Berbagai Macam Hal

5.6K 449 2
                                    

Aku dan Zita sama-sama memasuki kamar, tiba-tiba dia membuka kausnya di depanku. Jelas-jelas aku kaget.

"Eh Den gak papah kan aku ganti baju?" tanya Zita sambil mengambil tanktop kuning dari lemarinya dan memakainya. Telat lu ngomongnya, telat...

"Santai" jawabku sok cool padahal hatiku melonjak-lonjak. Sekarang aku mengerti kebiasaan berpakaian Zita menjelang tidur, ya kalau bisa semakin sedikit kain saja yang menempel di tubuhnya. Huft semoga imanku dikuatkan malam ini, ditambah ia kembali memakai hotpants-nya. Berbeda denganku yang terbiasa tidur dengan kaus dan celana pendek.

"Kamu kalo tidur begitu aja Den?" tanyanya tiba-tiba

"Ya emang mau gimana...salto?" Zita tertawa mendengar jawabanku, lalu berdiri di depanku merentangkan tangannya. "He kenapa?"

Zita tidak menjawab, hanya memanyunkan bibir karena aku tidak menangkap maksudnya. Oh bocah ini minta dipeluk. Langsung kudekap badannya, ia juga mendekap badanku dengan erat. Wangi, wanginya tidak pernah berubah.

"Kakaakkk mau donat gak?" tiba-tiba Paula membuka pintu dengan cerianya.

"UL KETOK DULU NAPA SIH??!!" tensi Zita dengan suara tinggi tapi tidak melepaskan pelukan kami, aku hanya pasrah kepergok sedang berpelukan begini.

"Eh maaf gangguuu, lanjutin-lanjutin!!" Paula buru-buru menutup pintu dan lari ke kamarnya kupikir "Kalo mau donat ada di meja ya!" sambungnya dari luar pintu.

"Iyaaa!" seru Zita, masih mendekapku erat. "Duh maaf Den, Ul tuh kebiasaan banget suka gak ngetok pintu" Zita setengah berbisik di kupingku, membuatku bergidik pelan.

"Terus dia bilang lanjutin..............." nada suaraku terdengar suram, memikirkan nasibku...ah, kami.

"Hihi gak papah Den, dia tau kok I love hugging people! And she does too" katanya lalu melepaskan pelukan kami. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya memancingku untuk ikut tersenyum. "Bentar ambil donat"

Aku menyenderkan diri di kasur, tak berapa lama Zita kembali dan ikut menyender di sebelahku dengan membawa piring berisi 2 donat.

"Mau?" Zita kembali menyuapiku, aku tak bisa menolak.  HPku berbunyi, ada sms dari dosenku yang berisi pesan untuk menggantikannya mengajar hari senin.

"Ya siap bu tenang aja" gumamku sambil membalas sms dosenku.

"Duh asdos duh" ledek Zita, aku mencubit lengannya dengan gemas.

"Apasih kamu, mau di asdosin juga?" sebelum aku menyadari kata-kataku sendiri Zita sudah terlebih dahulu salah tingkah.

"Abisin nih donatnya" Zita meletakkan piring berisi donat yang tinggal setengah itu ke pahaku.

"Nggak ah diabetes entar, makannya sama kamu sih"

"Ih Denden mah bisa deehhh" lenganku kembali menjadi sasaran pukulan-pukulan kecil Zita. Kami tertawa dan sejenak terdiam. Tanganku meraih tangan Zita ya ng terkulai dan menggenggamnya, ia ikut menggenggam tanganku juga. Sunyi, seolah tenggelam ke dalam alunan detak jantung masing-masing.

"Den besok temenin ke mall ya"

"Boleh.. Kamu mau cari apa?"

"Ada deh" katanya seraya merebahkan kepalanya di bahuku. Wangi rambutnya kembali semerbak. Aku sudah tidak mau tanggung-tanggung lagi dengan hanya membiarkan detakan jantungku yang mulai meninggi lagi menguasai emosiku. Aku menoleh dan mencium kepalanya yang direbahkan di bahuku. Zita sepertinya terkejut karena genggaman tangannya mengencang sesaat.

"Rambut kamu wangi" kataku lirih. Sesaat kalimatku tak berbalas.

"Parfummu enak Den baunya. Kena keringet malah jadi makin enak baunya" tempo jantungku meningkat, Zita yang rebah di bahu kiriku mungkin bisa mendengar detak jantungku. Ia menarik kepalanya dari bahuku dan duduk tegak, tersenyum dan kemudian membelai kepalaku. "Temen-temenku gak ada yang seneng diginiin masa Den "

"Gak biasa kali mereka. Aku mah seneng Ta, hehe" ujarku sambil merebahkan kepalaku di pangkuannya.

"Den di kasur aja Deenn, masuk angin nanti kamu tiduran di lantai!" terus kamu apa kabar pake hotpants tapi duduk di lantai dari tadi... Kami naik ke kasur dan aku langsung menjadikan paha Zita sebagai bantalku. Ia tersenyum, mengambil handphone-nya dan membalas chatting teman-temannya kurasa. Jarang sekali aku melihatnya memainkan handphone selama di rumahnya, atau mungkin karena ada aku?

Cinta Tak Perlu Deskripsiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن