22 (2) - malam pengakuan

4.1K 620 296
                                    

"cinta itu buta dan tuli." nyanyiku seiring dengan terputarnya Lagu Galau milik Al Ghazali.

malam ini aku sedang tidur-tiduran di kamar sambil menatap langit-langit dengan headset yang terpasang di telingaku, bergalau ria memikirkan calum yang tadi siang baru saja mengulang kesalahan yang sama.

tidak, hari ini aku tidak menangis seperti biasanya. aku sadar, menangisi calum pada akhirnya tidak akan mengubah apapun. rasanya hati ini sudah lelah tapi tidak mau menyerah. aku juga tidak mengerti kenapa bisa sebesar ini perasaanku kepada calum.

"mau bilang sayang tapi bukan pacar." nyanyiku lagi sambil memejamkan mata lalu tersenyum miris seakan kalimat itu sedang menggambarkan perasaanku.

krusuk krusuk

tiba-tiba saja aku merasakan kasurku yang bergerak-gerak menandakan ada seseorang yang naik ke atas kasur. sialnya, aku sedang memejamkan mataku, jadi aku tidak bisa melihat siapa yang naik ke kasurku.

seketika bulu kudukku berdiri, merinding ketakutan. memikirkan hal terburuk yang bisa terjadi jika aku membuka mata.

setelah berpikir keras dan berdoa, akhirnya aku membuka mataku dan langsung terkejut dan reflek berteriak dengan apa yang ada di depanku.

"AAA ANJING!" bukan, aku tidak terkejut karena makhluk halus, melainkan wajah seseorang yang sejak tadi aku pikirkan, calum. dengan refleks aku mendorongnya kearah samping dan alhasil kepalanya terpentok gagang kasur. (a/n : ituloh yang diatas itu, yang tepi-tepiannya kasur, nggatau gua namanya apa.)

"ah, sakit banget, anjing!" umpat calum sambil memegangi kepalanya.

aku yang panik melihatnya kesakitan, akhirnya membawa tanganku kebagian belakang kepalanya, tapi karena aku berada di depannya, jadinya posisi kami seperti berpelukan.

"aduh calum, ma-maaf, a-aku gamaksud." ucapku dengan nada yang merasa sangat bersalah sambil mengusap-usap kepalanya yang terpentok gagang kasur. sementara itu, calum menaruh keningnya dibahuku, jadi ia seperti menunduk supaya aku mudah untuk mengelus kepalanya.

"masih sakit?" tanyaku selembut mungkin kepadanya, lalu ia mengangguk-anggukan kepalanya pelan. akupun mulai mengusap-usap kepalanya lagi. tiba-tiba aku merasakan kedua tangan calum yang melingkar di pinggangku.

aku yang sedikit terkejut akhirnya menghentikan tanganku untuk mengusap kepalanya, lalu menarik kembali kedua tanganku. tiba-tiba calum menaikkan kepalanya dan melihat kearah kedua mataku.

"kok berhenti?" ucapnya dengan nada yang sedikit kecewa, ia mencoba menarik tanganku keatas kepalanya lagi tapi aku menariknya lagi. aku menggeleng-gelengkan kepalaku kearahnya sambil tersenyum kecil.

aku yang melihat kedua tangan calum yang masih berada di pinggangku, akhirnya aku coba untuk kulepaskan tapi ia mempererat pelukannya, lalu menutup jarak di antara kami.

"enggak mau dan enggak akan aku lepas." ucap calum lirih di telingaku. aku yang mendengarnya merasa perutku seperti terkocok tapi juga merasakan hatiku seperti tertusuk jarum.

kata-katanya terasa manis dan pahit disaat yang bersamaaan.

"kamu selalu kayak gi-gini, cal. ta-tapi akhirnya kamu cuman akan mengulang kesalahan yang sama." ucapku gugup, untuk pertama kalinya, aku berkata jujur tentang perasaanku.

"aku janji kali ini--"

"a-aku muak sama janji-janji kamu yang gak pernah kamu tepatin, aku juga punya perasaan." potongku dengan nada yang lirih sambil menatap kedua matanya. aku bisa melihat calum yang menatapku dengan sendu.

"kamu tuh mudah banget ngebuat janji, tapi lebih mudah lagi ngingkarinnya. seakan janji itu bukan hal yang penting buat kamu." lanjutku lagi yang sebenarnya tenggorokanku sudah sangat tercekat tapi aku melawannya.

calum menundukkan kepalanya, lalu tiba-tiba saja aku melihat tetes airmata yang berjatuhan ke kasurku. kali ini, bukan aku yang akan menangis, tapi calum.

calum mengangkat kepalanya lagi, lalu melihat kearahku, aku bisa melihat airmatanya berjatuhan begitu saja. aku menatapnya kasihan, tapi tidak melakukan apa-apa.

"a-aku gatau udah keberapa kalinya aku bilang ini, tapi aku minta maaf, vi. aku sayang beneran sama kamu." ucap calum lirih dengan airmatanya yang masih terus berjatuhan. aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

istilahnya :  keseribu kalinya ia meminta maaf, dan keseribu kalinya juga aku memaafkan.

"kasih aku 1 kesempatan lagi ya, vi? aku enggak mau kehilangan kamu gitu aja. kamu gabisa digantiin sama yang lain." ucap calum dengan tatapannya yang membuatku luluh.

mungkin, tidak ada salahnya memberinya 1 kesempatan lagi.

aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengangguk kearahnya, calum langsung tersenyum dan menutup jarak diantara kami lagi yang tadi sempat aku renggangkan.

"makasih, avi! aku sayang kamu." ucapnya lalu mencium puncak kepalaku berkali-kali. aku terkekeh geli karena tingkahnya.

"iya, udah ah udah, geli." keluhku sambil menggeliat di pelukannya. akhirnya ia melepaskan pelukan kami, tapi satu tangannya masih ada di pinggangku.

"eh btw, tadi kok kamu bisa tiba-tiba ada disini sih?" tanyaku yang tiba-tiba ingat mengapa ia bisa ada disini.

"ya bisa dong, kan aku masuk tadi lewat pintu. tapi kamu pake headset jadi gadenger. eh pas mau jadi kayak cowok secret gitu, malah didorong sampe kepentok." ucap calum menyindirku yang membuatku tertawa puas.

"eh, vi. udah lama nih engga ngelakuin." ucap calum lalu menyeringai kearahku, aku mengerutkan dahiku bingung.

"ngelakuin apa?" tanyaku.

"ini." setelah itu aku bisa merasakan bibir calum yang menempel di bibirku, melumatnya seakan bibir ini adalah miliknya sepenuhnya.

i'm back genks.
duh maaf ya, udah lama ga apdet, eh sekalinya apdet cacad gini isinya:(
btw apdetnya hari ini ajadeh, gausah besok hehe.
vomments ya!

spoiler : mas calum bakalan terus kayak tai.

sekelas [cth]Where stories live. Discover now