintai.

Wanita itu mengamati suaminya dengan orang yang mempunyai ciri fisik sama sepertinya dulu.

Wajah, rambut, mata, dan penampilan. Tapi aura yang berbeda.

Wanita itu mengelus perutnya yang buncit. Seharusnya ia bahagia dengan kehamilan pertamanya.

Tapi itu hanya tinggal khayalan saja. Ia ingin memeluk suaminya. Ia sangat merindukan suaminya.

Ia tahu, suaminya tidak bahagia di sana. Nampak jelas dari pancaran matanya.

"Sampai kapan seperti ini terus, Rica?" tanya seorang lelaki tampan di belakangnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Farel Wijaya Clinton. Yang menyimpan perasaan lebih kepada adiknya Erica Arianna Clinton.

"Sampai dia melirikku " desis Erica sedih, "tapi rasanya mustahil, karena dia tidak mengenalku," lanjutnya menghapus air matanya.

"Kau benar, tapi percayalah, dia akan kembali," hibur Farel pada adik kesayangannya itu.

"Aku tidak yakin, Farel. Wajahku sudah tidak sama lagi," lirih Erica dengan sedih.

Itu memang benar. Wajahnya tidak seperti dulu lagi. Wajahnya sudah berbeda akibat di siram cairan keras berbahaya yang membuat wajahnya gosong. Meskipun wajahnya yang sekarang jauh lebih cantik. Tapi apalah artinya punya wajah cantik, kalau dia tidak bahagia.

"Kalian saling cinta, dan cinta tahu ke mana dia akan pulang. Kita tunggu saja, kau akan mendapatkan kebahagiaan yang berlimpah," ucap Farel lagi yang tak tega melihat kesedihan adik bungsunya itu akibat ulah dari Erina Arianna Clinton.

"Ya, semoga saja. Antar aku pulang, aku ingin Mommy dan juga Daddy," ucap Erica lirih.

Farel hanya menurut dan menggiring Erica menuju mobilnya.

Setelah di dalam mobil, Erica menundukkan kepalanya. Ia menatap lekat-lekat cincin yang melingkar cantik di jari manisnya. Ia memiringkan kepalanya untuk menatap Agel sekali lagi, lalu ia tersenyum kecil. Agel sudah sendiri lagi, sudah tidak ada Erina yang terus menempel pada Agel.

Beberapa bulan lalu, Agel sudah hampir mengetahui semuanya. Tapi, setelah Erica ada di rumah sakit, semua kembali ke awal seperti saat wajahnya berubah.

Fisiknya yang lemah membuat Erica tidak bisa melakukan banyak hal. Ini kali pertama ia melihat Agel sejak saat itu.

Erica tersenyum lagi, merasa bersyukur karena Agel tidak pernah melakukan kontak fisik dengan Erina kecuali pelukan yang selalu Erina lakukan pada Agel.

"Ini yang terakhir, Agel. Aku tidak akan datang lagi ke sini!" desis Erica sementara Farel, ia hanya diam saja.

Ia juga sudah mulai jengah dengan semuanya, karena antara Erica dan Agel seperti ada yang membatasi. Bukan karena wajah, tapi jalan mereka seolah dipersulit untuk kembali bersama lagi.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang