Menginap

11.6K 699 8
                                    

Kelas bubar, aku merapihkan absen dan menghapus tulisan di papan tulis sementara pak Martono sudah keluar kelas lebih dulu.

"Jadi kamu asdos?"

Sebuah suara tertangkap oleh indra pendengaranku, aku tahu siapa pemiliknya.

"Iya, hehe" aku membalikkan badan, menemukan Zita berdiri di depanku bersama dengan Haley, Rina dan Wawa.

"Kok lu gak pernah bilang sih Den?? Kereeeennn!!" Wawa heboh seperti biasa, aku tertawa.

"Mana keren sih, orang gua jadi jongos! Haha"

"But still, cool!" kata Haley, gadis blasteran Belanda tapi sudah lebih banyak turunan indo-melayu-nya. Lalu kami keluar kelas sambil mengobrol. Kebanyakan mereka menanyaiku soal kehidupan asdosku yang baru mereka ketahui. Mereka tidak menyangka akan melihatku ikut masuk ke dalam kelas sebagai asdos. Tapi kemudian Wawa dan Rina pamit untuk pulang karena mereka masih ada janji di tempat lain. Tinggal lah aku hanya bertiga dengan Haley dan Zita. Wah, bagus.

"Ya gimana, emang begini. Haha. Eh ada yang laper gak? Gua belom makan, laper..." kataku sekalian melemparkan ajakan untuk makan di kantin secara tidak langsung.

"Yuk Den, aku juga laper" Zita mengulurkan tangannya, secara reflek aku menggenggam tangannya. Ketika aku sadar, aku mendapati wajah kaget sekaligus entah, semaca meskpresi senang juga mungkin dari teman-temannya.

"EHEM DEN" Haley berdeham sambil tersenyum meledek. Membuatku bimbang apakah genggaman tanganku kulepas saja atau bagaimana, tapi kok rasanya sayang kalau aku lepaskan.

"Apa......" sial, hanya itu yang sanggup kukatakan... Sementara ketika aku melihat ke arah Zita ia sedang tersenyum seolah tersipu. Sial....

"Nggak Den, udah lanjutin. Gua duluan deh ya kalo gitu" Haley tertawa dan berpura-pura akan meninggalkan kami.

"EH ENAK AJA SINI LU!" Zita tiba-tiba meneriaki Haley yang sudah berpura-pura akan pergi, aku kaget tapi tertawa.

"Iya iya seloowww" Haley tertawa puas. Kami berjalan ke kantin, tangan Zita sudah tidak lagi kugenggam seperti tadi.

Di kantin, Zita langsung berkeliling mencari makanan. Rupanya dia benar-benar lapar. Sementara Zita berkeliling, Haley mulai beraksi. Dia memang satu-satunya orang yang tahu bagaimana perasaanku pada Zita.

"Jadi, kapan lu tembak Den?"

"Hah? Aduh lu nanyanya kenapa gitu sih..."

"Abis lu udah mesra banget sama dia, sayang aja kalo kagak lu tembak"

"Emang dia suka cewe juga?"

"Halah cupu lu, tembak mah tembak aja"

"Yeee kalo asal tembak mah gua juga bisa dah. Tapi masalah gua ya itu tadi, memangnya Zita mau sama gua?"

"Den, lu pikir aja kenapa Zita sama elu lengket banget. Lu sendiri deh yang ngalamin, sering gandengan tangan kan lu berdua, sering makan bareng, lu sering nganterin dia pulang. Masa dia gak suka sama elu?"

"Ya..."

"Dia sering ngomongin elu tau Den"

"Iya tau tapi kan sebatas...."

"Sebatas apa? Cupu lu!"

"Anjir, gak berkutik nih gua"

"Bilang aja lu takut mau nembak dia"

"Anjir...."

"Mampus lu gua pojokin!" Haley tertawa puas seraya membenahkan kerah blouse putihnya. Ekspresinya membuatku ingin melempar barang apapun yang ada di dekatku ke wajahnya.

"Hai, belom pesen makan?" Zita duduk disamping Haley, dengan sepiring ayam kremes di tangannya.

"OKEH GUA CARI MAKAN DULU! SEMANGAT DEN!" Haley langsung pergi dari tempat duduknya dengan cepat menghampiri konter makanan, menimbulkan tanda tanya bagi Zita dan membuat kepalaku seolah berasap. Kampret lo Belanda gila.

"Den....?" sesaat aku baru sadar Zita memperhatikanku.

"Eh..ah iya kenapa?" jawabku gelagapan.

"Gak makan...? Nanti malem kosong gak? Besok? "

JDER! Tubuhku serasa disiram dengan es teh manis kang Ucup mendengar pertanyaan Zita.

"Kosong...kenapa?"

"Ehmm.." sejenak Zita tampak ragu, terlihat dari caranya menusuk-nusukkan garpu ke ayam kremesnya. "Ah nanti Denden mati lagi gara-gara taunya lagi sibuk!!" rasanya kalau aku bisa melempar kursi yang kududuki, pasti sudah kulempar. Zita dan kebiasaannya yang selalu berimajinasi terlalu jauh bahkan sebelum hal itu direalisasikan....dan bahkan sebelum aku sendiri tahu apa yang diinginkannya. Selalu begitu, huft.

"Zita kenapa daahh yabuset kamu kebiasaan banget daaahh !!" seruku gemas, berpura-pura menjedotkan kepalaku ke meja.

"Ihhh seriusan gak papah?"

"Ngomong dulu kali Ta lu tuh mau ngapain" mungkin karena terlalu sibuk berpura-pura menjedotkan kepala ke meja membuatku tidak menyadari kedatangan Haley dan nasi ramesnya.

"Denden mau ikut aku ke Bekasi gak??" akhirnya Zita melontarkan kata-kata yang seharusnya sudah diucapkannya sejak tadi.

"Nganterin pulang?"

"Nggaaakk...nginep di rumahku!"

Lalu yang kuingat hanya lah Haley yang sedang menahan tawanya sekuat tenaga

Cinta Tak Perlu DeskripsiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ