Bagian 19

1.3K 113 11
                                    


"Tuan, bangun. Ini sudah siang," Bi inah terus mengguncang-guncangkan tubuh Revan. Semalam ia tertidur di balkon kamar Zella. Zella pun juga begitu, ia kini masih tertidur pulas dihadapan Revan dengan kepala yang ia senderkan ke tembok belakang.

"Non bangun non. Udah siang," Bi Inah juga mengguncang-guncangkan tubuh Zella. Matanya mengerjap-ngerjap. Perlahan matanya mulai melebar. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat hari yang sudah mulai siang.

"Revan, bangun," Zella terus mengguncang-guncangkan tubuh Revan. "Kita telat, udah jam berapa nih."

Mata Revan mulai terbuka. Dan ekspresinya sama terkejutnya seperti Zella tadi. "Bi, kok nggak bangunin sih. Saya kan mau ke bandara," omel Revan. "Jadi telat kan," Revan berdiri lalu pergi dari kamar Zella. "Buruan mandi Zel," perintahnya kepada Zella.

"Emang mau kemana Non?" tanya Bi Inah.

"Kami mau ke Jakarta Bi. Ayah temen saya dan Revan meninggal. Kami mau ngelayat."

"Wah saya nggak tau berita nya Non, maaf yah," ucap Bi Inah. Zella hanya tersenyum. "Saya sudah buatin sarapan di bawah," Bi Inah pergi dari kamar Zella.

Zella masuk ke dalam kamarnya lalu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

•|~|•|~|•


"Siniin koper lo," suruh Revan kepada Zella. Zella memberikan kopernya kepada Revan.

Revan baru saja selesai rapi-rapi dari kamarnya dan langsung menuju ke mobil tanpa mampir ke meja makan hanya untuk mengambil sepotong sandwich yang sudah disiapkan Bi Inah.

"Non, ini bawa aja kotak makannya. Isinya roti yang tadi Bibi bikin. Mungkin nanti Tuan Revan kelaperan di tengah jalan," ucap Bi Inah yang tiba-tiba muncul dari pintu rumah.

Zella mengambil kotak makanan tersebut. "Makasih ya Bi," ucapnya sopan.

"Buruan masuk, Zel. Nanti kita telat," ucap Revan lalu memasuki mobil dan segera menyalakan mesin mobil.

"Berangkat dulu ya, Bi. Assalamualaikum," Zella berpamitan kepada Bi Inah. Zella berjalan menuju mobil dan masuk kedalamnya.

Dengan gerakan cepat Revan memundurkan mobil, mengeluarkannya dari pekarangan rumah.

"Bi Inah sih pake segala nggak bangunin segala. Jadi telat kan kita," kesal Revan.

"Emang lo udah bilang Bi Inah?"

"Ya belom sih. Tapi kan--"

"Salah lo. Salah kita. Jangan salahin Bi Inah, dia nggak tau apa-apa," ucap Zella. Revan hanya mendengus sebal. "Yaudah nggak usah di pikirin, udah terlanjur juga. Nih makan," Zella memberikan kotak makan yang dari tadi ia bawa untuk Revan.

"Engga bisa lah, Zel, gue lagi nyetir," Revan sekilas melirik kotak makan tersebut.

"Trus gimana?"

"Yaudah nanti aja," ucap Revan. Sedetik kemudian senyuman jahil merekah diwajahnya. "Kalo boleh disuapin juga gapapa."

Zella memukul pundak Revan. "Ish, modus aja sih," ucapnya. Revan tertawa geli. "Yaudah deh iya," ucap Zella pada akhirnya.

"Iya apa?" Revan pura-pura tidak tahu.

"Suapin lah," cerocos Zella. Lagi-lagi Revan tertawa. Zella mengambil satu potong sandwich dari dalam kotak makan, lalu menyodorkannya ke mulut Revan. Revan membuka mulutnya, lalu ia mulai melahap sandwich yang Zella sodorkan.

AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang