Bagian 21

1.2K 92 3
                                    

"Mau ngapain ke rumah Kevin?"

"Nyelesain masalah lo."

Mereka berdua turun dari motor dan masuk ke rumah Kevin.

"Hai," Nara— Mama Kevin-- membuka pintu ketika ada yang mengetuk pintu rumahnya sambil mengucapkan salam. "Masuk sini."

Revan dan Zella mencium tangan Nara. "Ada Kevin-nya, Tante?" tanya Revan sopan.

"Ada. Tante panggil dulu ya, sebentar," Nara naik ke lantai dua untuk memanggil Kevin yang ada di kamarnya. Kevin menuruni anak tangga satu persatu. Ketika pada anak tangga terakhir, ia berhenti sebentar. Zella dan Revan? Sejak kapan mereka dekat? Ia berjalan menuju dua "tamu"nya yang sedang duduk di sofa, lalu ia duduk di sofa untuk satu orang. Nara meninggalkan mereka. Perasaan takut terus menggerubungi Zella. Apa jadinya jika Kevin tau ia sudah "berpacaran" dengan Revan?

"Kevin, gua minta maaf," ucap Zella dengan melas. Ia menunduk, membendung air mata yang ingin tumpah. tapi jawaban Kevin membuat air matanya kembali lagi ke asalnya.

"Udah."

Zella mendongak, menatap manik mata Kevin. "Beneran, Vin?" Zella menautkan kedua alisnya.

"Iya. Lagian nggak penting juga marahan lama-lama sama sahabat sendiri."

Sahabat. Zella senang mendengar itu. Jantungnya berteriak heboh.

"Makasih, Vin." Bukan. Bukan Zella yang berbicara, melainkan Revan. "Oh iya, Vin, gua baru jadian sama Zella. Lo nggak mau ngucapin selamat gitu?"

JLEBB

Hati Kevin tercelos. Baru saja ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Zella, tapi Zella mengkhianatinya. Jika tubuh ini transparan, mungkin Revan dan Zella akan melihat hati Kevin yang terpecah belah.

"Selamat atas jadian lo berdua. Gua ikut senang," ucapnya dengan datar. Bukan pancaran kesenangan yang tersirat dari tatapan Kevin melainkan tatapan luka. "Gua lagi nggak enak badan, gua ke atas duluan." Kevin pergi dari ruang tamunya dan segera naik ke atas.

"Kenapa dia?" tanya Revan kepada Zella. Zella hanya menggeleng tidak tahu. Padahal sesungguhnya ia tahu. Tapi ia lebih memilih diam. Dan mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri.

Tak lama kemudian, Nara keluar dari kamarnya. Revan dan Zella pamit. Nara mengantarkan mereka berdua sampai halaman depan. Setelah Revan dan Zella keluar dari area rumahnya, Nara baru menyadari sesuatu, kenapa Zella bisa berbarengan dengan Revan? Apa mereka pacaran? Bukannya Zella dan Kevin saling suka? Ia akan menanyakan kepada anaknya. Nara kenal beberapa teman Kevin, termasuk Revan. Jadi tidak salah jika ia bingung teman anaknya "berpacaran" dengan sahabat anaknya.

Nara memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamar anak semata wayangnya. Nara melihat anaknya yang sedang duduk termanung di balkon kamarnya. Dari pandangan Kevin yang menatap kosong, Nara bisa menyimpulkan sesuatu, dilema cinta.

Nara berjalan ke kamar anaknya dan duduk disampingnya, ia mengusap kepala anaknya. "Kamu kenapa?" Kevin tidak menjawab. Nara melanjutkan ucapannya, "Tadi yang barengan sama Zella itu pacarnya Zella, ya? Siapa namanya? Hm... Revan ya?"

Mendengar nama itu, Kevin jadi semakin tidak bergairah. Hidupnya seperti putus asa. Tapi ia tahu, tidak ada gunanya memikirkan orang lain yang belum tentu orang itu akan memikirkan dirinya juga. Itu hanya akan membuatnya sakit. Dan itu membuang waktu berharganya.

"Iya," ucapan dan wajahnya datar. Tidak menampakkan ekspresi apa-apa.

"Kamu kenapa? Cemburu?" Tidak ada balasan dari Kevin. "Ini belum terlambat, Vin, kamu masih bisa dapetin Zella kalo kamu berusaha."

AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang