#13

14.1K 837 36
                                    

"Oldman, Kumohon. Hapuslah namanya..."

Kutatap lagi sang Oldman untuk yang ke sekian kalinya.

Si tua bangka itu melihatku dengan enggan. Ia sendiri tidak menyangka, jika nama gadis itu, termasuk di dalam kontrak yang di berikan sang master.

Tetapi, apapun itu. Tidak akan ada yang bisa sang Oldman lakukan.

Perintah sang Master adalah mutlak. Karena meski Oldman memiliki sihir yang menakjubkan. Kekuatan yang ia miliki masih tidak ada seujung kuku jemari sang Master.

Dia, sang master. Si penyihir abadi yang memiliki seribu wajah.

"Zeroone," Oldman berjalan mendekatiku. "Lupakan gadis itu, kau tidak akan pernah bisa bersamanya."

"AKU TAHU!" Tanpa sengaja aku berteriak. "Ya, aku tahu Oldman. Setidaknya, hanya satu saja. Kali ini saja, bantu aku menghapus namanya dari kontrak itu."

Aku menjatuhkan lututku di atas lantai. Memohon dengan wajah tertunduk.

Oldman mungkin akan terbahak melihat apa yang kini kulakukan.

Tapi- rupanya tidak. Oldman malah membantuku bangkit. Dan menatapku dengan raut wajah yang kuanggap sebagai 'iba'.

"She's human Zeroone. She can die anytime." Nasihatnya.

Baru kali ini sang Oldman terlihat bijak. Sungguh jauh berbeda dengan biasanya.

Arogan, kejam dan mengerikan.

"Tapi, aku mencintainya."

"BULLSHIT!" Oldman berbalik memunggungiku. Napasnya terlihat berat.

Apa dengannya.

"Apa kau yakin gadis itu termasuk di dalam kontrak?" Tanya sang Oldman lagi.

Aku mengangguk mantap. "Hasratku untuk menghabisi darahnya seakan tidak terbendung ketika ia ada didekatku. Dan ini, selalu terjadi setiap kali aku berhadapan dengan orang-orang yang namanya tercantum di dalam kontrak." Jelasku.

"Hmm," Oldman mengambil sesuatu dari dalam kotak yang ada di dekatnya. "Aku akan membantumu. Hanya dengan satu syarat..."

Aku mengangkat wajahku. Perasaan lega melintas begitu saja.

"Kau akan kusembunyikan di suatu tempat, untuk sementara ini." Ujar sang Oldman.

"Apapun," seruku. "Selama aku bisa melindunginya."

Oldman tersenyum. "Sabar nak. Dan sebelum itu, panggil Duncan kesini."

"Apa?" Apa aku tidak salah dengar. Mengapa aku harus menyertakan dia di sini. "Tapi, untuk apa Oldman?"

Oldman terbahak. "Harus ada sweeper cadangan bukan." Tandasnya.

Sekejap aku langsung mengerti apa yang ia maksudkan.

"Baiklah, aku akan menurutimu. Tetapi berjanjilah padaku, Duncan tidak akan terikat di dalam permainan ini." Pintaku.

Tentu saja. Karena Duncan adalah bagian diriku yang lain.

***

Jemari Zeroone menekan kulitku dalam-dalam. Membuatku tanpa sadar menjerit.

"Akh! Kau menyakitiku."

Kedua mata Zeroone seketika berubah. Ia melompat mundur. Berusaha menjauhi jeruji besi itu sejauh mungkin.

"PERGI!" Teriaknya dari kegelapan.

Mr. GentlemanWhere stories live. Discover now