19. Die?

841 95 9
                                    

Oh ya. Sebelom anda semuahh membaca cerita kentut ini, gue cuman pen ngasi tau ae kalo part ini sangat sedikit dialog nya. Karna disini bukan kebanyakan omong, tapi gerakan. Jadi kalian jangan bosen/bete ya *maksa*. Harus dibaca kata-kata nya baik-baik karna setiap gerakan itu penting. Takut nya nanti kalo maen scroll-scroll aja malah bingung kok beginisih kok begitusih. Jadiii ya dibaca aja dengan iklas yaa wkwk. Gue saranin kl lagi sibuk jangan dibaca, ini dibaca nya hrs di waktu senggang biar ga bosyen. Sekiaan, happy reading mwah

We met again, my stupid witch.

Damai.

Mula nya satu kata itu akan terdengar biasa saja tanpa menarik emosi seseorang. Namun menilik dari bagaimana keadaan sekarang, rasa nya yang disebut-sebut damai itu terasa begitu jauh. Seakan damai ini hanyalah legenda saja. Seakan mereka tidak pernah merasakan apa itu damai. Seakan damai adalah satu hal yang benar-benar diimpikan. Lantas apa yang mereka lakukan selama damai ini benar-benar ada? Mereka justru menyia-nyia kan nya. Memulai berbagai macam konflik yang akhirnya akan merusak kedamaian itu sendiri. Karna seperti orang-orang bilang; Sesuatu akan terlihat lebih berharga ketika kau sudah kehilangan nya. Dan kedamaian, menurut rakyat Thandeus pada tahun 994 Masehi ini, hal itu jauh lebih tinggi ketimbang berharga. Tapi sekali lagi ditegaskan, bukan kah cerita tidak akan dimulai jika tidak diawali dengan permasalahan?

Justin menarik nafas nya dalam-dalam, suplai oksigen yang diberikan Tuhan seakan benar-benar menipis hingga ia merasa gemetar setiap mencoba menghirup udara untuk masuk ke dalam paru-paru nya. Perang. Abigail. Kemenangan. Justin harus membawa nama Evander sebagai pemenang, dan dia tidak boleh melukai Abigail. Tapi masih ada yang menjadi masalah besar nya, bukan? Abigail sudah berjanji pada Ayah nya untuk membunuh keturunan Evander. Dan sekali lagi Justin membenci takdir nya. Andai saja dia bukan dilahirkan pada garis keturunan silsilah kerajaan, tentu ia tidak perlu terlibat dalam perang ini. Tentu ia tidak masuk ke dalam daftar sasaran Abigail. Tentu ia bisa memiliki Abigail seutuh nya. Namun takdir tidak selamanya salah. Jika Justin bukan putera Evander, dia tidak akan mengembara untuk mencari cara menghentikan perang. Dan dia... tidak akan bertemu dengan Abigail sama sekali. Lalu siapa yang perlu disalahkan? Tentu saja tidak ada. Tinggal bagaimana kau bisa melewati dan menghadapi semua persoalan dengan lapang dada, dengan sabar, dengan ikhlas. Maka kebahagiaan akan menghampiri mu dengan sendiri nya.

Semilir angin yang bersuhu rendah membuat Justin membenamkan bibir nya dalam satu garis keras. Menghalau rasa dingin itu dengan mencengkram tali pengendali kuda coklat kemerahan kesayangan nya. Pria itu sudah lengkap dengan seragam zirah besi dari ujung kaki sampai ujung kepala. Justin mengenakan helm besi yang berbentuk hingga menutupi tulang hidung nya. Pria itu memakai baju zirah yang warna nya lebih gelap dari prajurit lain. Yang boleh memakai seragam zirah bewarna gelap tentu saja hanya anggota bangsawan saja. Termasuk Jordan, Pattricia, Eleanor, Hendricksen, Hemmings, dan juga Raine. Mereka semua adalah orang-orang berkekuatan tangguh. Raine dan Hemmings, meski mereka hanya bangsawan dari Timur, kekuatan perang mereka tidak pantas diragukan.

Lamunan Justin buyar ketika suara tapak kaki kuda terdengar melewati kuda yang ia tunggangi. Pria yang sudah dibaluti seragam besi itu menoleh pada sumber suara, melihat orang yang memakai seragam persis dengan milik nya. Justin tidak perlu berfikir untuk menebak siapa sosok itu. Cukup melihat dua lensa nya yang hazel, Justin tau betul dia adalah Eleanor. Tengah tersenyum penuh simpati sampai akhirnya gadis itu berjalan menjauh bersama kuda putih yang ia tunggangi. Justin mengekor dari belakang Eleanor. Sementara Hemmings dan Raine mengekori Justin. Para golongan tua yakni Raja dan Ratu Utara serta Raja Timur sudah lebih dulu memimpin pasukan di depan. Dan ketika mereka sudah memasuki dataran yang maha luas, pasukan Evander itu mulai berpencar pada posisi mereka masing-masing. Membentuk sebuah formasi yang sudah direncanakan sejak beberapa minggu lalu. Justin ditugaskan berposisi pada sayap kanan formasi, memimpin divisi satu yang akan menyerang sayap kiri pasukan Calester. Eleanor berposisi tepat berlawanan arah dengan Justin. Hemmings bersama para orang tua, dan Raine menjadi ekor di belakang. Dengan semangat yang menggebu-gebu, mereka berteriak serempak sambil mengacungkan pedang nya tinggi-tinggi. Mempercepat langkah kaki kuda ketika suara aungan trompet terdengar menggema di seluruh penjuru.

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang