04. Farel

160K 7.8K 136
                                    

Dikediaman Clinton[Farel]

Greya merapikan kembali rambutnya dan membuang napasnya pelan. "Hah, bagaimana ini?" tanya Greya pada dirinya sendiri. Ditariknya napasnya lagi dan masuk ke dalam rumah besar itu.

Senyum di wajah Greya mengembang saat melihat sosok itu, sosok pria yang ia idam-idamkan selama ini.

"Farel...." sapanya pelan dan duduk di sebelah Farel.

"Grey?" tanya Farel kaget melihat Greya yang duduk di sebelahnya.

"Kapan pulangnya?"

"Tadi, Farel ... ke rumah dulu baru langsung ke sini," ucap Greya dan langsung memeluk Farel dengan erat. "Kangen...." ucapnya manja.

"Aku juga kangen, Grey," ujar Farel membalas pelukan Greya.

"Benarkah?" Farel mengangguk membuat wajah Greya bersemu merah.

"Farel, Aunty di mana?"

"Ada di kamar, Grey." Greya mengangguk lalu menatap Farel lama.

Sementara Farel yang di tatap seperti itu, langsung memalingkan wajahnya.

Ia bukan tidak tahu kalau Greya punya perasaan lebih padanya, hanya saja Farel pura-pura tidak tahu.

Ia tidak ingin memberi harapan palsu pasa gadis itu yang selalu menatapnya penuh cinta.

"Sudah makan?" tanya Farel pada Greya yang langsung di balas Greya dengan gelengan.

"Farel, aku ingim mengatakan sesuatu, bolehkah?" Farel mengangguk pelan.

"Mmm, sebenarnya aku-" Greya menutup mulutnya saat jari telunjuk Farel menyentuh bibirnya.

"Tidak usah di lanjut, Grey. Aku sudah tahu," ucap Farel pelan membuat mata abu-abu itu berkaca-kaca.

"Apa itu artinya, aku di tolak?" tanya Greya begitu polosnya dan ia menangis.

Mata yang tadi menatap Farel berbinar, kini tatapan itu sudah redup.

Farel menarik tubuh kurus Greya ke dalam pelukannya. "Sttt, jangan menangis. Maaf...." Greya mengangguk lalu melepaskan diri dari Farel.

"Tidak apa-apa," ucapnya setegar mungkin, walau dalam hatinya Greya ingin menangis sejadi-jadinya dan berlari sejauh mungkin. Greya tetap memaksakan senyumnya.

"Sekarang makan," ucap Farel tapi Greya menggeleng membuat Farel menghela napasnya.

"Harus, Grey. Nanti kau sakit," ucap Farel lagi. Karena Greya sangat susah dalam hal makan.
Tidak heran kalau tubuh gadis itu kurus.

"Grey?" Greya mengangkat wajahnya saat suara lembut itu memanggil namanya.

"Aunty...." ucapnya langsung menghapus sudut matanya.

Ia bangkit berdiri lalu memeluk Lery dengan erat.

"Kenapa menangis?" tanya Lery sambil mengelus punggung Greya.

"Tidak. Aku hanya rindu," ujar Greya bohong.

"Tidak apa-apa, Sayang. Nanti Farel juga akan sadar dengan perasaannya," bisik Lery pelan membuat Greya terkejut.

"Maksud, Aunty?" Greya menarik tangan Lery menjauh dari Farel.

"Greya sayang, kau harus sabar, ya, Farel memang seperti itu," ucap Lery setelah mereka ada di taman belakang.

"Hmm, Aunty kenapa bisa tahu?" tanya Greya penasaran setengah mati. Pasalnya, tidak ada yang tahu perasaannya pada Farel selain keluarganya dan juga Farel sendiri.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang