Pulang

7.3K 551 1
                                    

"Dadah kak Denden, dadah kak Zita!"

"Dadah Imas, hati-hati ya!" kata Zita sambil melambaikan tangannya.

"Langsung pulang, gak usah nyabe dulu" kataku asal, termuat dendam karena tingkahnya tadi.

"Astaghfirullah kak Dendeenn!!!" serunya seiring pintu keretanya menutup dan keretanya kembali melaju.

"Hahahaha. Imas tuh lucu banget ya Den"

"Mana lucu Ta...buset liatin aja itu bocah kaya gitu. 'jangan om, jangan om!' kalo tadi aku langsung dikeroyok sama penumpang kereta gara-gara dikira pelecehan kan kelar idupku! Dasar sunda gila." selorohku panjang sambil tak henti-hentinya menggelengkan kepala.

"Hahaha maka dari itu kan lucu. Hihi " Zita masih berteguh dengan pendapatnya "kamu juga lucu Den"

"He apa?" aku menolehkan pandangan ke arahnya.

"Yuk naik kereta" balasnya tanpa menghiraukan pertanyaanku tadi, tanganku digandengnya. Kami menyebrangi peron dan rel lalu masuk ke dalam kereta dengan bergandengan. Kereta yang dijadwalkan berangkat 7 menit lagi ini jauh dari kata ramai, malah di gerbong yang kami tumpangi hanya ada 3 orang yang duduk di kursi yang terpisah.

Sejenak kami terdiam. Aku yang anak rantau sebenarnya tidak merasa masalah untuk bermain dan menginap di rumah atau kostan teman-temanku. Tapi semua menjadi berbeda ketika aku harus menginap di rumah orang yang sudah 2 tahun belakangan ini selalu melayang di pikiranku, yang namanya selalu kusebut dalam ucap syukurku, yang kehadirannya selalu membuat tempo jantungku menjadi tidak normal. Aku sendiri belum paham kenapa Zita mengajakku menginap di rumahnya secara tiba-tiba. Ia sedang sendirian di rumah kah? Atau membutuhkan bantuanku kah? Atau apa? Bodohnya lagi aku tidak menanyakannya secara detail ketika mengiyakan ajakannya. Karena saat itu aku hanya berfokus pada Haley yang dengan bersemangat memintaku mengiyakan ajakan Zita. Belanda gila dasar . Umpatku lagi di dalam hati.

"Duh iya" aku kelepasan bergumam saat sedang asyik berkemelut dengan pikiranku.

"Hmm?" Zita menoleh pelan ke arahku, sepertinya ia juga sedang tenggelam di dalam lautan pikirannya.

"Ta...." aku juga menolehkan kepalaku ke arahnya. Mata kami bertemu.

"Iya....?" Mati. Tatapannya membuat imanku goyah.

"Eh....kamu lagi ada apaan kok pulang?" yak bagus, pernyataan konyol itu spontan terucap dari bibirku.

"Kan aku pasti pulang say kalo udah jumat!" ia mengernyitkan dahi, tapi senyum masih tersungging di wajahnya. Bangsaaaattt, umpatku dalam hati.

"Maksudku........ Kok kamu ngajak aku?" akhirnya syaraf mulutku bekerja dengan baik. Zita tertawa sejenak, membuatku semakin yakin kalau malaikat menitis pada gadis dengan rambut beriak bergelombang ini.

"Kamu kayanya belakangan sibuk banget Den, gara-gara ngasdos rupanya?" lagi-lagi pertanyaanku tidak dijawab. Huft.

"Kamu lagi pengen ditemenin pulang?" aku juga tidak menghiraukan pertanyaannya.

"Iya Den.. Makasih ya mau nemenin aku pulang ke rumah sampe nginep segala" katanya manis sambil menyenderkan kepalanya di bahuku dan kemudian memejamkan mata.

Cinta Tak Perlu DeskripsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang