Bagian 1

1.5K 76 4
                                    

"Ibu... mengapa ibu selalu memanggilku snow white?"

Ibu melirik mataku dan tersenyum "kamu putri ibu yang sangat cantik, persis seperti snow white, kulitmu putih seperti salju sayang"

"Bukankah putri salju memakan apel beracun bu? Aku tidak mau makan apel beracun! nanti kalo aku mati, siapa yang bakal jagain ibu?"

"Angel sayang, ingat pesan ibu padamu ya.. jika ada yang menawarkan mu apel beracun, jangan pernah terima itu, masih banyak jalan lain selain kematian" ibu menepuk-nepuk pipiku lalu menciumnya

"Iyaaaa ibuku yang cantikkkkk"aku berteriak sambil mencolek-colek pipi ibu.
Ibu tertawa, begitupun juga diriku.

____________________________________

"KRINGGGGGGG!!"
Suara berisik apa ini?? Aku masih sangat mengantuk, aku masih ingin bertemu ibu.

Tanganku menggapai-gapai meja untuk mematikan nya.

"Hey nona pemalas!! Bangun!! Pagi ini kau harus memasakkan rendang kesukaanku!!" Teriak seseorang tepat di depan daun telinga ku.

Ah.. Nenek lampir itu datang lagi! apa dia tidak bosan menggangguku setiap pagi?! Semalaman aku tidak tidur karna mengerjakan tugas sekolah kedua anaknya, dan sekarang aku harus bangun dan kembali bekerja. Helllooo.. aku ini manusia, butuh istirahat!

"Lima menit lagi bu.. aku sangat mengantuk.." jawabku sambil tetap memejamkan mata. Aku tetap berusaha sopan kepadanya walaupun dia adalah ibu tiri terjahat sejagat raya. Dia memperlakukan ku seperti babu dan menganggapku hanyalah seonggok sampah.

Dia sangat suka melihatku tersiksa. Alasannya? Entahlah! Mungkin karena aku mirip sekali dengan ibuku yang sangat cantik, dan ia cemburu pada ayah yang selalu memuji ibuku di depannya. Karena itu ibu tiri jahat ini selalu mengerjaiku! Lihatlah seperti yang terjadi pagi ini. Dia meyiramku! Bukan hanya siraman biasa, dia sepertinya berusaha membunuhku dengan menyiramkan air panas ke wajahku.

"Aduhhh panas! Apa-apaan ini?!" Aku bangun sambil berkacak pinggang, untung saja air itu tidak terlalu panas, namun cukup membuat wajahku seperti terbakar.

"Hahaha. Makanya, kalo aku suruh bangun ya bangun, jangan nunggu di siram air panas dulu baru bangun!" Dia melotot ke arahku. Cuih! Mata jengkol begitu mau sok-sok melotot. Tanpa melotot pun mata nya udah seperti mau keluar.

"Kenapa sinis sayang? Kau tidak terima? Mengadulah sayang, kadukan pada ibumu yang sudah mati itu! Hahahaha" dia keluar kamar sambil tertawa

Itulah sebabnya aku memanggilnya nenek lampir, ia selalu tertawa.

Aku berlalu ke kamar mandi. Membasuh mukaku yang disiram air panas tadi. Andaikan ibu masih hidup, dia akan membawaku keluar dari neraka ini. Tapi dia sudah meninggal 7 tahun yang lalu, saat aku berumur 10 tahun. Ia ditemukan sudah membusuk di sungai. Entah apa yang terjadi padanya.

______________________________
Ingatanku melayang mengulang peristiwa 7 tahun yang lalu. Saat itu aku sedang bermain di halaman rumah bersama keluarga gajah. Jangan heran. Kelargaku pecinta gajah, jadi di depan rumah kami ada kebun binatang yang hanya di isi oleh gajah. Ada Ayah gajah, namanya Andeca. Ibu gajah, namanya andeci. Dan ada 3 anak gajah, yaitu bora, bore dan bori. Aku yang memberikan nama pada mereka. Cukup keren dan mudah diingat bukan? Hahaha

"DORRR!!" Ibuku mengejutkanku dari belakang. Ia tertawa terbahak-bahak melihat ku yg langsung melompat tinggi-tinggi.

"Ibuuuuuu. Aku kaget banget. Ibu jahat ah" aku merengek pada ibu sambil menetralkan jantungku yg sedang disko

"Ibu tadi ngeliat kamu senyum-senyum sendiri, makanya ibu kagetin"

"Ibu mau kemana? Kok udah cantik gini?"

"Ibu mau ke pasar sayang. Kamu mau ikut?" Ibu mengusap-usap kepalaku

"Enggak ah bu. Aku mau main sama Andeca Andeci. Di pasar itu becek, ntar baju cantikku kotor" aku berjalan anggun di depan ibu layaknya seorang putri. Kebetulan aku sedang memakai baju princess ala snow white. Namun beda nya, lengan baju ku panjang sampai pergelangan tangan. Itu karna aku memang menyukai baju lengan panjang.

Ibu tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Ya udah, ibu pergi ya sayang. Ingat! Jangan..."

"MAKAN APEL BERANCUN" teriakku lantang. Ibu tersenyum dan mencium pipiku. Ia memanggil taksi dan pergi.

Entah mengapa, ibu selalu berpesan pada ku, dan pesan itu selalu sama.

Tanpa aku tahu, ternyata itu pertemuan terakhirku dengan ibu. Ia tidak pernah kembali lagi. Hingga seminggu setelah itu, polisi menemukan jasadnya yg membusuk di tepi sungai.

Entah apa yang terjadi pada ibuku, yang jelas ia tidak bunuh diri seperti asumsi detektif sialan yang di sewa ayah. Ibu tidak akan pernah meninggalkanku. IA TIDAK MUNGKIN BUNUH DIRI!!!

Snow White PsikopatWhere stories live. Discover now